“Total Kejam! SMK Ma’arif Banyumas Bikin Trauma Warga: Calon Wali Murid Harus Berpikir Sebelum Menyesal”

Pringsewu, WordPers.id – “Ini bukan sekolah, ini mimpi buruk.” Kalimat itu diucapkan salah satu wali murid dengan getir saat menceritakan pengalamannya dengan SMK Ma’arif Banyumas, Kabupaten Pringsewu. Di balik label lembaga pendidikan, sekolah ini justru meninggalkan jejak luka dan trauma bagi banyak keluarga. Bukan karena pelajaran yang sulit, melainkan karena kebijakan yang total kejam dan tanpa sedikit pun ruang toleransi.

Kasus Sahrulkhan, alumni asal Pekon Fajar Mulia yang ijazahnya ditahan karena tunggakan biaya Rp2,4 juta, bukan satu-satunya. Ia hanyalah satu dari deretan panjang siswa yang nasibnya digantung, masa depannya ditahan, dan mimpinya dibekukan oleh institusi yang seharusnya membebaskan. Yang lebih menyakitkan, sekolah ini membungkam suara harapan dengan menolak memberikan klarifikasi kepada media maupun publik.

Sejumlah warga yang anak-anaknya pernah bersekolah di sana mengaku trauma. Mereka menyebut sekolah ini sebagai tempat yang menakutkan, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan pendidikan.

“Mereka memperlakukan anak kami seperti angka. Tidak ada empati, tidak ada hati. Hanya uang yang bicara,” ujar salah satu ibu dengan nada getir.

Menurut para wali murid, tidak ada kompromi dalam kebijakan sekolah terhadap ijazah. Bahkan bagi keluarga yang benar-benar tidak mampu, tak ada ruang negosiasi. Ijazah tetap ditahan seperti barang gadai, dan anak-anak mereka kehilangan peluang kerja hanya karena belum membayar kewajiban finansial yang seharusnya bisa dicicil atau dimaafkan.

“Saya melihat sendiri, anak-anak kami datang memohon, tapi yang mereka dapat hanya penolakan dingin. Ini bukan sekolah, ini penjara masa depan,” kata seorang warga yang anaknya menjadi korban kebijakan tak manusiawi itu.

Sejumlah warga menyampaikan peringatan keras kepada calon wali murid.

BACA JUGA:  Partai HANURA Pertama Daftar Di Hari Terakhir Bacaleg

“Tolong, berpikirlah dua kali sebelum memasukkan anak ke SMK Ma’arif Banyumas. Jangan sampai penyesalan datang menghantui kalian seperti kami. Anak kami bukan cuma kehilangan ijazah, tapi juga kehilangan kepercayaan terhadap arti pendidikan.” ucap Mereka.

Sekolah seharusnya menjadi tempat yang memanusiakan manusia. Namun di SMK Ma’arif Banyumas, yang terjadi justru sebaliknya, etika lenyap, nurani tumpul, dan kebijakan tanpa hati menjadi budaya.

(Davit)

Jangan Lewatkan