Anak Tewas di Kolam Pringsewu, Orang Tua Lengah, Pengelola Lalai!

Pringsewu, WordPers.ID – Satu nyawa bocah kembali melayang di tempat yang seharusnya jadi lokasi bersenang-senang. Ken Wimatama Gunawan, bocah laki-laki berusia 5 tahun asal Ambarawa, tenggelam dan meninggal dunia di kolam renang Tirto Asri, Dusun Wonokriyo, Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu, pada Senin (12/5/2025).

Tragedi ini bukan hanya duka keluarga. Ini tamparan keras bagi orang tua yang lengah dan pengelola tempat wisata yang lalai.

Menurut Kapolsek Gadingrejo, AKP Herman, Ken datang ke kolam bersama kerabat sekitar pukul 12.00 WIB. Ia awalnya bermain di kolam dangkal. Namun tanpa diketahui siapa pun, ia berpindah ke kolam dengan kedalaman 1,2 meter. Tubuhnya baru ditemukan tiga jam kemudian oleh pengunjung lain, bukan keluarganya, bukan petugas kolam.

Anak lima tahun tidak hilang begitu saja. Tapi itulah yang terjadi. Ken berada di dasar kolam selama tiga jam tanpa satu pun pihak menyadarinya. Tidak ada penjaga yang berjaga secara aktif. Tidak ada alarm pengaman. Tidak ada batas fisik yang jelas antara area anak dan dewasa.

Orang tua terlalu sibuk entah apa, pengelola terlalu percaya bahwa segalanya aman. Ken tewas di tengah kelalaian bersama.

Pengelola Wisata Jangan Hanya Hitung Tiket, Abaikan Nyawa. Mari jujur. Sebagian besar tempat wisata air di Indonesia hanya berorientasi pada jumlah pengunjung, bukan keselamatan. Mereka jarang menyiapkan petugas terlatih, tidak punya sistem pengawasan yang layak, dan mengabaikan pentingnya pembatasan akses kolam dalam untuk anak kecil.

Kolam Tirto Asri kini menjadi simbol dari betapa rendahnya standar keselamatan di banyak fasilitas umum kita. Dan tragisnya, baru akan dipermasalahkan setelah ada korban.

Ini Bukan Takdir, Ini Kelalaian. Pemeriksaan medis memastikan Ken meninggal murni karena tenggelam. Keluarga menolak otopsi dan menganggap ini musibah. Tapi apakah kita cukup puas dengan sebutan “musibah” untuk kematian yang bisa dicegah?

BACA JUGA:  Polres Pringsewu Ringkus Dua Pelaku Sodomi

Tidak. Ini bukan takdir. Ini adalah hasil langsung dari kelalaian orang dewasa baik yang membawa Ken maupun yang bertugas menjaga tempat itu.

Musim liburan akan segera tiba. Kolam-kolam akan kembali ramai. Tapi apakah kita siap? Sudahkah pengelola memperketat pengawasan? Sudahkah orang tua sadar bahwa anak-anak butuh pendampingan aktif, bukan sekadar diawasi dari jauh?

Jika jawabannya “belum”, maka bersiaplah: nama berikutnya bisa jadi anak kita sendiri.

( Davit )

Jangan Lewatkan