Jakarta, Word Pers Indonesia – Politikus Partai NasDem, Ahmad Sahroni, kembali menjadi sorotan publik setelah fotonya beredar luas di media sosial tengah berada di sebuah bandara. Narasi yang beredar menyebutkan, anggota DPR RI tersebut telah terbang ke Singapura pasca-ramainya gelombang demonstrasi besar menuntut pembubaran DPR.
Sebelumnya, Sahroni menuai kecaman keras lantaran pernyataannya yang menyebut massa aksi “bubarkan DPR” sebagai tindakan tolol. Pernyataan tersebut muncul setelah publik menyoroti kenaikan fasilitas wakil rakyat, termasuk tunjangan dan rumah dinas, yang totalnya diperkirakan mencapai Rp230 juta per bulan.
“Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia,” ucap Sahroni, sebagaimana dikutip dari Harian Massa, Jumat (29/8/2025).
Belakangan, Sahroni mencoba meluruskan ucapannya dengan menyebut bahwa kata “tolol” yang ia lontarkan tidak dimaksudkan untuk menyerang para pendemo secara langsung. “Yang gue sampaikan, bahasa tolol itu bukan pada obyek pendemo. Enggak ada itu bahasa gue diarahkan ke orang-orang yang demo,” terang Sahroni dalam klarifikasinya.
Namun klarifikasi tersebut tidak meredakan kemarahan publik. Puncaknya terjadi pada 25 Agustus 2025, ketika ribuan massa turun ke jalan menuntut DPR dibubarkan. Aksi ini berakhir ricuh setelah aparat gabungan memukul mundur massa, hingga bentrokan meluas hingga malam hari.
Kegaduhan politik yang dipicu Sahroni berujung pada langkah cepat Fraksi Partai NasDem di Senayan. Melalui surat resmi bernomor 758/DPR-RI/VIII/2025, Sahroni dicopot dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI. Posisi strategis tersebut kini digantikan oleh Rusdi Masse Mappasessu, sementara Sahroni hanya ditempatkan sebagai anggota biasa di Komisi I DPR.
“Partai tentu harus mendengar suara publik. Rotasi jabatan ini adalah langkah menjaga marwah lembaga DPR dan memastikan kerja-kerja parlemen tetap fokus pada kepentingan rakyat,” ujar seorang petinggi NasDem yang enggan disebut namanya saat dimintai tanggapan.
Di tengah panasnya situasi, publik dikejutkan dengan beredarnya foto yang memperlihatkan Sahroni berada di bandara. Foto itu dibagikan salah satu warganet dengan akun Instagram @irwandiferry yang menuliskan narasi bahwa politisi asal Tanjung Priok itu melarikan diri ke Singapura.
“Kalau ini benar, maka orang ini sama pengecut dan rendahnya dengan Katak Bhizzer. Mau kabur sejauh apapun, warga sipil akan selalu ada dimanapun,” tulis akun tersebut dalam unggahannya yang viral.
Hingga kini, pihak Sahroni maupun Fraksi Partai NasDem belum memberikan klarifikasi resmi mengenai keberadaannya di luar negeri. Namun, isu “kabur” ke Singapura semakin menambah daftar panjang polemik yang melibatkan nama Ahmad Sahroni.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Prasetyo, menilai kasus Sahroni menjadi catatan penting tentang bagaimana seorang pejabat publik harus berhati-hati dalam berucap, apalagi di tengah kondisi sosial yang sensitif.
“Ucapan pejabat publik bukan hanya mewakili dirinya, tapi juga institusi yang diembannya. Jika salah memilih kata, dampaknya bisa luas, bahkan menimbulkan krisis kepercayaan,” kata Andi.
Ia juga menambahkan, langkah cepat NasDem mencopot Sahroni dari pimpinan DPR merupakan strategi untuk meredam gejolak. “Namun, publik tentu menunggu sikap Sahroni sendiri. Apakah ia berani meminta maaf secara terbuka atau terus menghindar,” tambahnya.
Kini, masyarakat masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait keberadaan Ahmad Sahroni dan langkah apa yang akan ditempuh Partai NasDem guna mengembalikan citra partai di mata publik.(*)































