Banyumas, Word Pers Indonesia – Pada Hari ini, Sabtu, (26/10/2024) Para kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Banyumas melangsungkan studi banding dan eksplorasi inspiratif ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Patikraja, Banyumas, dalam rangka gerakan Relawan Gerakan Sedekah Sampah Plastik Muhammadiyah Daerah Banyumas. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan wawasan segar kepada para kader tentang pengelolaan sampah berkelanjutan yang diharapkan dapat menjadi solusi konkret bagi permasalahan sampah di Banyumas dan sekitarnya.
Melalui aktivitas ini, para kader IMM tidak hanya belajar dari para praktisi, tetapi juga terjun langsung mengamati teknologi dan sistem inovatif yang dapat diterapkan di lingkungan mereka, menciptakan harapan baru untuk masa depan yang lebih bersih dan berdaya guna.
Antusiasme tinggi dari warga sekitar menyambut hangat kegiatan ini, didukung oleh berbagai pihak yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. Salah satunya, Ayahanda Dodi Junaedi, Wakil Ketua Bidang Ekonomi PDPM Banyumas, mengungkapkan apresiasinya terhadap langkah IMM ini. “Upaya IMM Banyumas dalam menjaga lingkungan dan mendorong inovasi berkelanjutan patut dibanggakan. Gerakan seperti ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berdaya guna,” ujar Ayahanda Dodi Junaedi.
Lebih lanjut, Ayahanda Dodi menegaskan, “IMM Banyumas melihat TPST Patikraja sebagai contoh nyata pengelolaan sampah terpadu yang inspiratif dan strategis bagi lingkungan sekitar. Ini bukan sekadar inovasi di ranah lingkungan; program ini membuka jalan menuju ekonomi yang berkelanjutan dan mandiri. Saya mendukung penuh inisiatif ini sebagai terobosan nyata dalam pemanfaatan sampah. Kini saatnya kita mengubah sampah menjadi berkah, bukan musibah,” tambahnya.
Dalam pelaksanaannya, para kader IMM di TPST Patikraja juga menjadikan tri kompetensi dasar IMM sebagai landasan utama kegiatan mereka. Tiga komponen utama yang mendasari gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ini adalah Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas, diwujudkan dalam bentuk nyata: Religiusitas melalui sedekah sampah sebagai bentuk kepedulian sosial; Intelektualitas melalui inovasi pengelolaan dengan penerapan teknologi hijau; dan Humanitas dengan merangkul masyarakat sekitar untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan.
Melalui semangat Trikoda IMM ini, para kader IMM bukan hanya menjadi pembelajar, tetapi juga penggerak perubahan di masyarakat. Mereka berupaya mengajak masyarakat dalam aksi nyata mengurangi sampah dan meningkatkan kualitas hidup. Sebagai pelopor dari generasi yang peduli, IMM Banyumas berharap gerakan ini bisa menjadi inspirasi luas bagi daerah-daerah lain, menciptakan kehidupan yang lebih baik, sehat, dan berkelanjutan.
Pengelolaan Sampah Terpadu: Mengubah Sampah Menjadi Solusi
Krisis sampah di Banyumas mencapai puncaknya pada 2018, ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ditutup akibat penumpukan sampah yang tidak terkelola. Kondisi darurat tersebut menjadi pemicu terbentuknya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di beberapa lokasi pada Januari 2019, salah satunya KSM Patikraja. Berawal dari lima tempat KSM, termasuk di Kedungrandu, setiap KSM bertugas di satu kecamatan untuk menyelesaikan masalah sampah di tingkat hulu sebelum mencapai TPA.
Proses pengelolaan sampah di TPST Patikraja melibatkan sistem pilah-pilah sampah. Warga didorong untuk memilah sampah di tingkat rumah tangga. Jika sampah dipilah dengan benar, masyarakat akan mendapat insentif dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melalui program Salimas dan Jeknyong. Bagi yang tidak memilah sampahnya, mereka perlu membayar kepada KSM. Setiap hari, TPST Patikraja mengolah sekitar 15 ton sampah yang berasal dari berbagai wilayah Banyumas.
Warga yang mengikuti kegiatan ini menyatakan bahwa program ini berhasil meningkatkan kesadaran mereka untuk memilah sampah. “Kegiatan ini sangat bermanfaat. Kita bisa melihat langsung bagaimana sampah yang kita hasilkan sehari-hari dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujar Pak Januar, warga Patikraja. “Kami jadi lebih paham pentingnya memilah sampah dan bagaimana kontribusi kecil ini bisa membantu kebersihan lingkungan.”
Inovasi Teknologi Hijau: Membangun Masa Depan Kota yang Bersih dan Hijau
Di TPST Patikraja, kader IMM juga berkesempatan mempelajari teknologi hijau yang diterapkan dalam pengelolaan sampah. Salah satunya adalah penggunaan mesin pembakar non-injenerator yang mampu bekerja pada suhu hingga 800 derajat Celsius. Mesin ini digunakan untuk membakar sampah dengan efisiensi tinggi tanpa menimbulkan emisi berbahaya, sehingga aman bagi lingkungan.
Sisa sampah yang memiliki potensi daur ulang, seperti rongsokan, disortir dan dijual ke pengepul atau didaur ulang secara lokal dengan potensi sebesar 20%. Selain itu, sampah organik dicacah menggunakan mesin gibrik untuk diolah menjadi bubur organik atau bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Melalui teknologi ini, TPST Patikraja mampu mengurangi volume sampah secara signifikan dan berkontribusi dalam menghasilkan energi terbarukan. “Teknologi seperti ini bisa diadopsi untuk kota lain,” ujar Dias Akrom, salah satu kader IMM yang ikut dalam kunjungan. “Melihat sendiri bagaimana teknologi hijau ini diterapkan, saya rasa bisa menjadi inspirasi untuk kota kita sendiri.”
Menurut Ayahanda Dodi, teknologi hijau seperti yang diterapkan di TPST Patikraja adalah langkah inovatif yang membawa harapan bagi pengelolaan sampah yang lebih baik. “Dengan teknologi yang tepat, kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap sampah. Dari yang tadinya dianggap masalah, sekarang bisa menjadi peluang ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat”.
Jejaring & Kolaborasi: Membangun Sinergi Bersama Pegiat Lingkungan
Selain mempelajari teknologi dan praktik pengelolaan sampah, studi banding ini juga menjadi ajang bagi kader IMM untuk membangun jejaring dan kolaborasi dengan para pegiat lingkungan lainnya. Dalam kegiatan ini, para kader bertemu dengan berbagai pihak yang memiliki visi yang sama dalam mengelola lingkungan, mulai dari pegiat KSM hingga DLH.
Para kader IMM juga diajak berdiskusi mengenai pentingnya kesadaran kolektif dalam mengelola sampah dan cara mengubah pola pikir masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah. Salah satu upaya tersebut yaitu inisiatif untuk mengedukasi masyarakat agar melihat sampah sebagai potensi ekonomi yang dapat diubah menjadi uang, dikenal dengan slogan “Sumpah Beruang: Sulap Sampah Jadi Uang”.
Ketua TPST Patikraja, Wahidin, dengan penuh apresiasi menyambut semangat dan antusiasme mahasiswa IMM yang datang untuk mempelajari isu pengelolaan sampah dan teknologi hijau di lokasi TPST Patikraja. Ia menyampaikan bahwa program ini menjadi sarana penting untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan di kalangan anak muda yang kian dibutuhkan. “Program ini adalah langkah cerdas untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pengelolaan sampah. Mereka tidak hanya melihat sampah sebagai masalah, tapi sebagai peluang untuk berbuat nyata bagi lingkungan,” ungkap Wahidin.
Dalam wawancara lebih lanjut, Wahidin menambahkan bahwa pengelolaan sampah hulu yang diterapkan di TPST Patikraja telah menjadi solusi efektif bagi masalah sampah yang dihadapi oleh masyarakat Banyumas. Setiap hari, TPST Patikraja mengolah sekitar 15 ton sampah, di mana sampah-sampah ini dipilah dan diolah agar bernilai ekonomis, mengurangi beban TPA di hilir, serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. “Kami berharap mahasiswa yang terlibat dapat membawa nilai-nilai yang mereka pelajari di sini ke daerah masing-masing, sehingga dampak positif pengelolaan sampah dapat meluas,” tambah Wahidin.
Tanggapan Positif Warga terhadap Program TPST Patikraja
Kehadiran kader IMM dalam kegiatan ini juga memberikan motivasi baru bagi warga Patikraja yang aktif berpartisipasi dalam program KSM. Warga menyambut baik kehadiran para pemuda yang peduli terhadap lingkungan dan berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif.
“Saya merasa senang ada anak-anak muda yang ikut serta dalam kegiatan ini. Mereka menjadi contoh bagi kita semua, khususnya anak-anak muda di desa ini. Semoga mereka dapat mengajak lebih banyak orang untuk peduli lingkungan,” ujar Ibu Sarimah, warga Patikraja.
Bagi kader IMM, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga dalam membangun jejaring, mempelajari teknologi baru, dan memahami pengelolaan sampah secara mendalam. Mereka berharap dapat mengadopsi beberapa praktik yang dipelajari di TPST Patikraja dan menyebarkannya ke komunitas IMM serta lingkungan kampus.
“Kegiatan ini bukan hanya soal menimba ilmu, tapi juga menjadi jembatan bagi kami untuk saling belajar dan bekerja sama dalam menjaga lingkungan. Melihat langsung dampak positif dari pengelolaan sampah ini membuat kami semakin termotivasi,” ujar radya ramaditya, Ketua Bidang SPM PC IMM Banyumas.
Menuju Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Dengan semakin banyaknya sampah yang dihasilkan setiap hari di Banyumas, yang mencapai sekitar 600 ton per hari, TPST Patikraja telah menjadi contoh konkret dalam pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Proses ini dimulai dari pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, kemudian diolah di TPST untuk didaur ulang atau dijadikan bahan bakar PLTU. Dengan inovasi dan dukungan komunitas, TPST Patikraja berhasil mencapai kondisi zero waste.
Ayahanda Dodi juga menambahkan bahwa perubahan mindset masyarakat adalah kunci dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. “Mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai bukanlah tugas yang mudah. Tetapi dengan kerja sama dan komitmen bersama, kita bisa melangkah menuju kota yang bersih dan lestari. Sampah bukan lagi hanya masalah, melainkan potensi untuk keberlanjutan,” ujarnya.
Studi banding ini diharapkan menjadi inspirasi dan mendorong IMM Banyumas serta masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan terus mengembangkan teknologi hijau dan membangun jejaring yang solid, masa depan kota yang bersih, hijau, dan lestari bukanlah mimpi yang mustahil.
Artikel Ini Ditulis oleh Immawan F Kader Banyumas.