Wordpers.id, Tapanuli Selatan – Dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, investor asal Qatar menyatakan kesiapan mereka untuk mengelola kawasan hutan Kuria Siondop, Kecamatan Siais, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), provinsi Sumatera Utara, sebagai kawasan investasi perdagangan karbon (carbon trade).
Abu Bakr Ahmed Nourain, perwakilan dari Qatar Engineering Trading and Construction Company (QETCC), menjelaskan bahwa proyek ini akan melibatkan konsorsium empat perusahaan besar dari Qatar dan Eropa.
“Di Kazakhstan, kami sudah mengelola kawasan hutan seluas 5.000 hektare. Kami berharap di Tapanuli Selatan bisa lebih dari itu, mengingat perlunya lahan cadangan,” ujar Abu Bakr saat melakukan kunjungan ke Koeria Siondop, Angkola Selatan, Tapsel pada Minggu (16/02/2025).
Kedatangan investor Qatar ini bertujuan untuk bertemu dengan keturunan Raja Ranggar Laut Pulungan, pemilik lahan yang akan dijadikan kawasan hutan karbon trade, sekaligus meninjau langsung potensi lahan yang akan dikelola. Mereka juga melakukan ziarah ke makam Alm. Brahim Radja Ranggar Laut Pulungan sebagai bagian dari kunjungan budaya.
Komitmen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Abu Bakr Ahmed Nourain menegaskan bahwa dalam pengelolaan hutan karbon trade, pihaknya akan menjaga kelestarian lingkungan dan tidak akan merusak ekosistem yang ada.
“Kami ingin memastikan bahwa hutan tetap lestari. Jika proyek ini berhasil, kami akan membawa lebih banyak perusahaan untuk berinvestasi, yang tentu akan memberikan manfaat bagi masyarakat Siondop dan meningkatkan pendapatan daerah,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa proyek ini akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal, baik dalam pengelolaan hutan maupun sektor pendukung lainnya. Selain itu, keberadaan satwa di kawasan tersebut akan tetap dilindungi.
Terkait nilai investasi, Abu Bakr mengatakan bahwa pihaknya masih akan melakukan perhitungan setelah survei lapangan selesai.
Saat ini, investor Qatar bersama Dinas Kehutanan setempat, perwakilan Koeria Siondop, serta Yayasan Raja Ranggar Laut Pulungan tengah melakukan survei langsung ke lokasi untuk mengkaji kondisi lahan dan menentukan langkah selanjutnya.
Dukungan dari Keturunan Raja Ranggar Laut Pulungan
Natasha Pulungan dan Iman Sobri Pulungan, yang mewakili keturunan Raja Ranggar Laut Pulungan, menyambut baik rencana investasi ini.
“Mr. Abu Bakr Nourain dari Qatar datang untuk melihat langsung potensi lahan Kuria Siondop, yang berada di bawah kepemilikan Raja Ranggar Laut Pulungan,” ujar Natasha.
Ia berharap seluruh pihak dapat mendukung proyek ini karena dinilai memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan.
“Kami ingin membangun sinergi dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat adat, Pemkab Tapsel, Pemprov Sumut, dan pihak terkait lainnya,” tambahnya.
Iman Sobri Pulungan, yang juga merupakan ahli waris Raja Ranggar Laut Pulungan, menambahkan bahwa lahan Kuria Siondop yang luasnya mencapai 130 ribu hektare masih menghadapi beberapa permasalahan, seperti penguasaan lahan oleh pihak lain. Namun, ia optimis bahwa kerja sama ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak.
Sementara itu, melalui sambungan telepon dari Norwegia, Ismail Nusantara Pulungan, Ketua Umum Yayasan Radja Ranggar Laut Pulungan, mengungkapkan bahwa pihak yayasan telah melakukan persiapan panjang untuk menyambut investor dari Qatar.
“Kami telah menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan beberapa perusahaan yang beroperasi di wilayah Koeria, seperti PT ANJ Siais dan PT Agincourt Resources,” kata Ismail.
Dalam kunjungan ini, investor Qatar juga menerima Ulos sebagai simbol selamat datang di Tapanuli Selatan, yang melambangkan kehangatan, perlindungan, kasih sayang, dan keberkahan dari Koeria Siondop Radja Ranggar Laut Pulungan.
Dukungan dari Dinas Kehutanan
Sukur Siregar, selaku penanggung jawab teknis dari Yayasan Raja Ranggar Laut Pulungan, menyatakan optimisme bahwa kerja sama ini dapat terwujud.
“Bisnis ini sangat bagus karena tidak merusak hutan. Kami berharap hutan Siondop bisa menjadi lahan percontohan bagi bisnis karbon trade di tingkat nasional dan internasional,” ujarnya.
Dari sisi pemerintah, Benny Daulay, perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dari UPT KPH Wilayah 10 Padangsidimpuan, menyebutkan bahwa status dan potensi lahan perlu dipastikan terlebih dahulu.
“Jika Yayasan Radja Ranggar Laut Pulungan berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak, ini akan menjadi peluang besar bagi investasi di sektor lingkungan dan kehutanan,” katanya.
Ia juga berharap polemik agraria yang ada dapat diselesaikan dengan baik, sehingga kerja sama investasi ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi masyarakat Tapanuli Selatan.
Investasi karbon trade di hutan Kuria Siondop, Tapanuli Selatan, oleh investor Qatar ini diharapkan dapat membawa manfaat besar, baik dalam pelestarian lingkungan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, proyek ini berpotensi menjadikan Tapanuli Selatan sebagai salah satu pusat perdagangan karbon yang berkelanjutan di Indonesia. (**)