Wordpers.id – Memperingati Hari Perempuan Internasional, Jaringan Peduli Perempuan Bengkulu (JPPB) bersama Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto serta Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) adakan dialog bersama cegah perilaku beresiko bagi remaja, Rabu (11/03/2020), di RSKJ Soeprapto Bengkulu.
Dihadiri pemateri dari Ketua Komite Medik RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu dr Lucy Marturia Bangun, Sp.KJ., Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Bengkulu, Jaringan Peduli Perempuan Bengkulu.
Seperti yang disampaikan Direktur RSKJ Soeprapto dr H Syafriadi, MM., selama pertengahan Maret sudah ada 9 perilaku bunuh diri yang terjadi di Bengkulu. Perilaku tersebut lebih banyak dilakukan oleh remaja akibat persoalan sosial, ekonomi, keluarga dan lainnya. Untuk itu dialog ini bertemakan “Kasus Bunuh Diri di Bengkulu”.
“Perilaku bunuh diri seperti fenomena gunung es. Yang baru terkuak 9 orang dalam 2 bulan ini. Yang tidak terpublikasi ungkin banyak. Apalagi yang sudah berniat bunuh diri. Psikologi anak masih lemah. Jadi jika ada niat bunuh diri artinya mental anak sudah kena,” sampai Syafriadi.
Di Bengkulu, publikasi media sejak Januari – Februari 2020 sudah ada 9 kasus bunuh diri yang terjadi di Bengkulu. Penyebab terbesar bunuh diri adalah depresi.
“Di Bengkulu banyak orang yang depresi tapi tidak terdekteksi karena depresi tidak menunjukkan gejala gangguan jiwa seperti marah-marah, ketawa sendiri dan lain-lain yang dianggap ciri-ciri org gila (gangguan jiwa). Yang berobat ke RSKJ dan praktek dokter sebagian besar kasus depresi. Pelaku bunuh diri lebih dari 50% berusia remaja,” kata Dirut RSKJ.
Sisi lain, disampaikan Koordinator Pelaksana JPPB Fonika Toyib, usia remaja adalah fase ketika seseorang mengalami masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Wajar jika dalam fase ini remaja kerap berperilaku aneh.
“Dalam fase ini, jiwa remaja bakal ‘bergejolak’. ‘Gejolak’ itu biasanya didasari oleh berbagai hal, baik dari faktor internal maupun eksternal. Hal-hal tersebut bakal memengaruhi kemampuan remaja dalam memecahkan masalah menjadi lebih buruk,” sampai Fonika.
Lanjutnya, ketidakmampuan memecahkan masalah itu membuat tak sedikit remaja yang berakhir dengan percobaan bunuh diri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua tertinggi pada remaja usia 15-29 tahun.
“Untuk itu lah dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional pada tahun 2020 kami melakukan salah satu upaya untuk memberi pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mencegah prilaku Berisiko bagi remaja dan
mengajak bersama-sama mencegah bunuh diri,” papar Fonika.