Oleh : Bagus Yuarto Rozali
Judul: Masyarakat Urban
Tema: Buka Bersama
Tiba-tiba saja George merasa kosong. Dia merasa sunyi di antara keriuhan buka bersama teman-teman kampusnya. Udara hangat senja ini membuat dia meringkuk di kursi cafe tepi pantai yang ramai pengunjung muda-mudi sambil menikmati sunset.
Bias jingga senja kali ini teramat indah. Dihiasi oleh siluet perahu-perahu nelayan yang parkir di ‘dermaga’ bentukan alam. Kelap-kelip lampu perahu-perahu tersebut semakin memperindah suasana.
Mata abu-abu milik pemuda blasteran Australia Indonesia ini menangkap tarian camar di atas riak air laut yang berkilau.
Pemilik tubuh jangkung dengan kulit kemerahan ini perlahan bangkit dan meninggalkan teman-temannya. Menghampiri kasir dan membayar seluruh pesanan peserta buka bareng kali ini. Hari ini adalah ulang tahun George yang ke 23 tahun.
Dengan motor matic perlahan dia menyusuri jalan sepanjang pantai. Seharusnya, panorama sepanjang jalan yang dia lalui akan dapat dia nikmati. Tapi, mengapa kali ini tidak menarik sama sekali?
Entahlah! George mendesah perlahan.
Tanpa disadari, matic coklat yang dia kendarai sudah melewati perbatasan kota. Melaju perlahan memasuki wilayah Pekik Nyaring. Terus melaju melintasi Pasar Pedati dan seterusnya.
Hampir setiap saat dia berpapasan dengan truk yang membawa batu bara dan debu dari kendaran-kendaraan tersebut tidak terasa baginya.
Di langit bulan malam tiga belas bersinar terang. Bintang berkedip-kedip genit.
*Bersambung*