Part #15 Tuhan Jangan Kau Cabut Dulu Bunga-Bunga Indah Ini

Oleh: Bagus Republik SLE

… Dan Waktu Itu Telah Tiba…

Pagi yang dilembabkan oleh rinai hujan. Dua orang laki-laki, Ryu dan Tegar, sedang sibuk, siap untuk perjalanan jauh. Mereka akan ke Lombok, mengambil penerbangan pertama, transit di Soekarno Hatta.

Sementara Jago akan menyusul pada penerbangan sore, karena masih akan menyelesaikan beberapa hal di cafe, sambil menunggu kedatangan Kelvin, sebagai pengelola sementara mereka tidak ada.

Tiga wajah ini memancarkan aura kebahagiaan. Mereka bukan mau berlibur, atau urusan cafe. Tapi lebih dari itu. Urusan keutuhan sebuah keluarga.

Setelah beberapa kali terhalang oleh peristiwa yang ‘menakjubkan’, Ryu akhirnya akan menikah juga. Wanita hebat yang bisa menguasai luasnya hati Ryu itu, adalah Claire, gadis Australia yang sudah mengabdikan hatinya pada Ryu. Walaupun sempat tertunda beberapa kali oleh banyak hal, akhirnya mereka dapat mencapai kata mufakat, bahwa hari ikrar suci di depan penghulu akan di langsungkan di Lombok, negeri Seribu Mesjid.

“Cek lagi apa yang penting, yah, jangan sampai ada yang lupa.”

Jago mengingatkan ayah dan adiknya, terhadap bawaan mereka. Terutama surat-surat yang berhubungan dengan hari spesial sang ayah.

“Cerewet, disiapkan dari kemaren!” Jawab Ryu gemas. Karena Jago yang paling antusias mengingatkan semua hal tentang persiapan pernikahannya.

“Dek, cek lagi. Jangan sampai ada yg belum masuk tas.” Perintah sang kakak pada si adik.

“Abang aja yang cek lagi. Adek sudah bosan bongkar-bongkar lagi.” Jawab si adik, kesal.

“Ayo, berangkat… ” Perintah Ryu sambil memanggul tas Punggungnya dan segera melangkah, diikuti oleh Tegar.

Setelah mengantar dua orang yang akan berangkat di pintu check in, Jago segera menuju samping gedung utama dan melongok ke arah landasan pacu. Memperhatikan Ayah dan adiknya berjalan menuju pesawat.

Dua orang ini melambaikan tangan pada Jago, bagaikan pertama orang naik pesawat atau ingin bepergian jatuh dalam waktu yang lama.

Pagi ini Jago ingin sekali melihat mereka hingga masuk pintu pesawat. Di samping Jago, berdiri Agung yang menunggu penumpangnya untuk di antar pulang.

Pesawat pagi yang membawa banyak penumpang, sudah mengambil ancang-ancang di ujung landasan siap untuk meninggalkan daratan, dan telah take off dengan baik.

Jago tidak melepaskan pandangan dari tubuh pesawat yang semakin lama semakin mengecil. Blarr! Bola api besar terbentuk dari badan pesawat yang membuat semua orang tercengang sesaat, lagu kehebohan terdengar begitu mereka menyadari apa yang terjadi.

Pesawat yang ditumpangi oleh orang-orang tercinta mereka meledak di udara dan membuat kepingan-kepingan badan pesawat berhamburan ke berbagai arah.

“Ayaaaaahhhh…. Adeeeekkk….!” Jago berteriak kalap! Tubuh yang muda ini segera memanjati pagar pemisah dan meloncat ke dalam. Dia segera berlari sekencang-kencangnya menuju arah pesawat yang terbakar. Hampir semua orang melakukan apa yang di lakukan oleh Jago, termasuk Agung.

Di ujung landasan, mereka semua berhenti, karena apa yang mereka lihat, sebenarnya telah menjauhi tempat di mana mereka berada saat ini.

“Ayah bang… Adek bang…. ” Jago menggantungkan tubuhnya pada tubuh kurus Agung. Dia tidak punya kekuatan lagi untuk berdiri. Tangisnya menyayat hati siapa saja yang mendengar. Tangis akan kehilangan orang-orang yang sangat dia cintai dan teramat sangat dia sayangi.

Jauh di luar bandara, suara sirine ambulan, pemadam kebakaran, polisi memekakkan telinga di sepanjang jalan yang mereka lewati. Sontak pagi yang tenang menjadi hingar-bingar.

Malam ini cafe sangat ramai. Bukan oleh pelanggan, tapi oleh hampir seluruh keluarga besar Ryu, sahabat-sahabat, maupun orang-orang yang selama ini sangat peduli dengan sosok yang belum tahu kabar beritanya saat ini, juga teman-teman sekolah Tegar.

Empat saudara perempuan Ryu tidak henti-hentinya mengalirkan air mata. Sedangkan Jago berkali-kali pingsan. Peristiwa pagi tadi telah membuat pertahanan jiwanya menjadi sangat lemah.

Di pantai belakang cafe terlihat kesibukan para pencari korban. Beberapa korban sudah ditemukan, dan segera di bawa ke rumah sakit. Dari sekian tersebut belum ada kabar tentang Ryu dan Tegar.

Beberapa keping pesawat mengambang di banyak tempat. Baik di laut maupun di daratan. Bahkan sebuah baling-baling menancap di atap cafe, sudah di pungut oleh pihak yang menangani masalah ini.

Banyak mantan karyawan yang bekerja untuk Ryu dan cafe menangisi kejadian yang memilukan pagi ini. Siti dan kawan-kawan menemani Jago yang tidak henti-hentinya memanggil ayah dan adiknya, bahkan di saat dia pingsan.

“Ayah…. Adek… ” Rintihannya membuat hati semua yang mendengar teriris hatinya, dan akan mengeluarkan air mata.

Sudah seminggu pencarian. Sebagian besar penumpang telah ditemukan dan terindifikasi. Tetap belum ada kabar yang menggembirakan dari korban, yang banyak menjadi hitam, bahkan ada yang menjadi potongan-potongan.

Media lokal dan nasional dipenuhi oleh perkembangan berita kecelakaan pesawat yang menewaskan dua ratus empat puluh lima orang penumpang, dan seluruh awak pesawat. Lima orang penumpang belum ditemukan, termasuk Ryu dan Tegar. Bahkan hingga di hari terakhir pencarian selama dua minggu.

Mendung kesedihan sangat tebal menyelimuti keluarga besar Ryu. Semua saudara perempuan orang yang masih belum jelas nasibnya tersebut kelihatan sangat lelah, lemah dan kurus. Selain kurang tidur, kurang makan, mereka juga dipermainkan oleh harapan dan pikiran tentang kepastian pangeran keluarga mereka.

Claire sejak mendapatkan berita tentang calon suaminya, langsung menuju Bengkulu. Wanita yang dipermainkan oleh nasib ini tidak tahu lagi harus mengapa. Setelah menunggu waktu yang sangat lama untuk bersatu dengan lagi-laki cinta pertamanya harus terhenti di saat kebahagiaan itu sudah dapat direngkuh. Banyak penderitaan hati yang dia alami selama menanti waktu yang hampir saja dapat dia dan Ryu kuasai. Tapi, kenyataan telah meremukkan semua pengorbanannya.

Di sudut tempat tidur Ryu, Claire menatap setiap meli meter kamar penyandera hati dan jiwanya. Tidak banyak kenangan manis yang dapat dia rangkai dalam otaknya bersama laki-laki cinta matinya. Penderitaan batinlah selama ini yang lebih banyak terangkai dalam vas hatinya.
Air mata perlahan merembes di kedua mata biru perempuan yang sudah menjadikan Ryu sebagai pelengkap hidupnya.

Air matanya menetesi wajah Jago yang berbaring di pahanya. Wanita pirang ini sudah merasakan ikatan antara orang tua dan anak pada pemuda yang rambut, wajah, dan penampilannya tidak terurus lagi.

“Bang, besok ibu mau pulang ke Australia. Abang ikut ibu ya… “

Suara lirih Claire berharap anak laki-laki calon suaminya ini akan menyertainya. Ada getaran sangat hangat terasa pada suara dari lubuk hatinya, saat dia menyebut kata ‘ibu’. Sepertinya dia sudah lama memendam harapan panggilan ‘ibu’ padanya.

Jago belum bisa memberikan jawaban. Sejak kejadian yang menggemparkan hatinya, pemuda tenang ini tidak banyak bicara, juga tidak dapat berfikir. Hati dan pikirannya hanya tentang kehilangan ayah dan adiknya, beserta kenangan mereka.

Sementara di kamar Ryu dua orang sedang menjalin rasa bagai seorang ibu dan anak, dan sebaliknya, di luar kamar semua bibi dan sebagian sepupu Jago berada dalam dunia masing-masing. Ada yang menangis, ada yang melamun, ada juga melukis dengan ujung telunjuk pada meja tamu cafe.

Ada sebuah mobil masuk parkiran cafe. Tiga orang pemuda keluar, ragu-ragu memperhatikan cafe, dan tidak lama kemudian melangkah ke dalam cafe, juga ragu-ragu.

Ketika sampai ke dalam, dan menyapa semua orang, juga dengan keraguan. Setelah berbasa-basi, salah seorang yang lebih tua dari tiga pemuda itu membuka obrolan serius.

“Maaf, Jago juga harus hadir dalam obrolan ini.” Lanjutnya.

Setelah berpandangan sejenak, semua bibi Jago mengangguk dan memerintahkan salah seorang dari sepupu pemuda yang berduka itu untuk menjemput orang yang diharapkan hadir dalam ‘pertemuan’ yang sepertinya penting.

Pemuda yang paling tua menyambut Jago lebih dulu dengan menyalami dan memeluknya. Dua pemuda lain, mengikuti. Selanjutnya Jago didudukkan di antara yang paling muda dan sedikit lebih tua dari Jago.

“Assalamualaikum wr wb… Izinkan kami memperkenalkan diri. Nama saya Pascal, usia dua puluh tiga tahun, saya dari Makassar. Dan ini adik saya Dyandra.” Dia menoleh pada pemuda kedua berwajah indo.

“I am Dyandra. Twenty one. My mom form Jermany.”

“Namanya Dyandra, umur dua puluh satu tahun, ibunya Jerman.”

Pascal menjelaskan arti kalimat adiknya.

“Silahkan dek… ” Pascal memerintahkan si bungsu.

“Aku Grace, umur sembilan belas, ibuku Medan.” Dengan logat Batak yang khas.

Semua orang menunggu kelanjutan dari yang akan disampaikan oleh tiga pemuda yang berwajah beda, namun memiliki keterkaitan dengan karakter wajah antara satu dengan lain.

Pascal memperhatikan wajah-wajah yang ada dalam ruangan. Semua orang menunggu kelanjutan kalimat pemuda Makassar itu.

“Kami adalah anak kandung dari ayah Ryu!”

Sontak semua orang kaget. Sesaat kasak-kusuk memenuhi ruangan.

“Maksudmu apa?” Agak sengit bibi Jago nomor dua mengalahkan kasak-kusuk.

“Maksudnya adalah, saya anak tertua ayah Ryu. Ibu saya orang Makassar. Dyandra anak kedua, ibunya orang Jerman, dan mereka tinggal di Jerman. Adik Grace ibunya orang Medan, dan mereka tinggal di Medan. Ayah kami satu, yaitu pria yang saat ini kita belum ketahui kondisinya, Ryu. Dia adalah ayah yang kami rindukan. Karena masing-masing ibu kami tidak menghendaki kami meninggalkan mereka.”

BACA JUGA:  Bengkulu Juga Punya Kerajaan , Republik SLE Berdiri Sejak 2012

“Kamu jangan macam-macam. Adik kami masih bujangan. Kalian jangan menambah masalah kami!”

Teriak kakak Ryu yang paling tua. Hampir saja dia bangkit dan mencakar-cakar tiga anak muda yang ‘menambah’ masalah mereka, kalau saja tidak dicegah oleh keluarga yang lain.

Wajarr jika semua bibi Jago terkejut, karena bagi mereka, adik kebanggaan itu selama ini tidak pernah membicarakan ini sebelumnya.

Jago terlihat semakin lesu. Dia merasa dia dan adiknya telah merebut ayah Ryu dari ke tiga anaknya.

“Bibi tenang saja terhadap penjelasan Pascal tadi. Biarkan dia menyelesaikan kalimatnya.”

Win, sepupu tertua anak-anak Ryu, menenangkan bibinya.

“Benar bi, ayah memang masih bujang, secara hukum negara. Tapi ayah telah menikah dengan tiga orang perempuan berbeda secara agama, dan kami adalah anak-anaknya.”

Pascal mengakhiri penjelasannya.

“Apa yang akan kami jadikan bukti sebagai bahan kami untuk mempercayai penjelasanmu?”

Saudara perempuan Ryu yang paling muda menuntut bukti dari ucapan tamu yang tidak diundang ini.

Pascal lalu meraih tas yang ada di dekatnya lalu mengambil tiga lembar foto, lalu menyerahkan pada bibi tertua. Dan semua orang berusaha untuk melihat bukti itu.

Ketiga foto tersebut memperlihatkan Ryu sedang melakukan akad Nikah, dan di belakangnya ada wanita yang berbeda-beda. Wanita yang berwajah khas Bugis, tentulah ibu Pascal, dan bule itu pasti ibu kandung dari Dyandra, sedangkan wajah khas Batak, tentu wanita yang telah melahirkan Grace.

“Jadi, maksud kalian sekarang ini apa?” Bibik kedua melepaskan rasa penasarannya.

“Maksud kami ke sini hanya memperkenalkan diri pada keluarga besar. Tidak lebih. Selain itu, kami juga sangat berduka atas kejadian yang menimpa ayah kami.”

Wajah-wajah yang mendung berubah menjadi bahagia dan haru. Masing-masing bibi menangis dan memeluk keponakan mereka.

Jago merasa tersisih. Perlahan dia meninggalkan ruangan. Dia dengan rasa malu memasuki kamar dan mengunci dari dalam.

Claire yang sedari tadi menyimak obrolan di luar merasa ada yang plong di hatinya. Dialah yang membuat peristiwa ini terjadi. Sebelum waktu pernikahannya, dia telah menemui ketiga istri Ryu, pamit untuk menikahi suami mereka.

“Silahkan saja, saya rela. Toh saya juga bukanlah istri Ryu saat ini. Kebersamaan kami hanya masalah keinginan mendapatkan anak dari dia.”

Walau Claire paham maksud kalimat itu, tetap saja, kata-kata mantan istri tertua laki-laki yang akan dia nikahi itu ada yang tidak mengenakkan. Wanita ini hanya menginginkan anak dari Ryu, dan dia telah mendapatkan itu.

Dan, wanita Jerman itu juga menyampaikan hal yang nadanya sama.

Cerita berbeda itu dari ibu Grace. Wanita ini telah mempersiapkan jiwa raganya dan mengorbankan banyak hal termasuk meninggalkan keluarga demi untuk mengabdi pada Ryu, tapi jiwa petualangan menaklukkan alam membuat laki-laki itu mengabaikan pengorbanannya hingga membuat si wanita terluka lalu kecewa dan akhirnya melahirkan dendam.

Saking kecewanya, dia tidak ingin lagi memiliki ayah dari putra yang dia lahirkan, dan dia juga tidak menginginkan seorang perempuanpun memiliki laki-laki alam itu.

Para wanita-wanita yang menjadi ‘tumbal’ ketika akan dinikahi oleh Ryu adalah hasil perjanjiannya dengan dukun, saat dia mencurahkan dendam kesumatnya. Atau Ryu merendahkan dirinya serendah-rendahnya sebagai laki-laki, dalam tempo yang ditentukan, jika dia ingin lepas dari ‘perjanjian’ itu.

Selama ini Ryu berkeras menganggap semua itu kebetulan saja dan mengabaikan isyarat yang berulangkali menimpa wanita-wanita calon dia menghabiskan waktunya di masa datang.

Awalnya Claire ragu-ragu dengan cerita Ryu, tapi ketika ibu Grace menumpahkan segalanya, dia sempat menggigil. Takut hal yang sama menimpanya.

“Sudah cukup dik. Grace sudah hampir dewasa. Saatnya dia mengetahui kenyataan kalau ayahnya masih hidup. Apapun resikonya, kakak sudah siap. Kakak lakukan itu dulu atas cinta kakak pada dia, tapi sekarang atas cinta kakak pada Grace. Kakak akan bantu kamu untuk bisa bersamanya.”

Selain Claire bisa ‘menyelamatkan’ hidupnya, wanita dari wilayah Darwin di benua Kangguru itu berhasil meyakinkan agar ke tiga putra Ryu agar bisa menghadiri dan menyaksikan langsung peristiwa penting kehidupan ayah mereka.

Tapi alam berbicara lain. Di saat semua rencana manusia telah disusun sesempurna mungkin, Tuhan membuat cerita berbeda.

Semakin hari Jago merasa makin sendiri. Kerinduan pada adik dan ayahnya semakin menggunung. Walau perlakuan ‘keluarganya’ selama ini tidak berbeda, malah semakin sayang, dan berusaha menemani dan menghiburnya, perasaan masih ingin tetap bersama mereka, menjadikan seorang Jago menjadi pemurung.

Kenyataan kedua ‘kakak’ dan ‘adiknya’ juga menyayanginya tidak bisa menghibur perasaannya. Memang setiap malam ketiga saudaranya selalu saja ada yang menelpon, Ryu dan Tegarlah yang diinginkannya. Bahkan ajakan Claire untuk mengikutinya ke Australia tidak menarik minat pemuda yang merasakan sakit yang tak terhingga ini.

Di hari keempat puluh sejak meledak pesawat yang menghilangkan dua orang kekasih hatinya itu tanpa jejak, Jago semakin pemurung, dan penyendiri. Semua keluarga yang menghibur hanya mengalihkan waktu kesendiriannya sesaat. Sesaat ketika mereka meninggalkannya, ketersiksaan jiwa mulai menenggelamkan hati ‘anak keempat’ Ryu ini.

Hangat pasir malam hari membuat Jago membaringkan dirinya pada pasir lembut di belakang cafe. Matanya kosong memandang awan yang menemani bintang-bintang. Dia ingin mengadukan pada langit. Atau meminta langit tinggi itu mengembalikan ayah dan adiknya. Dia juga meminta agar diberi kabar tentang ayah dan adik kandungnya.

Pemuda malang, itulah gambaran sosok yang pasrah pada malam. Dipaksa mencari makan sendiri dan mempertanggungjawabkan adik di saat usia tujuh tahun oleh alam, lalu dikirim Ryu untuk menyelamatkan hari-hari kanak-kanak mereka, dan mereka menyelamatkan hari-hari sepi laki-lakj berumur tersebut, hingga mereka mendapatkan kebahagiaan, dan alam mengambil kembali kehidupan bahagia mereka dengan kejam.

“Tuhan, beri kabar tentang ayah dan adikku…”

Jago ingin menangis, tapi air matanya sudah habis. Mata murungnya memandang jauh ke cakrawala, berharap dua orang yang hilang itu muncul dan berlari-lari di atas permukaan air laut dan membentangkan kedua tangan mereka lalu memeluk jiwa dan raganya yang dihempas kerinduan, ke dalam pelukan hangat mereka.

Lama pemuda ini menekuri samudra, tapi yang diharapkan tidak juga muncul.

“Mungkin mereka akan memelukku di pembaringan… ” Bisiknya putus asa.

Kaki yang menopang jiwa lemah ini perlahan bangkit dan melangkah kembali ke cafe. Angannya menjajnjikan kalau dua orang yang hilang itu telah menunggunya dan akan mengajak dirinya bepergian bersama mereka.

Memasuki dapur, Jago menghidupkan kompor. Dia ingin membuatkan kopi terbaik cafe mereka untuk dua laki-laki hebat bagi hatinya.

Jago teringat kalau tempat tidur sang ayah berantakan, dan segera dia melangkah ke kamar. Pengabdiannya pada lelaki sempurnanya akan dia curahkan semuanya pada malam ini. Dia ingin menampilkan yang terbaik saat sosok yang kaya kasih sayang itu, saat kembali.

“Adek, jangan buat berantakan tempat tidur ayah dong… Abang sudah rapikan itu… “

“Oh, ayah sudah baring juga ya… “

“Kalian curang, masa main keroyok!”

“Iya, iya, abang baring juga. Tapi abang di tengah ya. Kali ini abang mau adek dan ayah meluk abang.”

Jago lalu berbaring persis di tengah-tengah tempat tidur. Dua guling mengapit dirinya.

“Ayah, adek, pelukan kalian di bandara waktu itu masih terasa oleh abang. Lambaian kalian waktu menuju tangga pesawat, selalu abang ingat.”

“Kalian lama sekali perginya. Untung abang Pascal, abang Dyandra, adek Grace dan bibi-bibi baik-baik semua. Jadi abang tidak sendirian.”

“Abang Pascal, abang Dyandra dan adek Grace itu anak kandung ayah, mereka lebih ganteng dari kita dek… Tapi mereka juga sayang sama abang… “

“Iya yah, mereka datang, juga ibu Claire… “

“Abang ngantuk. Besok saja abang lanjut ceritanya. Kalian harus peluk abang ya… “

Jago lalu mendekap kedua tangannya di dada. Merasakan kalau ayah dan adiknya memeluk dirinya dengan hangat. Menit berikutnya tubuh letih itu tertidur pulas. Mengistirahatkan jiwa nya yang lelah.

Entah bagaimana ceritanya, api menyala-nyala melalap bangunan dari kayu itu. Semakin lama semakin membesar. Dengan cepat menyebar ke seluruh bangunan. Melahap semua dalam jangkauannya tanpa sisa. Ketika mobil pemadam kebakaran tiba, tiga bangunan dalam komplek cafe SLE yang fenomenal itu telah menjadi arang.

Sesaat sebelum azan subuh, api sudah dapat ditaklukkan. Berita terbakarnya cafe pioneer itu dengan cepat menyebar dan membuat banyak orang terkesima.

Dan lebih terkesima lagi, bahwa ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut.

Tamat..

Ada bagian ekstra tentang kisah orang tua kandung Jago dan Tegar.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan