Penembang : All Great Things
Bagian 1 : Lokasi Glamping yyang Penuh Cahaya
Oleh Bagus SLE
Week end, saatnya mengakhiri minggu dengan penjelajahan alam. Akhir pekan kali ini, Sabtu, 25 Juni 2022 dimulai pukul 18.30 wib setelah admin Chanel YouTube ‘Bung Koni’ menyelesaikan sholat Maghrib.
Padahal subuh hari itu penulis dilanda mencret parah. Hingga 11 kali bolak-balik kamar mandi. Sampai-sampai terpaksa harus melewati pesta anak sahabat.
Dengan badan yang masih lemas, saya dan tim yang berjumlah 4 orang menyusuri jalan menuju desa wisata Penembang, Bengkulu Tengah.
Jarak ke lokasi kurang lebih 60 km yang semestinya ditempuh cuma 1 hingga 1,5 jam kami lewati dengan waktu hampir 3 jam dari kota Bengkulu. Anggota tim yang masih muda (Qiki dan Kevin) mengalami musibah. Motor mereka diserempet orang yang tidak bertanggung jawab.
Kami masuk ke desa wisata Penembang dari Simpang Lubuk Sini. Karena jalan penghubung lumayan bagus, kecuali kalau sudah memasuki simapang pasar menuju lokasi yang menjadi juara 3 desa wisata tingkat provinsi
Sampai di Sineba Cafe yang merupakan tempat awal. Disambut oleh pendaran cahaya lampu yang dipantulkan oleh air kolam, saung-saung dengan bentuk bangunan segitiga yang beratap daun rumbia, berlantai pelupuh yang dihubungkan oleh jembatan dari kayu, kelihatan sangat eksotis. Suasana ini menjadi magnet pada malam hari, apalagi jika bulan purnama dan diiringi oleh musik instrumen seperti Kitaro atau Kenny G.
Di meja tamu yang menyatu dengan cafe kami mengisi daftar tamu lalu diantar ke saung . Di bawah atap rumbia berbentuk segitiga tersebut sudah didirikan tenda yang bisa dihuni oleh 3 orang tapi bisa maksimal 4 orang. 3 kasur dan bantal sudah dibentang di dalamnya.
Di berendo (teras) saung, kami letakkan barang-barang bawaan dan setelah cuci muka, kami segera menyusun rencana kegiatan malam ini. Situasi hujan gerimis memaksa kami mengubah beberapa rencana.
Salah satunya acara barbeque yang semestinya menggunakan panggung di atas kolam, terpaksa dialihkan ke dapur cafe
Jadilah dapur Sineba Cafe menjadi tempat proses membakar ayam. Dari awal hingga akhir. Bencana besar menghiasi kegiatan ini. Bumbu yang sudah disiapkan ternyata tertinggal di pasar tempat membeli ayam.
Pada situasi seperti ini kehandalan chef Republik SLE diuji. Setelah merenung sejenak, akhirnya beliau mendapat wangsit memanfaatkan apa saja yang ada di dapur milik cafe Sineba. Untungnya, hasil akhir seperti yang diharapkan.
Ayam bakar dengan proses di atas tungku dan bara kayu bakar masak sempurna.
Selanjutnya Chanel YouTube Bung Koni yang merupakan sponsor tunggal acara ini mengabadikan syahdunya Sineba Cafe yang juga merupakan lokasi glamping dalam frame foto ataupun video.
Sementara saya berdiskusi dengan Ari Anggara sebagai pengelola seluruh area desa wisata Penembang. Kevin dan Qiki sibuk mancing di kolam yang di atasnya adalah lokasi glamping.
Cafe ini dilengkapi fasilitas kamar mandi yang artistik dan musola.
Sesi foto-foto selesai hingga jam 2 pagi. Istirahat lalu tidur. Entah terlalu capek, atau suasana yang mendukung, saya langsung tertidur dan bangun hampir jam 7 pagi. Itupun karena dibangunkan oleh Bung Koni.
Ngopi dan sarapan pagi kami lakukan di bawah air terjun karena sangat sempurna suasana menikmati kopi dan sarapan di sini. Berlatar air terjun Cu’up Pesuk yang putih dan gemericik aliran air yang membentuk sungai kecil dan kolam yang cocok untuk mandi.
Pengambilan gambar dan foto sarapan ini memakan waktu hampir 2 jam. Kevin yang baru belajar menerapkan hasil belajarnya dalam suasana yang hanya ada di air terjun Cu’up Pesuk yang menjadi ikon. ***