Bengkulu, Wordpers.id – Pilkada Serentak yang dicanangkan akan dilaksanakan pada bulan Desember menuai banyak perdebatan di publik maupun sosial media. Tidak jarang terlontar berita hoaks dan isu SARA yang muncul. Hal tersebut sudah begitu lumrah sekarang, tetapi sangat berdampak terhadap keberlangsungan sosial masyarakat.
Bukan hanya itu, kontestasi politik yang begitu mahal pun menambah esensi demokrasi tersebut berkurang, adanya klaim mengklaim massa pun relatif terjadi.
Demikian rilis yang disampaikan Forum Pemuda dan Komunitas Seni Budaya Batak Provinsi Bengkulu. Tak hanya itu, forum inipun menegaskan belum menentukan sikap politik atau pilihan.
Pilkada harus menjadi wadah bagi calon-calon pemimpin daerah menunjukkan kemampuannya. Dan Forum Pemuda dan Mahasiswa Bengkulu masih menunggu arahan dari para petinggi forum ini yaitu Reinal Sibarani, Kasrul Pardede, Jerri Simanjuntak, dan Sabar Budi Simbolon untuk menyampaikan sikap pilihan, siapa yang akan kita pilih dalam memimpin Provinsi Bengkulu, dan kita juga harus melaksanakan yang namanya rapat pimpinan se-Provinsi Bengkulu karena pilkada di kabupaten juga kita turut andil,” kata Ketua Forum Pemuda dan Mahasiswa Batak Bengkulu sekaligus Founder Komunitas Seni Budaya Batak Budi Simbolon, Senin, 21 September 2020.
Lanjut dia, Pilkada bertujuan untuk memilih pemimpin daerah yang memiliki kompetensi yang luas untuk kemajuan daerah. Pemuda dan mahasiswa sebagai agen of control harus berada pada posisi yang netral untuk menilai setiap kebijakan dari setiap calon.
“Provinsi Bengkulu adalah daerah yang memiliki potensi yang besar jika dikelola dengan baik. Potensi wisata dan budaya yang kaya, seharusnya menjadikan Bengkulu daerah yang maju,” katanya lagi.
Terkait sikap politik, forum ini siap berkontribusi dalam hal menyampaikan gagasan-gagasan pembangunan, jadi bukan sekadar dukung mendukung. (bt)