Pringsewu di Ambang Busuk, Ketika Pasar Rakyat Disulap Jadi Tong Sampah Raksasa dan Pemerintah Cuma Nonton!

PRINGSEWU, WordPers.ID – Ada yang busuk di Pasar Gadingrejo. Bukan sekadar bau menyengat dari selokan mampet dan limbah yang menggenang, tapi juga pembiaran sistemik dari mereka yang seharusnya bekerja. Sabtu (3/5/25), bau amis korupnya pengelolaan pasar lebih menusuk daripada aroma ikan asin yang dijual para pedagang.

Kita bicara soal pasar tradisional, pusat denyut nadi ekonomi rakyat kecil. Tapi entah sejak kapan, Gadingrejo malah menjelma jadi museum horor lingkungan. Sampah di mana-mana, drainase lebih mirip kolam fermentasi limbah, dan jangan harap ada kenyamanan yang ada cuma jijik dan getir.

Antoni, warga yang tiap hari melintasi kawasan ini, bicara lantang.
“Setiap hari saya lewat sini. Baunya luar biasa menusuk, apalagi saat cuaca panas. Sampah di mana-mana,” katanya. “Seolah-olah pasar ini tidak dikelola. Apa tidak ada petugas dari dinas yang melihat kondisi seperti ini?”

Pertanyaannya bukan retoris. Karena jawaban sederhananya adalah, memang tidak ada. Atau lebih tepatnya, ada tapi tak berfungsi. Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perdagangan Kabupaten Pringsewu tampaknya sedang sibuk… entah di mana.

“Ini bukan masalah baru. Tapi kenapa dibiarkan?” lanjut Antoni. “Apakah menunggu masyarakat jatuh sakit dulu baru bertindak?”

Mari kita telanjangi kenyataan karena ini bukan insiden sepekan dua pekan. Ini pembiaran menahun yang berubah jadi rutinitas. Warga mengeluh, pedagang pun meradang, tapi pihak berwenang adem ayem seolah masalah ini bisa larut sendiri seperti limbah di selokan.

Lebih tragis lagi, pasar yang seharusnya jadi pusat ekonomi dan interaksi sosial berubah jadi bom waktu pencemaran. Dan jika ada yang bertanya, “Apakah pemerintah menunggu warga jatuh sakit dulu baru bertindak?” Maka jawabannya seolah sudah dijawab sendiri oleh diamnya pejabat terkait.

BACA JUGA:  Bupati Lampura Lantik Tiga Pejabat Eselon Dua

Pasar Gadingrejo tak butuh basa-basi sidak atau unggahan Instagram ASN berjas safari yang pura-pura sibuk. Ia butuh tindakan nyata, pembersihan drainase, pengangkutan sampah rutin, dan yang terpenting, penegakan aturan untuk para pedagang. Karena yang buang limbah sembarangan juga bukan hantu.

“Pemerintah harus turun langsung. Bukan hanya sidak formalitas, tapi bekerja nyata. Pasar ini milik rakyat, jangan biarkan jadi sumber penyakit,” tegas Antoni, yang mungkin mewakili suara ratusan warga lainnya yang sudah bosan dengan janji manis dan kerja setengah hati.

Jadi, kapan pemerintah bangun dari tidurnya yang nyaman dan mulai bekerja dengan benar? Atau kita tunggu sampai Pasar Gadingrejo masuk berita nasional sebagai epicenter penyakit lingkungan?

Karena kalau terus begini, bukan hanya pasar yang busuk tapi juga nurani para pengurusnya.

(Davit)

Jangan Lewatkan