Word Pers Indonesia – Hasil survei yang dilakukan Center Of Economic and Law Studies atau Celios terhadap sejumlah menteri kabinet Prabowo-Gibran dalam evaluasi kinerja 100 hari pertama mendapat respon keras dari Satuan Karya Ulama Indonesia.
Sekjend Satkar Ulama Indonesia, Syamsurachman menilai metode yang digunakan oleh Lembaga Survey Celios (Center of Economic dan Law Studies) tidak fair karena hanya didasari pada persepsi responden, tidak ada tolak ukur yang jelas program apa yang disasar.
Menurutnya, jika sekedar persepsi, semua orang punya persepsi tanpa orang itu tahu apa yang diprogramkan dan bagaimana tindak lanjut dari program-program itu. Sehingga persepsi tidak bisa mengukur kinerja seseorang karena persepsi lebih kepada menilai dari kacamata sendiri secara subjektif tanpa melibatkan track record dan kinerja yang dinilai.
“Saya yakin masyarakat juga sudah tidak segampang itu mau men-judge seseorang berdasar persepsi orang lain. Makanya lembaga seperti ini harusnya tidak membodohi masyarakat yang sudah terbiasa membuat penilaian berdasarkan kinerja seseorang,”Kata Syamsurachman, Sabtu 25 Januari 2025.
Sekedar informasi, dalam studi ini, Celios menggunakan survei berbasis penilaian ahli atau expert judgment. Panel juri terdiri dari para jurnalis dari berbagai media yang dinilai memiliki wawasan mendalam tentang kinerja pemerintahan.
Setiap panelis memberikan peringkat kepada tiga menteri terbaik berdasarkan kinerja mereka dalam 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran. Lima indikatornya adalah pencapaian program, kesesuaian rencana kebijakan dengan kebutuhan publik, kualitas kepemimpinan dan koordinasi, tata kelola anggaran, serta kemunikasi kebijakan.
Kemudian, nama-nama sejumlah menteri pun masuk rapor merah berdasarkan survei Celios. Seperti Natalius Pigai, Budi Arie, dan Bahlil Menteri dengan Kinerja Terburuk Versi Celios. (Red)