Wordpers.id – Beberapa hari ini jagat media sosial dibikin gaduh oleh video komika Bintang Emon yang viral dengan judul “Gak Sengaja”. Tapi selang beberapa waktu, muncul juga di Twitter informasi bahwa Bintang Emon di serang buzzer dengan berita hoaks.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Digital Democracy (IDD) Bambang Arianto, bahwa fenomena seperti ini di era media sosial tentulah hal yang lumrah. Sebab, inikan era digital yang membuat setiap orang bebas berpendapat dan setiap orang juga bisa dengan mudah melakukan kritikan maupun menyebar hoaks. Apalagi saat ini dengan mudah orang membuat akun anonim dan palsu. Tapi yang saya sayangkan adalah akun yang menyebar hoaks tersebut kok harus di sebut akun buzzer?
Menurut Bambang Arianto yang selama ini sibuk meneliti buzzer media sosial, merasa ada yang janggal dalam perbincangan keseharian saat ini terutama tentang definisi buzzer media sosial.
“Jadi gini, dalam masyarakat digital itu kita hanya mengenal tiga aktor yakni, follower, buzzer dan influencer. Kategorisasi ini berdasarkan keaktifan dan juga besaran follower.”
“Apa sih sebenarnya buzzer media sosial? Buzzer itu merupakan akun media sosial yang setiap saat menyebarluaskan, mengkampanyekan, mendengungkan suatu pesan dan konten dengan tujuan memperkuat suatu pesan dan konten tersebut hingga menjadi sebuah opini publik. Jadi intinya yang menjadi buzzer itu adalah akun-akun media sosial yang memperkuat suatu konten atau pesan. Intinya adalah kata kunci memperkuat, yakni bisa dengan memviralkan melalui repost, reshare atau retweet.
“Dalam kasus Bintang Emon ini kan pada awalnya yang menyebarkan isu hoaks adalah akun anonim dengan follower 0, 9 dan 2. Bila kita cermati secara teori, akun anonim ini masuk kategori follower, karena akun ini tidak memiliki follower sama sekali dan bahkan ada yang memiliki follower dibawah dua digit”.
“Akan tetapi, dari sisi percakapan media sosial, akun anonim ini justru masuk dalam kategori influencer, karena pesan yang disampaikan telah membuat banyak warganet terpengaruh dan ikut menyebar luaskan atau memviralkan. Sebab inti seorang influencer adalah akun yang pertama mengangkat konten dan mempengaruhi warganet lainnya untuk ikut berinteraksi seperti memviralkan”
“Bila kita mengacu pada teori, terus yang menjadi buzzer akun yang mana? Apakah akun anonim tersebut atau justru akun yang ikut-ikutan memviralkan?”
“Disinilah banyak orang yang masih keliru bahwa akun anonim tersebut adalah buzzer, padahal bukan. Justru yang ikut memperkuat atau dengan kata lain memviralkan pesan itu yang bisa disebut sebagai buzzer. Sebab selama ini banyak orang salah kaprah dalam memaknai definisi buzzer”.
“Ironis sekali, banyak yang mengatakan buzzer itu akun anonim dan penyebar hoaks. Padahal tidak begitu dong. Buzzer itu sekarang malah jadi profesi terutama buzzer bisnis yang sering digunakan oleh banyak brand atau produk untuk mempromosikan, memviralkan atau justru memperkuat sebuah pesan yang disampaikan baik bisnis maupun politik”.
“Selain itu salah kaprah lainnya banyak yang menilai buzzer itu hanya ada di Twitter. Padahal buzzer itukan sekarang bergerak di Facebook, Instagram, Whatsapp hingga Youtube. Jadi dalam kasus Bintang Emon tidak tepat bila akun-akun penyebar hoaks tersebut disebut sebagai akun buzzer tapi lebih tepatnya “oknum” yang acapkali memanfaatkan teknik buzz saja,” menurut Bambang Arianto.”