SMP Negeri 22 berada di desa Tanjung Raman, Bengkulu Tengah. Sebuah desa pelosok dengan jarak 3,5 km dari jalan utama.
Sangat sulit mencapai sekolah milik negara tersebut. Medan jalan tanah yang sangat licin ketika musim hujan dan selalu menyeberangi sungai tanpa jembatan.
Itulah yang dialami oleh orang-orang yang akan keluar dan masuk ke desa Tanjung Raman. Termasuk ibu Neka, salah seorang guru di SMP tersebut.
Guru yang baru mengajar sejak setahun lalu di desa pedalaman tersebut telah mempopulerkan nama sekolah melalui postingan-postinga FB dan IG beliau, dengan konten Amorphophalus yang beliau bawa dari rumah dan ditanam di halaman sekolah.
Tanaman suku talas-talasan (araceae) yang saat ini diperkirakan akan mekar sempurna, berasal dari bibit seberat 1/2 kg dan menumbuhkan bunga dengan tinggi 25 cm dan diameter 20 cm. Bibitnya sendiri di bawa oleh bu Neka dari rumahnya yang ada Pasar Pedati.
MAMPIR JUGA DI VIDEO INI: BUNGA KIBUT, BUNGA BANGKAI
Tumbuhan vegetatif yang bunga dan daunnya tumbuh bergantian, memiliki getah gatal pada umbinya. Dengan jumlah spesies lebih dari 200 dan menyebar di wilayah tropis.
Nama ilmiah Amorphophalus yang berasal dari kata ‘amorphos’ dengan arti ‘bentuk yang rusak’ dan ‘phallos’ memiliki makna ‘kelamin pria’.
Si ‘kelamin pria yang rusak’ ditanam setahun lalu oleh guru yang mengajar mata pelajaran IPA dan salah seorang anggota Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu.
Wanita yang memiliki akun FB dan IG dengan nama ‘Delonix Regia’ mengatakan,
“Amorphophalus yang kami tanam setahun lalu dan diperkirakan mekar sempurna hari Sabtu 28 Agustus 2021 mendatang adalah Amorphophalus Paeonifollus.”
Harapannya ke depan semakin banyak anak-anak Indonesia kenal dan mengerti tentang bunga bangkai satu ini dan semakin banyak orang yang mulai melestarikan bunga khas Bengkulu terutama jenis Amorphophalus Titanum yang sudah terancam punah.
By: SLE Production