Lampung, WordPers.ID – Nama Tri Yudha Fitriansah mungkin tak dikenal publik luas. Tapi bagi warga sekitar rel belakang Kampus Unila, ia adalah sosok penjaga palang pintu kereta api yang sudah 17 tahun mengabdi.
Kini, pria asal Pekon Wates Induk, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu itu terbaring koma di ruang ICU RS Urip Sumoharjo, Bandarlampung, pasca kecelakaan lalu lintas saat hendak bertugas, Minggu (11/5/2025).
Yang membuat perih, saat nyawanya dipertaruhkan, kartu BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan Tri ternyata tidak aktif. Alhasil, keluarga harus menanggung biaya rumah sakit secara mandiri, lantaran jaminan sosial yang semestinya menjadi hak dasar malah mangkrak tanpa kepastian.
Ketua DPC HIPAKAD Kabupaten Pringsewu, Cikhan Kristianda, angkat bicara lantang. Ia menyayangkan lemahnya kepedulian dari instansi terkait, termasuk Pemkab Pringsewu sendiri.
“Seharusnya Bupati Pringsewu ikut andil dan bertindak cepat. Ini warganya sendiri, namanya Tri Yudha Fitriansah. Sudah belasan tahun mengabdi, bukan sedang liburan. Sekarang dia koma di ICU, BPJS-nya mati. Apa kita nunggu makin parah dulu baru semua sibuk pura-pura peduli?” kritik Cikhan, Sabtu (17/5/2025).
Ia juga menyinggung lemahnya sistem koordinasi antarinstansi. Padahal, Tri adalah tenaga honorer Dinas Perhubungan Kota Bandarlampung yang selama ini bertugas di titik rawan kecelakaan.
Cikhan menyebut peran Tri bukan kaleng-kaleng yaitu menyelamatkan nyawa pengendara setiap harinya, di bawah terik matahari maupun hujan deras, tanpa jaminan yang layak.
“Ini bukan sekadar soal administrasi. Kita bicara soal hak hidup. Soal kemanusiaan. Apa kita harus tunggu wafat dulu baru ramai hashtag ‘turut berduka’?” tambah Cikhan, dengan nada geram.
Respons cepat justru datang dari Wakil Gubernur Lampung, dr. Jihan Nurlela, yang melalui akun Instagram pribadinya menawarkan untuk membawa Tri ke RSUD Abdul Moeloek. Sebuah tindakan yang, menurut Cikhan, menunjukkan bahwa empati bisa datang bahkan dari ruang yang tak formal.
Kini, publik menanti di mana posisi Bupati Pringsewu? Apakah akan bersuara dan bertindak untuk warganya yang tengah berjuang melawan maut? Ataukah justru tetap diam dalam hening birokrasi?.
( Davit )