Walau Harus Ngesot dan Beberapa Kali Jatuh, Mandi Angin Selalu Berikan Kepuasan Lebih

Bengkulu, Wordpers Indonesia – Sudah dari tahun lalu telah diprogramkan untuk memuaskan jiwa petualangan merayapi tebing dan berenang di lembah yang hijau.

Penghalang utama yaitu alam. Cuaca seperti hujan seringkali tidak mendukung hasrat yang sudah lama dipendam. Jikapun hari bagus, waktu atau tim yang tidak tersedia.

Saat beberapa hari tidak hujan, saya dan tim youtube ‘Bung Koni’ dan ‘UKU JANG’, akun instagram @bungkoni, juga @knowing_bengkulu, langsung menghubungi pemandu lokal. Setelah komunikasi dan pemandu siap, kami langsung tancap gas.

Karena ke air terjun kita benar-benar tergantung dengan cuaca, maka keberangkatan dan persiapan mental harus diperhatikan. Jalan yang sangat ekstrim jika tersiram hujan menjadi kendala utama.

Tepat jam 11 malam hari Jumat 17 September 2021, kami berangkat dari Kota Bengkulu menuju Desa Tunggang.

Sesuai hasil komunikasi dengan saudara Agus, pemandu yang siap menemani kami, kami berhenti di desa Tunggang, kecamatan Pondok Suguh, Mukomuko.

Jam 2 dini hari kami sampai dan langsung istirahat di rumah Gunawan. Semestinya jam 8 pagi Sabtu, 18 September kami sudah berangkat ke lokasi air terjun. Karena ada kendala, maka jam 10 baru bisa gas.

Menggunakan 3 motor yang jokinya piawai tancap gas dengan situasi medan, kami melewati jalan perkebunan masyarakat dan perusahaan sawit, perjalanan menuju Mandi Angin lumayan menyenangkan dengan menaiki motor, walaupun di beberapa titik kami harus turun lalu berjalan kaki hingga lepas titik tersebut.

Jam 11 siang, kami sampai pada pemberhentian terakhir untuk bermotor. Istirahat sejenak, lalu mulai menuruni tebing berjalan kaki dan berpegangan pada tali yang sudah terpasang.

Lepas dari tebing yang curam dengan tali pengaman, langkah langsung disambut oleh pasukan pacet yang meliuk-liuk menunggu mangsa.

Untungnya, Gunawan dan Agung dekat dengan saya. Begitu ada pacet yang hinggap di kaki, mereka langsung sigap melepaskan makhluk yang mengerikan tersebut.

“Terimakasih Gunawan dan Agung, kalian pahlawanku… “

Mereka tertawa lucu… Hehe

Setengah jam kemudian, kami sampai di sungai yang merupakan aliran air terjun yang kami tuju.

Teriakan kepuasan atas keindahan yang menyambut kami menggema ke udara. Ketika menjejak sungai air yang sejuk mendinginkan jiwa lelah setelah menuruni tebing yang berbahaya.

Di depan sana suara gemuruh air terjun menyatu dengan alam dan ditingkahi oleh kicau burung dan satwa hutan lainnya. Putih air yang jatuh sangat kontras di antara hitam dinding batu yang tinggi dan hijau lumut juga dedaunan.

BACA JUGA:  Lantik 69 Pejabat Eselon, Wagub Rosjonsyah Tegaskan Ini

Tidak sabar ingin melihat objek indah ini lebih dekat lagi. Tanpa menunggu Bung Koni, Qiqi dan Agus yang masih dalam hutan, saya langsung menyusuri aliran air dan melangkah di atas bebatuan besar.

Puas foto-foto dan mengambil materi video, akhirnya semua tim berkumpul pada satu titik untuk makan siang bersama. Dilanjutkan dengan mandi di kolam yang ada di bawah derasnya terpaan air terjun tersebut.

Sekitar jam 2 siang, hari mulai mendung. Tidak lama kemudian langsung gerimis. Kami langsung bergegas pulang. Begitu menginjak bibir hutan, hari langsung hujan dengan derasnya. Jangan bayangkan bagaimana kerasnya perjuangan mendaki dan merayapi bukit menuju tempat istirahat pertama tadi.

Karena itu belum seberapa dengan perjalanan pulang melewati jalan tanah berlumpur. Perjuangan dan keseruan sebenarnya saat ban motor menginjak jalan yang kami lewati tadi.

Meniti bukit pertama ini saja motor sudah ngos-ngosan dan melintir-lintir. Bung Koni dengan joki Gunawan dan Qiqi di motor Agung, selamat hingga puncak tebing yang paling tinggi dan panjang ini. Sementara saya dengan motor ‘grandong’ bersama joki Agus, harus turun dan mendorong motor yang hidup hingga puncak. Nah bayangkanlah perjuangan awal ini.

Sedangkan sepanjang jalan ini banyak tebing yang harus didaki dan dituruni dengan lubang aliran air yang lumayan dalam untuk ban motor. Tergelincir lalu jatuh berkali-kali malah membuat perjalanan ini sangat menyenangkan dan seru. Beberapa kali saya dan kawan-kawan tertawa lepas dan saling ejek jika ada yang jatuh ataupun ngesot.

Selama perjalanan hampir 3 jam diguyur oleh hujan lebat. Untuk menghindari dingin dan masuk angin, saya buka baju.

Sampai desa sekitar jam 5 sore dan langsung membersihkan diri di sungai Air Berau yang jernih.

Ke Mandi Angin inilah saya benar-benar merasakan petualangan dan plong!

Nah, jika kalian penyuka tantangan dan minat ke Air Terjun Mandi Angin, saran saya hubungi dan gunakan guide lokal yang bisa membawa kalian dalam setiap kondisi. Saudara Agus di nomor,+62 852-3211-5148, Gunawan dan Agung sebagai timnya bisa saya rekomendasikan untuk kalian. Hubungi mereka di nomor tersebut.

*Foto dan isi/Air Terjun Mandi Angin Oleh Slebagus