Jakarta, Word Pers Indonesia – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan terdapat 13 calon emiten yang tengah antre masuk pasar modal melalui skema penawaran umum perdana saham (IPO) hingga Jumat, 24 Oktober 2025. Pipeline ini menunjukkan optimisme pasar, meski target IPO tahun ini masih jauh dari harapan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memaparkan, pipeline tersebut terdiri dari 2 perusahaan beraset kecil, 6 beraset menengah, dan 5 perusahaan beraset besar yang digadang-gadang menjadi motor IHSG di penghujung tahun.
“Dari komposisi pipeline, hanya dua perusahaan yang memakai laporan keuangan per Juli 2025. Selebihnya menggunakan laporan semester I 2025, sehingga mayoritas kami prediksi melantai di bursa pada akhir 2025,” ujar Nyoman.
Tak Ada Emiten Berlapor September, BEI Ketatkan Evaluasi. Direktur Nyoman juga menegaskan hingga saat ini tidak ada perusahaan yang menggunakan laporan keuangan per September 2025 untuk proses IPO. BEI memperketat evaluasi agar emiten yang melantai benar-benar memiliki kualitas kesehatan bisnis yang solid.
“Evaluasi kami bukan hanya soal pemenuhan syarat administrasi, tapi juga kinerja perusahaan secara menyeluruh. Perusahaan tercatat harus berkualitas, sehingga memenuhi ekspektasi investor dan stakeholder,” katanya.
Target IPO 2025 Masih Berat, Hingga kuartal IV, baru 23 perusahaan resmi tercatat di BEI. Angka itu masih terpaut jauh dari target 66 IPO pada 2025.
Sementara itu, BEI juga mencatat, 1 perusahaan dalam pipeline rights issue dan 23 emisi obligasi dalam pipeline, berasal dari 18 perusahaan
Di sisi lain, IPO PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) masih menjadi yang terbesar tahun ini dengan nilai emisi mencapai Rp4,66 triliun.
Dengan sisa waktu dua bulan menuju pergantian tahun, pelaku pasar berharap kehadiran emiten baru beraset jumbo dapat kembali memompa likuiditas dan meningkatkan gairah investasi domestik.(**)
Editor: Agus.A
