Meluruskan Jatidiri Sang Perajut Sang Saka Merah Putih

Fatmawati
Fatmawati

Fatmawati itu Patma Bukan Fatimah

Hut ke-76 Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2021 tinggal menghitung hari. Salah satu yang selalu terbetik dalam benak kita, Ibu Negara Pertama, Ibu Agung Fatmawati binti Hasan Din.

Saking hormat dan cintanya Rakyat Indonesia terhadap Ibu Agung Fatmawati, berbagai sarana dan prasarana di nusantara ini hampir seluruh ada disematkan namanya. Termasuk dibangunkan monumennya seperti di Simpnang Lima Ratu Samban kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

Sudah banyak kabar yang tersiar soal sosok Ibu Agung Fatmawati ini. Hanya saja, ada beberapa yang dirasakan tidak cocok dengan realitasnya. Dari mulai asal kedua orang tuanya, dimana ia dilahirkan hingga siapakah nama kecilnya. Hingga akhirnya, perwakilan keluarga besarnya yang ada di Bengkulu angkat bicara dan meluruskan, mengisi penggalan fakta yang hilang dari sosok Ibu Agung Fatmawati itu.

Seluruh literatur menulis sosok dan peran Ibu Fatmawati, wanita asli pribumi Bengkulu kelahiran Kota Bengkulu pada tanggal 5 Februari 1923. Disebutkan nama aslinya Fatimah, buah hati dari Hasan Din dan Siti Chadijah

Menurut khabar, nama Fatimah merupakan pemberian dari kedua orang tuanya yang merupakan keturunan Puti Indrapura atau keluarga raja dari kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat.

Tampaknya dari literatur atau khabar diatas, cerita Ibu Agung ini terjadi kerancuan sejarah. Supaya sosok Ibu Agung kian terang benderang, paling tidak meluruskan yang selama ini tercecer atau kurang benar, maka penulis mencoba menemui keponakan kandung Ibu Fatmawati, Drs Razia Nova Gafoer yang akrab di panggil Bang Nanok di kediamannya di Padang Harapan Bengkulu. Dari sinilah tembo (Silsilah) itu mulai terkuak.

Ini cuplikan wawancara wartawan Benny Hakim Benardie dengan Drs Razia Nova Gafoer beberapa waktu lalu:

Wartawan: Apa hubungan anda dengan Ibu Fatmawati?

Bang Nanok: Itu bibi kandung saya. Bapaknya Fatmawati, Hasan din itu adik beradik kandung dengan nenek saya Hapsa Din.

Wartawan: Benarkah Hasan Din itu berasal dari luar Provinsi Bengkulu?

Bang Nanok: Tidak benar. Sesuai paparan keluarga, keluarga Hasan din itu berasal dari Kota Bengkulu, tepatnya dari wilayah Padang Jati. Istri datuk Hasan Din yang namanya Siti Chadijah itu berasal dari Krui

Wartawan: Bukankah Hasan Din itu di katakan dari Indra Pura Mukomuko?

Bang Nanok: Bukanlah. Datuk Hasan Din itu orang Bengkulu, memang ada nenek poyangnya itu berasal dari keturunan Putri Bunga Melur yang kini Kabupaten Kaur, Selatan Provinsi Bengkulu. Kekeliruan seperti diungkapkan dari Mukomuko itu, dulunya sempat disampaikan pihak keluarga ‘datang’, yang kurang mengerti asal usul keluarga besar saya.

BACA JUGA:  Masyarakat Adat Desak Pemerintah Sahkan RUU Masyarakat Adat

Mereka lahir di Kota Bengkulu, tinggal di Kota Bengkulu hingga lahirnya putri kandung mereka, yang kitai sebut Ibu Fatmawati yang sebelum di persunting Soekarno bernama Patma itu.

Wartawan: Kok kita sebut Fatmawati? Memangnya nama asli Ibu Fatmawati itu siapa? Bukannya Fatimah?

Bang Nanok: hal itu juga terjadi kekeliruan. Nama asli Ibu Fatmawati itu bukan Fatimah, tetapi Patma yang berarti bunga melati. Nama Fatmawati itu nama yang diberikan Soekarno. Hingga kahirnya berubahlah nama Patma menjadi Fatmawati dan bukan Fatimah.

Kalau nama kecilnya Fatimah, pastilah panggilan kecill Ibu Fatmawati itu Timah. Ini sesuai kebiasaan orang Bengkulu dalam memenggal nama panggilan. Sedangkan nama asli Iubu Fatmawati itu Patma, karena itu nama kecil Ibu Fatmawati itu Temma.

Panggilan Temma itulah yang biasa adik beradik, bibi hingga kakek neneknya dari keluarga Ibu Fatmawati bila memanggil beliau.

Wartawan: Anda sangat tahu sedetail itu disampaikan siapa?

Bang Nanok selain saat kecil sering bertandang dengan Ibu Fatmawati di Jakarta, kebetulan saat itu orang tua saya tinggal di Jakarta dan sering berkumpul antar sepupuan. Termasuk dengan Guruh Soekarno Putra yang umurnya tak beda jauh jaraknya dari umur saya.

Wartawan: Kini jelas dipaparkan bahwa Ibu Fatmawati atau Patma itu asli Putri Bengkulu. Lantas apakah anda mendapat info keluarga, dimana Ibu Patma itu dilahirkan? Benarkah ia dilahirkan di Pasar Malabro, Kampung Cina Kota Bengkulu?

Bang Nanok: Ibu Patma itu dilahirkan di Padang Jati, tepat di Bank BNI 46 itulah dulunya rumah asli keluarga beliau. Sebuah bank yang kini berada di Pinggiran Simpang Lima Ratu Samban Kota Bengkulu.

Memang informasi ayah saya, dulunya Hasan din dan isteri pernah tinggal di Pasar Malabro. Saat itu Ibu Fatmawati masih kecil. Menginggat kala itu, Hasan Din bekerja di Perusahaan Belanda yang kantornya di dekat tempat tinggalnya.

Wartawan: Rumah yang kini dibangun bank itu sebenarnya rumah siapa?

Bang Nanok itu rumah tua keluarga besar kami dari orang tuanya Hasan Din dan nenek saya Hapsa Din. Sesuai kebiasaan keluarga kami, yang berhak lahir di rumah tua itu, hanya cucu pertama, dan Ibu Patma lahir di situ sebagai cucu tertua. Sementara ayah saya sebagai cucu ke-2 keluarga besar.

Jadi apa yang kita dibahas tadi sudah final. Ibu Fatmawati yang nama kecilnya Patma bukan Fatimah. Ia asli wanita Bengkulu yang ada keturunan Bunga Melur, Kabuoaten Kaur dan krui. (BB)