Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu Turun 14,43 Persen

BPS Provinsi Bengkulu saat Survey Kemiskinan di rumah Warga
BPS Provinsi Bengkulu saat Survey Kemiskinan di rumah Warga Foto/Dok B. Mustofa

WOrd Pers Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat persentase penduduk miskin di provinsi ini pada bulan September 2021 turun menjadi 14,43 persen.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu Win Rizal mengatakan jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK) di Provinsi Bengkulu mencapai 291,79 ribu orang.

“Penduduk miskin berkurang sebesar 14,19 ribu orang dibandingkan dengan kondisi periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 305,98 ribu orang dengan persentase 15,30 persen dari total penduduk di Bengkulu,” kata Rizal, Rabu (19/1/22).

Rizal merinci selama periode September 2020–September 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 570 orang, dari 99,4 ribu orang pada September 2020 menjadi 98,83 ribu orang pada September 2021.

Begitu juga di daerah perdesaan berkurang sebanyak 13,6 ribu orang dari 206,6 ribu orang pada September 2020 menjadi 192,97 ribu orang pada September 2021.

Turunnya jumlah penduduk miskin di Bengkulu, lanjut Rizal dipengaruhi oleh peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.

Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2021 tercatat sebesar 73,94 persen. Kondisi ini mengalami kenaikan jika dibanding kondisi September 2020 yaitu sebesar 73,86 persen.

“Kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak memicu angka kemiskinan di Bengkulu,” kata Rizal.

“Selain itu dampak pandemi COVID-19 juga merubah struktur jumlah dan persentase kemiskinan. Pada awal pandemi, ada sedikit kenaikan jumlah penduduk miskin, namun tak terlalu signifikan di banding pada periode Maret 2015 yang sebesar 17,88 persen,” papar Rizal.

Diukur berdasarkan garis kemiskinan, masyarakat Bengkulu dikategorikan sebagai penduduk miskin yakni dengan pengeluaran di bawah Rp572.455, per orang dalam satu bulan. Dibandingkan September 2020, terjadi kenaikan sebesar 7,93 persen.

BACA JUGA:  Herizal Apriansyah Beri Dorongan Positif untuk Petani Rejang Lebong dengan Distribusi Alsintan

Per September 2021, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan yakni Beras dengan sumbangan sebesar 22,22 persen di perkotaan : 22,82 persen di perdesaan lalu rokok kretek filter 12,23 persen : 11,43 persen.

Komoditi lainnya adalah daging ayam ras 4,39 persen : 3,93 persen, telur ayam ras 4,23 persen : 3,53 persen, mie instan 1,97 persen : 1,96 persen, kopi bubuk & kopi instan 1,51 persen : 1,95 persen, gula pasir 2,02 persen : 1,99 persen, cabe merah 3,70 persen : 3,51 persen.

Faktor Mempengaruhi Kemiskinan di Bengkulu

BPS mencatat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode September 2020–September 2021 antara lain adalah Pandemi COVID-19 yang berkelanjutan berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk sehingga mempengaruhi angka kemiskinan.

“Ekonomi Provinsi Bengkulu triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 juga mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,47 persen (y-on-y). Kemudian pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2021 menurun sebesar 4,40 persen (q-to-q),” papar Rizal.

Kemudian pada September 2021 Kota Bengkulu mengalami inlasi sebesar 0,17 persen . Laju inlasi tahun kalender September 2021 sebesar 1,51 persen. Sedangkan inlasi dari tahun ke tahun pada September 2021 sebesar 2,03 persen lebih tinggi dari bulan September 2020.

“Faktor kondisi Ketenagakerjaan periode Agustus 2021 juga menunjukkan bahwa persentase pekerja setengah penganggur naik sebesar 2,48 persen poin, begitu juga persentase pekerja paruh waktu naik sebesar 2,02 persen poin dibandingkan Februari 2021” kata Rizal.

Lalu terdapat 92.303 orang di Bengkulu yang terdampak COVID-19, terdiri dari pengangguran karena COVID-19 sebanyak 7.125 orang, bukan angkatan kerja 3.065 orang.

“Sementara tidak bekerja karena COVID-19 6.044 orang, dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 sebanyak 76.069 orang,” pungkasnya. (B.M)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan