Apakah Elite RI Terbiasa Membodohi dan Menipu Rakyatnya?

Merangkum Narasi Perancang Busana Terkenal Harry Darsono PhD, Menyikapi Psikologi Politik Pola Elite di Republik Indonesia, dalam dialog podcast Akbar Faizal Uncensored.

Menurut Harry Darsono, Elite di Indonesia (Politik dan Kekuasan) tidak bisa menjadi teladan, terlalu tidak jujur dan tipu tipu…cenderung manipulatif, munafik (Hippocrite) terlalu banyak cara-cara menista dan membodohi rakyat.

Dan kebodohan-kebodohan Rakyat menghadapi kebohongan-kebohongan Elite ini sering terulang, berulang ulang dan dianggap lumrah oleh Elite dan diamini oleh Rakyat.
Seperti rakyat terkondisikan tidak mau bangkit kesadaran keluar dari kesalahan yang sama. Seperti nyaman dalam “lingkaran setan” Tipu tipu elit

Rakyat sengaja dikondisikan oleh Elite menjadi bodoh dan merasa nyaman menerima hidupnya dimanipulasi, dibodohi, ditipu Elite. Dan Elite dengan sengaja mengiringi rakyat memuja pencitraan palsu yang dikondisikan oleh Elite.

Cara-cara manipulatif, nista dilakukan para Elite dengan pencitraan palsu saat kampanye , menipu rakyat supaya dipilih, dengan jargon-jargon pengentasan kemiskinan dan anti korupsi.

Faktanya. Saat Elite berkuasa rakyat dimiskinkan dengan mengkorupsi duit APBN dan APBD Untuk rakyat.

Elite berprilaku buruk merugikan rakyat mulai dari Pusat Kekuasaan RI di Jakarta Hingga di Tingkat RT di Perkotaan dan Tingkat Dusun di Pedesaan Wilayah Hukum Republik Indonesia.

Berapa banyak elite kekuasaan Gubernur, Walikota dan Bupati yang di OTT KPK karena kasus korupsi. Berapa banyak elite politik sebagai anggota dewan yang masuk penjara karena korupsi?

Artinya tesis Doktor Harry Darsono, bahwa Elite cenderung berlaku nista dengan jabatannya untuk membohongi dan menipu rakyat itu fakta dan realita kehidupan di NKRI.

Kenapa Elite tidak ada perasaan malu dan sedih saat melancarkan aksi menipu dan membohongi rakyat? Karena sumpah jabatan dengan menggunakan Kitab Suci untuk integritas, kesucian hidup berani dilanggar! Artinya TUHAN aja bisa ditipu lewat sumpah jabatan “palsu” Artinya Elite cenderung beragama palsu, lebih memuja jabatan memperalat sumpah Kitab Suci atas nama TUHAN.

BACA JUGA:  Rumah Makan Lubuak Idai Raya di Tangerang, Destinasi Kuliner Baru dengan Cita Rasa Lokal

Bagi Elite menipu TUHAN dengan ketaatan palsu janji sumpah palsu, kelasnya lebih tinggi.
Daripada cuma sekedar menipu rakyat jelata dengan janji-janji palsu itu, itu hal kecil.

TUHAN tidak butuh rumah, rakyat yang butuh rumah. TUHAN tidak butuh lilin untuk penerangan rakyat yang butuh lilin yang terus menyala.

Fakta banyak Elite demi kelihatan religius (Pencitraan Agama yang Manipulatif) bangun banyak rumah ibadah. Namun tidak tersentuh sedikit pun hati nuraninya membantu bagi sesama manusia. Tidak ada dorongan untuk membangun banyak rumah bagi rakyat miskin.

Saat kampanye Elite terlihat religius lebih Suci dari Malaikat. Saat menjabat lebih Iblis daripada Setan?

Elite mendapatkan mandat dari rakyat bukan untuk mensejahterakan rakyat, sebaliknya justru mempersulit kehidupan Rakyat.

Hukum Pun tidak bisa diharapkan lagi, tidak mengatur keadilan, yang pasti, duit yang mengatur hukum. Duit lebih berkuasa di atas hukum untuk menendang keadilan.
Belajar dari kasus Sambo dan belajar Temuan 349 Triliun oleh PPATK, Menkopolhukam dan Kementerian Keuangan yang dilihat Rakyat Indonesia saat dengar pendapat di DPR RI.

Indonesia lagi rusak dan sakit parah, kanker ganas, Butuh Reformasi Radikal Penataan Dalam Segala Bidang di Republik Indonesia.

Jika tidak ada perubahan paradigma, perubahan pola berpikir mengunakan nalar sehat. Tidak ada ketaatan Ibadah yang jujur, ikhlas dan tulus yakin adanya TUHAN.

Anda dan sayapun ketika menjadi Elite akan jatuh pada lobang yang sama, balas dendam aji mumpung memiliki kekuasaan, mungkin akan lebih jahat dari Elite yang kita anggap jahat saat ini.

Dirangkum dari link https://youtu.be/6ijPXa

Penulis: Freddy W
Editor: Redaksi