Oleh: AGus ANsori
Lebaran, bagi banyak orang di seluruh dunia, bukan sekadar sebuah perayaan agama, tetapi juga simbol kesatuan, kebahagiaan, dan kedamaian. Setiap tahun, umat Muslim merayakan Idul Fitri setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan. Namun, esensi Lebaran tidak hanya terletak pada aspek keagamaannya, tetapi juga dalam nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang tercermin dalam perayaan ini.
Di balik gemerlap lampu hiasan dan lezatnya hidangan khas Lebaran, terdapat kehangatan persaudaraan dan kebersamaan yang mengalir di antara keluarga, teman, dan tetangga. Lebaran membawa pesan perdamaian dan toleransi, memupuk rasa saling menghormati antarindividu dari berbagai latar belakang dan kepercayaan.
Lebaran juga menjadi waktu untuk merenung dan bersedekah kepada sesama yang membutuhkan. Aktivitas sosial seperti memberikan bantuan kepada yang kurang beruntung atau mengunjungi keluarga yang terpinggirkan menjadi bagian tak terpisahkan dari semangat Lebaran. Ini adalah momen bagi umat Muslim untuk mengingat nilai-nilai kebaikan, belas kasihan, dan kepedulian terhadap sesama, serta untuk memperkuat ikatan sosial di komunitas mereka.
Namun, dalam perayaan yang meriah ini, penting untuk tidak melupakan esensi dari puasa Ramadan yang mendahuluinya. Puasa tidak hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perilaku negatif seperti kemarahan, iri hati, dan kebencian. Oleh karena itu, Lebaran juga menjadi kesempatan untuk memulai lembaran baru dengan hati yang penuh kasih dan pikiran yang penuh damai.
Lebaran tidak hanya merayakan kemenangan atas cobaan dan kesabaran selama Ramadan, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai universal seperti cinta, kedamaian, dan solidaritas. Semoga semangat Lebaran dapat terus menginspirasi kita semua untuk menjadi individu yang lebih baik dan komunitas yang lebih bersatu, tidak hanya selama perayaan ini, tetapi juga sepanjang tahun. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin!