Rekonstruksi Jalan Kalirejo–Pringsewu Dipoles Rp12,9 Miliar, Tapi Masih Saja Jadi Tanda Tanya. Pak Gubernur, Ini Bukan Cuma Soal Beton!

Pringsewu, WordPers.ID – Jalan rigid beton yang seharusnya menjadi simbol pembangunan dan keseriusan Pemerintah Provinsi Lampung justru memicu diskursus publik terkait kualitas pembangunan. Proyek yang menelan anggaran hingga Rp12,96 miliar ini, alih-alih menuai pujian, justru memancing pertanyaan: “Sudah benar atau cuma asal jadi?”

Ironisnya, proyek ini sebelumnya diresmikan langsung oleh Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, dengan penuh semangat. Beliau menyebut bahwa pembangunan jalan ini adalah bagian dari janji-janji perubahan yang akan menyentuh masyarakat hingga ke lapisan paling bawah.

“Ini adalah langkah besar dalam mewujudkan janji-janji kerja kami kepada masyarakat Lampung. Acara ini bukan hanya simbol dimulainya pembangunan fisik, tetapi juga awal dari komitmen kami untuk membawa perubahan nyata bagi masyarakat,” ucapnya saat peresmian di Rejosari, Maret lalu.

Namun, beberapa bulan setelah peresmian itu, pekerjaan yang masih berlangsung justru mulai memperlihatkan ketidaksempurnaan. Alih-alih menguatkan optimisme publik, yang terjadi justru sebaliknya: ketimpangan spesifikasi dan minimnya transparansi makin mencolok.

Proyek Masih Berjalan, Tapi Sudah Nampak “Sakit”

Yang lebih memprihatinkan, proyek ini belum rampung, namun sudah menunjukkan gejala “tidak sehat” secara teknis. Seharusnya, pembangunan yang masih berlangsung menunjukkan progres yang kokoh, presisi, dan sesuai spesifikasi.

Namun, di lapangan, warga melihat ciri-ciri proyek “sakit dini”: papan proyek tidak dipasang, permukaan jalan kasar, sisi jalan tanpa penguat, dan pengecoran yang tidak meyakinkan.

“Baru dikerjakan saja sudah begini, bagaimana nanti setelah dipakai kendaraan berat? Jangan-jangan umur jalan ini lebih pendek dari masa kontraknya,” ujar AS, warga Pringsewu, Jumat (4/7/2025), sambil menunjuk bagian pinggir jalan yang tampak kosong tanpa tulangan.

Pekerjaan rigid beton yang seharusnya dikerjakan dengan ketelitian tinggi malah terkesan asal cor, asal rata, asal selesai. Padahal ini bukan proyek percobaan. Ini jalan utama provinsi!

Besi Tengah Ada, Pinggir Kosong?

Masalah tidak berhenti di papan. Besi tulangan utama, yang menjadi struktur penting untuk menopang rigid beton, hanya ditemukan di bagian tengah badan jalan. Sisi kiri dan kanan dibiarkaprovinsi seperti proyek hemat logika, bukan hemat anggaran.

BACA JUGA:  PT Jalur Data Indonesia Keberatan atas Judul Berita yang Dinilai Clickbait, Minta Media Lakukan Klarifikasi

Padahal standar konstruksi jalan rigid K-300 sangat jelas: besi tulangan Ø12–Ø16 mm harus terpasang penuh, lengkap dengan dowel Ø25 mm tiap 30 cm, dan tie bar Ø12 mm menyambung antar panel beton. Semua ini bukan hiasan proyek, tapi pondasi agar jalan tak pecah dalam waktu dekat.

“Kalau sisi pinggir jalan saja diabaikan, truk lewat dua bulan sudah retak. Mau sampai kapan kita begini?” lanjut AS, kesal.

Ini Pelanggaran, Bukan Kesalahan

Ir. Rendy Hartono, M.T., dosen Teknik Sipil Universitas Lampung, juga ikut angkat bicara. Menurutnya, praktik seperti ini berisiko menciptakan kerusakan dini, mempercepat penurunan mutu jalan, dan berujung pada perbaikan berkala yang menggerogoti anggaran daerah.

“Kalau tulangan tidak lengkap, maka struktur tidak akan mampu menahan beban. Ini bukan sekadar kesalahan teknis. Ini pelanggaran serius,” tegasnya.

Di Mana Tindak Lanjut Janji Pak Gubernur?

Gubernur Lampung tidak hanya bicara infrastruktur saat peresmian. Ia juga menyinggung pentingnya pembangunan sebagai motor ekonomi dan transformasi sumber daya manusia.

“Kami ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan inovatif, serta meningkatkan kualitas SDM yang unggul dan produktif,” kata Gubernur kala itu.

Tapi warga kini menunggu, bukan hanya janji, tapi juga langkah konkret. Sebab membangun bukan soal memecah kelapa di aspal, tapi soal merawat kepercayaan publik.

“Pak Gubernur kami hormati, tapi tolong… ini hasilnya seperti apa? Sudah Rp8 miliar lebih dipakai untuk satu segmen, masak kualitasnya begini?” kata AS, menyampaikan keresahannya mewakili banyak warga lainnya.

Dinas BMBK Masih Diam

Hingga artikel ini ditulis, belum ada tanggapan dari Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung. Seperti biasa, masyarakat lebih dulu mendengar gemuruh jalan yang retak daripada suara penjelasan resmi dari instansi yang bertanggung jawab.

( Davit Segara )

Jangan Lewatkan