Hari ini, Ulang Tahun Istri Kedua Soekarno, Berikut Sepenggal Kisahnya

Wordpres.id, Sejarah – Tahun 1980 ada seorang wartawan yang menanyakan sesuatu kepada Inggit, “Ibu, apa warisan yang Bung Karno tinggalkan?” pertanyaan yang sangat sederhana.

Inggit tersenyum mendengar pertanyaan itu, “Indonesia merdeka inilah peninggalan Soekarno untuk kita semua.” jawab Inggit singkat.

Wartawan itu mengerutkan dahi, “Bukan itu Bu. Maksud saya, warisan Bung Karno untuk Ibu sendiri, apa ada?” koreksi wartawan itu.

Semakin lebar senyum Inggit, “Kenangan yang manis selama perjuangan bersama mantan suamiku” jawab Inggit.

Tak terasa puluhan tahun sejak jawaban itu terucap dari lisannya, warisan itu masih berdiri tegak melampaui zaman. Warisan itu pula masih dikenang dan diperjuangkan oleh orang-orang yang mengingat jasa baik seorang Inggit Garnasih mendampingi seorang tokoh pendiri bangsa demi kemerdekaan rakyatnya.

Indonesia raya adalah warisan mereka untuk kita semua.

Selamat ulang tahun Ibu, semoga doa terbaik tercurah bagi Ibu dan warisan yang Ibu tinggalkan untuk anak-cucu Ibu.

Sepenggal kisah asmara , dan perjalanan hidup Inggit dengan soekarno.

Soekarno adalah pahlawan yang sangat masyhur di Indonesia. Namanya banyak ditulis dalam buku-buku dengan kisah perjalanan hidupnya yang sangat heroik dan patriotik. Namun dibalik semua kisah heroiknya, ada kisah romantis dan dramatis yang membalut perjalanan hidupnya.

Pernah suatu saat ketika Soekarno jatuh cinta pada seorang perempuan Belanda, namanya Mien Hassels, saat itu Soekarno baru berumur 19 tahun. Diusia yang masih muda belia Soekarno memang sudah banyak disukai orang, karena parasnya yang tampan dan berkarisma. Cinta Soekarno kepada Mien Hassels waktu itu begitu besar, karena itulah dia memberanikan diri menjumpai ayah Mien untuk berterus terang mengatakan kalau dia menyukai anaknya.

Dengan percaya diri dan gagah berani Soekarno menyampaikan perasaannya di depan ayah Mien. “Tuan kalau tidak berkeberatan, aku bermaksud meminta putri Tuan untuk kuajak hidup dalam suatu ikatan perkawinan”, Soekarno memohon dengan nada gemetaran.

Seketika ayah Mien menimpali, “kamu? Inlander seperti kamu? berani-beraninya kamu mendekati anakku. Keluar kamu binatang kotor, keluar!”. Pertama kalinya Soekarno menerima perkataan seperti itu, dengan muka muram dia meninggalkan rumah Mien.

Peristiwa ini adalah kejadian pahit yang sulit dilupakan oleh Soekarno, cinta pertamanya berjalan tidak semulus yang dibayangkan. Kisah tragis cinta Soekarno ini tidak mematahkan semangatnya untuk belajar dan meneruskan jenjang pendidikannya.

Soekarno kemudian melanjutkan pendidikanya ke Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya pada tahun 1916. Ketika di Surabaya Soekarno tinggal di rumah H.O.S Tjokroaminoto, teman dari ayahnya. Ayah Soekarno sengaja menitipkan anaknya kepada Tjokroaminoto karena, Tjokroaminoto adalah orang yang dianggap hebat oleh ayahnya dengan posisinya sebagai pemimpin politik di Jawa dan sebagai ketua Sarekat Islam.

Di rumah pak Tjokro, Soekarno tinggal bersama orang-orang yang kelak menjadi tokoh Nasional seperti, Kartosuwiryo, Semaun, Alimin, dan Sigit Bachrum Salam.Di rumah Tjokroaminoto ini Soekarno bertemu dengan Siti Utari, anak pak Tjokro. Utari adalah anak pertama dari pasangan Tjokroaminoto dan Suharsikin dan satu-satunya anak perempuan karena tiga orang adiknya adalah laki-laki. Utari adalah sosok perempuan muda yang dikagumi oleh beberapa pemuda yang tinggal indekos di rumah pak Tjokro, tapi hanya ada dua orang yang bersaing berat yaitu, Soekarno dan Sigit Bachrum Salam.

Persaingan keduanya berakhir saat pak Tjokro menyetujui hubungan Utari dengan Soekarno. Akhirnya pada tahun 1920 Soekarno menikahi Siti Utari diusianya yang ke 16 tahun. Pernikahan ini memulai kisah baru percintaan Soekarno karena ini tandanya Soekarno untuk pertama kalinya menikah dan Utari jadi istri pertamanya.

Hubungan pernikahan Soekarno dan Utari berjalan tidak lancar, hal ini terjadi karena Utari saat itu belum dewasa dia masih suka bermain di halaman rumah layaknya anak kecil. Memang setelah ibunya wafat Utari kurang mendapat perhatian, karena Trokroaminoto sendiri sibuk dengan kegiatannya di Sarekat Islam.

Sikap Utari yang masih kekanak-kanakan tidak cocok dengan Soekarno yang waktu itu sudah sibuk dengan beragam masalah yang berkaitan dengan bangsa dan negara. Dalam buku “Bung Karno Biografi Putra Sang Fajar” karangan Jonar T.H. Situmorang mengatakan, bahwa Soekarno belum pernah sama sekali menyentuhnya (melakukan hubungan suami istri).

Soekarno mengatakan “bisa saja saya tidur dengan Utari jika menghendakinya, tapi belum saatnya melakukan itu, boleh jadi aku adalah seorang pecinta akan tetapi aku bukan pembunuh gadis remaja”. Keadaan ini terjadi berangsur-angsur setiap hari, namun hal ini tidak menghalangi Soekarno untuk terus belajar.

BACA JUGA:  Dua Pemuda Selebar Diamankan Polisi, Terlibat Pengeroyokan

Selang setahun pernikahannya dan Soekarno telah lulus dari HBS, dia melanjutkan pendidikannya di Bandung, yaitu di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau sekarang lebih dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada awalnya Soekarno hanya pergi sendiri ke Bandung dan menetap di rumah sahabat Tjokroaminoto yaitu, Haji Sanusi.

Sebelumnya Haji Sanusi telah menerima surat dari Tjokroaminoto yang menceritakan bahwa menantunya akan bersekolah di Bandung dan minta dicarikan tempat tinggal. Di rumah Haji Sanusi hanya berdua dengan istrinya Inggit Ganarsih sehingga masih ada kamar kosong untuk dipakai Soekarno. Tak lama kemudian Soekarno pulang ke Surabaya untuk menjemput Utari agar tinggal bersama nya di rumah Haji Sanusi.

Pada awalnya Utari dan Soekarno tinggal sekamar tapi dengan berbeda tempat tidur. Sifat kekanak-kanakan yang masih saja belum hilang dari Utari selanjutnya menyebabkan mereka harus pisah kamar. Utari masih suka tidur dimana saja layaknya anak-anak lain yang sebaya, selain itu Soekarno mulai sering kedatangannya teman-temannya sehingga mengharuskan Utari pindah kamar.

Sifat Utari yang seperti itu membuat Soekarno tidak mendapatkan sentuhan perempuan yang dia dambakan, Soekarno mendambakan perempuan yang dia bilang bisa menjadi, Ibu, Istri dan teman. Perempuan dambaan Soekarno adalah seseorang yang bisa memberikan kasih sayangnya ditengah kesibukan dia sebagai tokoh pemuda yang aktif dalam memerdekakan Indonesia.

Sosok perempuan yang bisa menjadi, ibu, istri dan teman kemudian dia temukan pada Inggit Ganarsih istri Haji Sanusi. Inggit adalah sosok yang didambakan Soekarno, setiap harinya Inggit ikut merawat Utari dan Soekarno. Hubungan Soekarno dengan Inggit kian hari kian dekat, Soekarno merasakan kenyamanan dari sentuhan kasih sayang dari Inggit.

Jalinan hubungan Soekarno dengan Inggit memang keliatan janggal, karena hubungan ini terjadi antara Soekarno sebagai orang yang indekos di rumahnya dan sudah beristri, dengan Inggit sebagai ibu indekos yang sudah bersuamikan Haji Sanusi. Tapi sejarah berbicara seperti itu, kemesraan justru terjadi antara Soekarno dengan Inggit bukan dengan Utari.

Sebelumnya memang hubungan Haji Sanusi dengan Inggit sedang retak karena Haji Sanusi sering keluar malam mencari perempuan lain dan bermain biliar. Kemesraan yang terjalin lama kelamaan memuncak hingga akhirnya Soekarno memberanikan diri untuk bilang ke Haji Sanusi bahwa dia mencintai Istrinya.

Kemudian karena hubungan Haji Sanusi dengan Inggit terus dirundung masalah maka Haji Sanusi mengambil sikap untuk menceraikan Inggit, tindakan yang sama pula dilakukan oleh Soekarno yang menceraikan Utari.

Kemudian setelah Soekarno menceraikan Utari dan Inggit diceraikan oleh Haji Sanusi mereka berdua menikah. Pernikahan mereka terjadi pada 24 Maret 1923, pernikahan dilangsungkan di rumah orang tua Inggit di Bandung. Utari kemudian dibayarkan pulang oleh Soekarno ke Surabaya, dan Soekarno menyampaikan permintaan maaf di depan Tjokroaminoto.

Catatan sejarah hidup antara Soekarno dengan Inggit terlihat begitu romantis, Inggit bisa menjadi ibu, istri dan teman yang selalu menemani langkah perjuangan Soekarno. Kisah perjuangan Soekarno di Bandung dimulai saat dia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927, disini PNI sebagai partai politik berjuang untuk merebut kemerdekaan dari Belanda.

Karena pergerakannya itu maka PNI dianggap merugikan Belanda, maka para tokoh PNI yang salah satunya Soekarno ditangkap dan di penjarakan, di penjara yang bernama Banceuy di kota Bandung.

Di saat-saat ini hubungan romantis antara Soekarno dan Inggit tetap terjalin. Inggit sering mengunjungi Soekarno untuk membiasakan makanan, buku dan potongan-potongan berita yang berkembang di luar. Soekarno dijatuhi hukuman empat tahun penjara oleh hakim, setelah dari Banceuy Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin.

Setelah bebas dari penjara Sukamiskin, dua tahun kemudian Soekarno ditangkap lagi karena dituduh subversif kepada pemerintah dan dibuang ke Pulau Ende, Flores. Selama masa tahanannya ini Inggit senantiasa menemani Soekarno dengan sabar sebelum nantinya Soekarno menikahi Famawati gadis asal Bengkulu dan Inggit Ganarsihpun diceraikan.

Redaksi

Jangan Lewatkan