Artikel Oleh: Bagus President Republik SLE
Dunia semakin lama semakin rusak. Rusak oleh keangkuhan, congkak, dan rakus dari beberapa orang pemuja ‘Karun’. Alam yang sejuk menjadi panas. Saat hujan menjadi bencana.
Perubahan iklim global memicu perubahan kondisi alam. Menurut para ilmuwan dunia, perubahan iklim ini disebabkan belantara gedung yang membiaskan panas matahari ke atmosfier,, hutan yang digunduli dan diubah menjadi calon ‘padang pasir’ baru, adalah salah satu sebab mencairnya gunung es di kutub utara.
Mari kita lihat akibat dari congkak, angkuh dan arogansinya pihak-pihak yang mestinya menjadi penyelamat alam dan lingkungan, terutama Indonesia, khususnya Bengkulu.
Kebijakan pemerintah menjadi sebab utama akibat dari perubahan iklim ini. Bagi para pemuja harta dan tahta, pemerintah adalah pintu masuk dari pencapaian sifat hedonis mereka. Dari pemerintahanlah aturan-aturan yang melarang tindakan perusakan, akan diubah menjadi ‘boleh’, dengan bahasa seolah-olah untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Terpuaskah rasa haus harta mereka? Tidak! Lihatlah lingkungan kita saat ini. Semakin hari semakin bertambah pihak-pihak yang menjadi pelaku kerusakan.
Rakyat pemilik sah tanah leluhur protest? Silahkan saja, dengan resiko akan berhadapan dengan keangkuhan dan keberpalingan aparat terhadap kelestarian lingkungan, yang semestinya menjadi penjaga hak hidup orang di sekitar kerusakan alam yang mereka ‘jaga’. Kalau tidak, kekerasan pada badan, bahkan ada yang harus mengorbankan nyawa. Kekerasan verbal berupa ancaman dan penghinaan? Itu hanya sebagai pembuka.
Lihatlah berita-berita, yang tentu saja tidak kita dapatkan dari media-media besar negeri ini. Para pembela tanah leluhur mereka di Pekan Baru, Papua, dan di Bengkulu sendiri. Suara mereka berimbas pada ancaman-ancaman hukuman yang landasannya bisa ditarik ulur berdasarkan siapa yang berkehendak.
Banjir? Biar saja, selagi bukan rumah mereka. Panas? Apa perduli mereka? Selagi AC adalah hal gampang mereka dapatkan. Toh, yang merasakan semua ‘kesengsaraan’ tersebut adalah rakyat biasa, yang nanti, akan mereka jadikan modal buat berkampanye.
Lagipula, mereka, para rakyat yang ‘memelatakan’ kepala, harga diri dan hak hidup anak cucu mereka sudah dibayar hanya dengan uang Rp 100.000,++ paling mahal.
Jika nanti air menjadi barang rebutan, mahal dan langka, jangan heran. Itulah tujuan para pemuja harta duniawi.
Adakah kalian menyadari itu? Fikiran anda jangan hanya anda jalankan hingga esok, tapi berfikirlah hingga anak cucu kalian. Karena, apa yang mereka dapatkan nanti, tergantung dari apa yang anda putuskan hari ini.
Artikel Oleh: Bagus President Republik SLE