Potret Kuliner Legendaris Indonesia yang Kini Tinggal Kenangan, dari Mbah Lindu hingga Leker Paimo

Word Pers Indonesia – Sejumlah sosok legendaris di dunia kuliner Indonesia telah tiada, namun dedikasi mereka dalam meracik cita rasa khas Nusantara tetap hidup dalam ingatan masyarakat. Para pelaku usaha makanan kaki lima ini bukan hanya menawarkan hidangan, tetapi juga mewariskan budaya makan yang kaya dan penuh sejarah.

Salah satu sosok yang sangat dikenang adalah Mbah Lindu, penjual gudeg asal Yogyakarta yang mengabdikan lebih dari 80 tahun hidupnya untuk berjualan. Meski telah meninggal dunia di usia hampir 100 tahun, warisan rasa gudegnya masih menjadi favorit wisatawan dan warga lokal.

“Mbah Lindu bukan hanya menjual gudeg, tapi menyampaikan rasa cinta pada warisan kuliner Jawa. Beliau adalah simbol ketekunan dan keikhlasan,” ujar salah satu pelanggan setia, Sutrisno, kepada Wordpers.id, Rabu (10/7/2025).

Tak hanya Mbah Lindu, ada juga Leker Paimo dari Semarang yang wafat pada usia 58 tahun. Ia dikenal lewat racikan kue leker legendaris, baik rasa manis maupun gurih, yang menjadi ikon kuliner jalanan di ibu kota Jawa Tengah tersebut.

Selain itu, nama Pak Sadi, pemilik soto legendaris Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli, juga masuk dalam daftar tokoh kuliner yang dikenang. Berdiri sejak 1971, warungnya tetap ramai hingga kini, bahkan setelah ia meninggal pada 11 Februari 2024 dan dimakamkan di Lamongan.

Tiba Tempeh: Startup Inggris Angkat Derajat Tempe di Eropa

Tak hanya kisah lokal, pembaca juga terpikat dengan kabar dari luar negeri. Startup asal Inggris bernama Tiba Tempeh, berhasil menggalang dana sebesar Rp29 miliar dari Maven Capital Partners dan Northern Powerhouse Investment Fund II, didukung langsung oleh British Business Bank.

BACA JUGA:  Rapat Forkompincam Penarik Bahas Kontroversi Penutupan Karaoke di Lubuk Mukti

Didirikan oleh Alexandra dan Ross Longton pada 2019, Tiba Tempeh mempopulerkan tempe sebagai makanan vegan sehat dan lezat. Produk mereka kini dipasarkan di tiga jaringan supermarket besar di Inggris serta menembus pasar Spanyol dan Prancis.

“Kami ingin tempe dikenal sebagai sumber protein nabati yang enak, bisa diolah menjadi burger, sandwich, hingga kudapan praktis lainnya,” ujar Alexandra dalam rilis resmi Tiba Tempeh.

Mi Ayam Gerobakan di Jogja: Murah, Lezat, dan Mengenyangkan

Kisah kuliner lainnya yang tak kalah menarik adalah keberadaan mi ayam kaki lima di Yogyakarta. Di antaranya Mie Ayam Pak Kliwon, yang berjualan sejak 1991 di depan SMAN 1 Yogyakarta. Dengan menu mi ayam polos hingga mi ayam jamur, warung gerobaknya menjadi favorit pelajar dan pekerja.

Selain Pak Kliwon, ada juga Mie Ayam Bu Tumini yang terkenal dengan kuah kental dan gurih serta potongan ayam melimpah. Keduanya mewakili semangat kuliner gerobakan yang tetap bertahan di tengah gempuran makanan modern.

Kenangan dan Inovasi Bertemu di Dunia Kuliner

Warisan kuliner lokal dan gebrakan global seperti Tiba Tempeh menjadi bukti bahwa dunia kuliner Indonesia tak pernah kehilangan daya tarik. Dari sosok-sosok yang telah tiada hingga ide-ide baru yang lahir dari generasi muda, semua berkontribusi menjaga dan mengembangkan khazanah rasa Indonesia.

“Kuliner bukan sekadar makanan. Ia adalah identitas dan napas dari sebuah bangsa,” ujar Chef Danu Widodo, pemerhati makanan tradisional Indonesia.

Writer: Agris
Editor: ANasril

Jangan Lewatkan