Oleh: Fikri Ahmad Faadhilah
Peluncuran Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menjadi tonggak penting dalam membangun generasi emas Indonesia menuju tahun 2045. Dengan fokus pada kebiasaan Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat, gerakan ini bertujuan menanamkan nilai-nilai fundamental yang menjadi modal karakter generasi unggul. Gerakan ini berlandaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 dan 2 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pemerintah bertanggung jawab mengusahakan serta menyelenggarakan sistem pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembangunan karakter juga menjadi salah satu tujuan utama pendidikan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan, “Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter bangsa. Gerakan Tujuh Kebiasaan adalah implementasi konkret dari amanat konstitusi untuk mencetak manusia Indonesia yang berkualitas secara utuh.” Ujarnya. Dengan kata lain, inisiatif ini merupakan wujud komitmen pemerintah dalam menciptakan generasi yang unggul secara intelektual, sosial, dan spiritual. Secara historis, bangsa Indonesia memiliki tradisi kuat yang mengutamakan nilai-nilai kebersamaan, disiplin, dan kerja keras. Kebiasaan seperti bangun pagi untuk bercocok tanam, bergotong royong dalam kegiatan masyarakat, dan kebiasaan makan bersama keluarga mencerminkan nilai-nilai luhur yang telah lama menjadi identitas bangsa.
Namun, seiring modernisasi, banyak kebiasaan positif ini mulai tergerus oleh gaya hidup serba instan. Gerakan ini hadir untuk mengembalikan nilai-nilai tradisional tersebut dalam konteks yang relevan dengan tantangan zaman modern. “Kami ingin menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional Indonesia yang positif, seperti bermain bersama teman sebaya dan mengurangi ketergantungan pada gawai,” terang Mendikdasmen.
Secara filosofis, Tujuh Kebiasaan Anak Hebat mencerminkan pandangan hidup bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Kebiasaan Beribadah, misalnya, sejalan dengan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sementara itu, kebiasaan Bermasyarakat mencerminkan nilai gotong royong dalam sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Filosofi dari kebiasaan ini adalah membangun manusia seutuhnya yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berbudi pekerti luhur.
Dalam pandangan Prof. Endang Surya, seorang pakar pendidikan karakter dari Universitas Negeri Jakarta, “Kebiasaan positif yang ditanamkan sejak dini akan membentuk fondasi karakter yang kokoh. Anak yang memiliki karakter kuat akan lebih mampu menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia”. Ujarnya.
Gerakan ini juga didasarkan pada kebutuhan sosiologis untuk memperbaiki pola interaksi sosial generasi muda di era digital. Anak-anak zaman sekarang cenderung lebih individualistis karena dominasi teknologi, seperti gawai dan media sosial. Hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan anak untuk berinteraksi secara langsung dan membangun hubungan sosial yang sehat.
Kebiasaan seperti Bermasyarakat dan Gemar Belajar dirancang untuk membangun kecerdasan sosial dan emosional anak-anak. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mereka belajar empati, kerja sama, dan rasa tanggung jawab. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Mira Arlina, seorang sosiolog anak, “Anak yang aktif bermasyarakat akan memiliki kemampuan adaptasi sosial yang lebih baik dan cenderung menjadi individu yang lebih toleran dan inklusif.”
Dari sudut pandang medis, Tujuh Kebiasaan Anak Hebat mendukung perkembangan fisik dan mental anak secara optimal. Kebiasaan Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, serta Tidur Cepat, misalnya, sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan fungsi otak.
Menurut Dr. Andi Wirawan, seorang spesialis tumbuh kembang anak, “Anak yang memiliki pola makan bergizi, rutin berolahraga, dan tidur cukup akan memiliki sistem imun yang lebih kuat, kemampuan konsentrasi yang lebih baik, serta risiko rendah terkena penyakit kronis di masa dewasa.” Tegasnya. Kebiasaan ini menjadi kunci untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga sehat dan produktif.
Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Implementasi Tujuh Kebiasaan Anak Hebat tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga bangsa. Generasi yang berkarakter kuat, sehat, dan cerdas adalah fondasi untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia adalah investasi jangka panjang yang harus dimulai sejak usia dini.
“Dengan menanamkan tujuh kebiasaan ini, kami berharap dapat membentuk generasi emas yang mampu bersaing di tingkat global tanpa kehilangan nilai-nilai lokal,” ujar Menteri Mu’ti. Untuk mendukung gerakan ini, Kemendikdasmen mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan media, untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif. Tujuh Kebiasaan Anak Hebat adalah langkah strategis untuk membangun generasi emas Indonesia yang unggul dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan dasar yuridis, historis, filosofis, sosiologis, dan medis yang kuat, gerakan ini diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam membentuk karakter bangsa yang tangguh dan kompetitif.
Gerakan ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari kebiasaan kecil. Dengan kolaborasi semua pihak, tidak ada yang mustahil untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. Kini saatnya kita bertindak bersama untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh menjadi hebat, berkarakter, dan bermanfaat bagi dunia.