Seluma, Word Pers Indonesia – Warga Desa Padang Kuas, Kabupaten Seluma, Bengkulu, menyuarakan keluhan serius terkait keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang berdiri tepat di atas permukiman mereka. Sejak lima tahun terakhir, warga mengaku mengalami berbagai dampak, mulai dari kerusakan peralatan elektronik hingga perubahan pola hidup anak-anak yang kehilangan kebebasan bermain.
“Sejak SUTT berdiri, televisi, kulkas, dan beberapa peralatan rumah tangga kami sering rusak. Masalah ini bukan sekali dua kali, tapi sudah sering terjadi,” ungkap Pessi, salah seorang warga yang telah tinggal di desa itu lebih dari 40 tahun, Sabtu (30/8/2025).
Menurutnya, meski warga sudah berulang kali menyampaikan persoalan ini, pemerintah desa hingga kini belum memberikan solusi.
“Jujur, pemerintah desa di sini tutup mata. Keluhan kami dianggap angin lalu, terutama bagi warga yang rumahnya tepat dilalui kabel bertegangan tinggi itu,” katanya.
Dampak keberadaan SUTT bukan hanya soal kerusakan barang elektronik. Pessi mengungkapkan, rasa was-was terus menghantui warga, terutama ketika hujan dan petir melanda. Anak-anak yang biasanya bebas bermain kini harus terus berada di dalam rumah.
“Sebelum ada SUTT, anak-anak kami bisa bermain di luar, bahkan di lapangan sekolah meski hujan. Sekarang berbeda. Kami melarang mereka keluar rumah saat hujan dan petir, karena kami takut terjadi hal-hal yang membahayakan,” jelasnya.
Tak tinggal diam, warga bersama sejumlah aktivis lingkungan terus berupaya memperjuangkan hak mereka. Mereka berharap pemerintah dan pihak terkait dapat meninjau ulang jalur SUTT yang melintas di permukiman.
“Dulu kepala desa bilang tidak ada pengaruh tower SUTT terhadap masyarakat. Kalau pun ada yang demo, dianggap provokator. Tapi kami yakin perjuangan mencari keadilan ini harus diteruskan. Kami hanya ingin keselamatan keluarga kami terjamin,” tegas Pessi.
Warga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun instansi berwenang agar masalah ini segera ditangani. Mereka mendesak agar SUTT dipindahkan dari pemukiman warga dan ditempatkan di lokasi yang lebih aman, sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
“Kalau pemerintah benar-benar peduli, mestinya bisa mencari solusi terbaik. Jangan tunggu sampai ada korban baru bergerak,” tambah Pessi.(Red)
