wordpers.id – Ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Agus Setiyono dan tim peneliti dari IPB bekerja sama dengan Research Center for Zoonosis Control (RCZC), Universitas Hokkaido di Jepang menemukan 6 virus yang berpotensi menularkan penyakit ke manusia di dalam kelelawar buah, Senin (3/2/2020).
” 6 virus yang berpotensi menularkan penyakit ke manusia di dalam kelelawar buah di antaranya coronavirus, bufavirus, polyomavirus hingga alphaherpesvirus.”
Coronavirus, bufavirus, polyomavirus, alphaherpesvirus, paramyxovirus, dan gammaherpesvirus ditemukan dalam sampel kelelawar yang berada di Bukittinggi di Suamtera Barat, Bogor dan Panjalu (Ciamis) di Jawa Barat, Gorontalo di provinsi Gorontalo, Manado di Sulawesi Utara, dan Soppeng di Sulawesi Selatan.
Hewan liar itu, kata akademisi Fakultas Kodekteran Hewan IPB itu, memiliki berbagai macam mikroba di dalam tubuhnya, jauh lebih banyak dibandingkan yang Agus dan timnya temukan selama penelitian 2010-2015. Tetapi menurut Agus kelelawar memiliki sistem kekebalan tubuh yang unik, sehingga membuat mereka tidak menderita sakit meski tubuhnya mengandung beberapa virus berbahaya bagi manusia seperti corona.
“Jadi mereka mengandung virus itu atau di dalam tubuhnya ada agen penyebab penyakit, tapi kelelawar tidak sakit. Fenomena ini yang unik. Normalnya kalau ada agen penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh, maka hewannya sakit,” kata akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) itu ketika dihubungi di Jakarta, melansir Antara.
Agus menambahkan, virus-virus tersebut tidak menyerang inangnya yaitu kelelawar. Padahal, jika virus itu berpindah ke manusia seperti virus corona dapat menyerang sistem pernapasan seperti 2019 novel coronavirus (2019- nCoV) yang sedang mewabah di Wuhan, Cina saat ini.
Tim peneliti mengambil sampel dari organ internal kelelawar buah dan feses hewan itu. Mereka menemukan keberadaan virus-virus tersebut di dalam tubuh kelelawar pemakan buah, temasuk di ginjal dan limpa yang tidak terkait dengan sistem pernapasan.
Dari temuan tersebut, dugaan sementara tim peneliti adalah virus yang ada dalam kelelawar hidup dalam sel pertahanan atau sistem imun hewan itu.
“Normalnya kalau ada benda asing, sel makrofag itu akan menghalau, akan menghancurkan benda asing itu. Tapi ketika benda asing itu ada di dalam sel makrofag sendiri, sel itu tidak akan bisa mengenali,” katanya.
Dugaan sementara, kata Agus, virus yang tinggal di sel imun itu akan berpindah ke sel baru yang terus bertumbuh saat hewan mengonsumsi makanannya. Hal itu diduga menyebabkan tidak ada persoalan yang muncul di kelelawar.
Editor redaksi