Binatang Lebih Pancasilais?

Oleh: Vox Populi Vox Dei

Seekor elang diam menatap ekskavator yang menggigit bukit Raja Ampat yang gundul. Kerbau di Aceh berdiri pasrah di lahan adat yang hendak direbut Provinsi tetangga untuk eksploitasi. Harimau Sumatera menatap sunyi ke arah tambang emas Seluma yang sebentar lagi membuka perut bumi tinggal menunggu izin Gubernur Bengkulu.

Mereka binatang—tak bersekolah, tak punya ideologi.
Tapi mereka tahu kapan harus berhenti.
Mereka tak merusak habitatnya sendiri.

Tapi manusia?
Yang katanya ber-Tuhan, berakal, ber-Pancasila?
Setelah kenyang, mereka justru makin rakus.
Gunung dikuliti, laut ditambang, hutan dijual.

Maka wajar jika hari ini kita bertanya:
Apakah binatang lebih Pancasilais dari manusia serakah?

NEGARA INI KAYA, KATANYA. LALU, MENGAPA RAKYATNYA MISKIN?

Sejak kecil kita dijejali propaganda: “Indonesia kaya akan sumber daya alam.”
Tapi di balik narasi indah itu, kita tahu kenyataannya:

APBN lebih sibuk membayar utang pembangunan.

APBD dipangkas lewat efisiensi, demi pembangunan infrastruktur megah.

Rakyat diminta hemat, tapi elit pesta pora.

Pendidikan dan kesehatan tetap mahal.

Pengangguran di mana-mana.

Sementara pajak dan retribusi mencekik leher rakyat.

Di sisi lain, segelintir elit—yang bersandar di kursi kuasa—justru makin makmur.
Berselingkuh dengan oligarki tambang, mereka merampok sumber daya alam, merusak ekosistem, dan memiskinkan rakyat atas nama “pembangunan”

LALU, APAKAH SALAH JIKA RAKYAT MELAWAN?

Apakah salah jika rakyat menolak tambang emas di Seluma?

Apakah salah jika nelayan dan rakyat Aceh menolak empat pulau direbut Gubernur Sumut?

Apakah salah jika masyarakat adat Papua ingin menjaga Raja Ampat?

Tidak. Yang salah adalah kekuasaan yang tuli.
Yang lebih percaya laporan investor daripada jeritan warga.

BACA JUGA:  Dinilai Terburu-buru Sahkan RUU Menjadi UU IKN, Ini Tanggapan Feri Permata

Maka perlawanan rakyat bukan bentuk makar,
tapi bentuk terakhir dari akal sehat yang tersisa.

PENUTUP:

Dari Timur hingga Barat, dari Raja Ampat, Aceh, sampai Bengkulu,
Indonesia sedang dijarah pelan-pelan oleh tangan kekuasaan dan cakar oligarki.
Di negeri yang katanya berdasar Pancasila,
justru binatang yang menunjukkan adab dalam menjaga alam.

Karena manusia kini sibuk menambang kehancuran dan menyebutnya sebagai kemajuan.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan