Zaman dahulu, di sebuah kampung dekat Kerajaan Jambi, tinggallah sepasang suami istri yang sudah tua. Mereka sudah puluhan tahun menikah, tetapi belum juga dikaruniai seorang anak. Segala usaha dan doa terus mereka panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, tetapi belum juga dikabulkan oleh-Nya.
Suatu saat ketika mereka benar-benar dilanda keputusasaan, terucaplah dalam doa mereka permintaan jika diberi keturunan walau sebesar kelingking pun mereka akan ikhlas menerimanya.
Akhirnya, doa pasangan itu diwujudkan oleh Yang Maha Kuasa. Sang istri pun hamil, tetapi sang suami awalnya tidak percaya karena dia tidak melihat tanda-tanda kehamilan pada istrinya. Demi meyakinkan suaminya, perempuan tersebut mengingatkan kembali doa yang mereka panjatkan. Mendengar perkataan istrinya itu, sang suami akhirnya sadar dan percaya bahwa istrinya telah hamil. Alasan kenapa tidak ada tanda-tanda kehamilan karena bayi yang dikandung hanya sebesar kelingking.
Sembilan bulan kemudian, sang istri akhirnya melahirkan seorang bayi laki-laki sebesar kelingking. Pasangan tersebut merasa sangat bahagia, karena karena anak yang selama ini diidam-idamkan telah lahir. Mereka pun menamainya Kelingking karena ukuran tubuhnya. Meski anak mereka hanya sebesar kelingking, tetapi mereka tetap merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Waktu pun terus berjalan. Tidak terasa si Kelingking telah dewasa, meski tubuhnya tetap sebesar kelingking. Namun, dibalik kekurangnya itu si Kelingking adalah seorang yang sangat pintar. Hal ini dibuktikan ketika kampung mereka didatangi oleh raksasa yang kelaparan. Kedatangannya membuat semua penduduk kampung ketakutan dan meninggalkan kampung mereka.
Namun, si Kelingking justru ingin melawan raksasa tersebut. Dia pun meminta izin kedua orang tuanya. Setelah bersusah payah membujuk, akhirnya si Kelingking mendapatkan restu mereka.
Waktu yang dinanti akhirnya tiba. Si Kelingking meminta ayahnya untuk membuatkan sebuah lubang, dan dia pun masuk ke dalamnya. Ketika raksasa tiba, dia marah karena melihat kampung yang sepi. Dia pun mencoba memanggil penduduk desa dengan berteriak. Disaat itulah si Kelingking membalas panggilan raksasa dari dalam lubang dengan suara yang lebih keras.
Raksasa pun kebingungan karena dia mendengar suara manusia, tetapi dia tidak melihat wujudnya. Raksasa kembali memanggil dan dibalas lagi dengan suara yang lebih keras. Raksasa pun menjadi ketakutan, dia berpikir ada orang yang sangat sakti di kampung itu. Akhirnya raksasa itu melarikan diri dan terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam hingga tewas.
Keberhasilan si Kelingking akhirnya sampai ke telinga raja. Dia pun dipanggil ke istana, karena raja ingin mendengar dan memastikan langsung kebenarannya. Kelingking mengakui dan menyapaikan keberhasilannya itu, tetapi raja menginginkan bukti.
Raja mengancam kalau Kelingking berbohong, maka dia akan dimasukkan ke dalam kandang tikus peliharaan putri. Kelingking pun menyanggupi hal tersebut dengan syarat, jika dia bisa membuktikannya, maka raja harus mengangkatnya sebagai panglima kerajaan. Raja pun menyanggupi syarat tersebut walaupun berat.
Seminggu setelah Kelingking di panggil ke kerajaan. Raksasa tidak pernah lagi muncul. Suatu hari, Kelingking dan ayahnya menemukan bangkai raksasa di dasar jurang. Mereka pun berangkat ke kerajaan esoknya untuk membuktikan keberhasilan si Kelingking. Berbekal kesaksian ayah dan ibunya, raja pun percaya dan mengangkat si Kelingking sebagai panglima kerajaan.
Beberapa bulan kemudian, si Kelingking meminta kedua orang tuanya untuk menemui raja. Dia ingin mereka menyampaikan pada raja, bahwa dia ingin meminang sang putri. Saat mendengar hal tersebut, raja marah dan kecewa. Niat baik Kelingking ditolak mentah-mentah, tetapi Kelingking tidak menyerah. Dia pun meminta kedua orang tuanya untuk menemui raja kembali, tetapi hasilnya tetaplah sama. Hingga akhirnya dia bersama ibunya datang menemui raja. Dalam pertemuan itu, sang putri ikut hadir.
Kelingking pun menyampaikan langsung lamarannya kepada raja. Awalnya raja tetap menolak lamaran tersebut. Namun, sang putri membujuk raja untuk menerima lamaran tersebut. Melihat rasa ikhlas putrinya untuk menerima Kelingking, raja pun menerima lamaran tersebut.
Pesta pernikahan pun diadakan meriah selama tujuh hari tujuh malam. Dari kejauhan hanya tampak sang Putri yang duduk di pelaminan, sementara si Kelingking tidak.
Usai pesta pernikahan dilaksanakan, raja pun memberikan separuh kekuasaanya kepada si Kelingking. Dia membiarkan si Kelingking membangun sendiri kerajaan miliknya. Setelah kerajaan tersebut jadi, si Kelingking bersama putri memimpi kerajaan tersebut. Akan tetapi, putri kecewa dengan sikap si Kelingking karena tidak pernah mengurus kerajaan. Kelingking selalu saja pergi dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui istrinya itu. Namun, setiap si Kelingking pergi, tidak lama kemudian seorang pemuda gagah menunggang kuda putih datang ke kediamannya.
Kecurigaan muncul di dalam diri sang putri. Hingga di suatu malam, dia berhasil mengikuti si Kelingking diam-diam sampai ke sebuah sungai. Di sana, sang putri melihat si Kelingking yang membuka bajunya dan menyembunyikannya di balik semak-semak. Setelah itu, dia masuk ke dalam sungai sembari berdoa ke pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Seketika dari dalam sungai muncul seorang pemuda gagah yang selalu mendatangi kediaman sang putri.
Menyadari bahwa pemuda itu adalah suaminya, sang putri diam-diam membawa pakaian milik si Kelingking ke kediaman mereka dan membakarnya. Tidak lama kemudian, si Kelingking kembali dengan wujud pemuda gagahnya, dia bergegas pulang menemui sang putri dan menguji kesetian istrinya.
Selama ini ketika dia datang dan bertamu, pastilah dia menanyakan keberadaan suami sang putri yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Istrinya selalu mengatakan bahwa suaminya sedang pergi dan tidak di rumah. Namun, pada saat itu pemuda tampan tersebut tidak bisa menyembunyikan identitas aslinya karena pakaian yang biasa dia pakai sudah dibakar.
Akhirnya permuda tampan tersebut mengaku kepada istrinya bahwa sebenarnya dia adalag Kelingking suaminya sendiri. Sebaliknya sang istri yang sudah tahu kalau pemuda tampan tersebut suaminya mengakui pula bahwa dialah yang sengaja mengikuti suaminya pergi dan mengambil baju serta membakarnya. Keduanya saling berpelukan dan mereka hidup dengan damai karena putri sudah memiliki suami yang gagah dan tampan.
Daftar Referensi:
Imelda. 2015. PERBANDINGAN CERITA RAKYAT SI KELINGKING (JAMBI DAN BANGKA BELITUNG). Madah Volume 6, Nomor 1 (101-112)
http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/122-Si-Kelingking (diakses pada 4 November 2022)