Aceh Barat||WordPers – Indonesia : Universitas Teuku Umar (UTU) gelar seminar Nasional yang dikemas dalam kegiatan Crane 7 Temu Keluarga Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia (TK-FKMTSI) Wilayah Aceh XI ini akan diselenggarakan pada Senin, 2 September 2024 di Auditorium gedung terintegrasi UTU.
Kegiatan seminar nasional ini ikut disponsori oleh Persatuan Insinyur Indonesia
dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Aceh Barat.
Salah satu pemateri yang akan mengisi seminar nasional ini nantinya yaitu Ketua Pengurus Cabang Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Aceh Barat Dr. Kurdi.ST.MT
Dr. Kurdi dalam kegiatan ini nantinya ia kan berbicara lebih ke sisi mitigasi dan rekontruksi pasca bencana di kabupaten Aceh barat, pentingnya ia bicara terkait mitigasi dan rekontruksi pasca bencana, mengingat tingginya ancaman bencana alam yang terjadi saat ini, mengancam indonesia dan Aceh Barat khususnya.
Adapun ancaman bencana yang mengancam meliputi banjir, gempa bumi dan tsunami, kebakaran hutan dan lahan, cuaca panas ekstrem seperti el-nino. Bahkan saat ini ancaman gempa besar dan menyebabkan tsunami atau yang disebut megatrust juga mengancam sejumlah pulau di Indonesia, salah satunya di Sumatera, Aceh khususnya mengingat Aceh Barat yang juga berada di kawasan lempeng indo-australia yakni laut Andaman.
Ancaman ini memang tidak dapat bantah terlebih lokasi geografis di Indonesia diapit oleh tiga jalur pertemuan lempeng, yakni
lempeng tektonik, lempeng Indo-Australia, dan pasifik.
Menurut Kurdi, dalam seminar ini nantinya ia akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan inovasi teknologi antisipasi terhadap ancaman bencana seperti rumah anti gempa yang disebut dengan Risha. Risha sendiri, kata dia, merupakan singkatan dari rumah instan sederhana sehat.
Dimana menurutnya rumah ini sendiri memiliki memiliki ukuran modular yang mengacu pada modular, dimana komponennya memiliki komponen-komponen yang fleksibel
“Terus nantinya kita juga akan terkait dengan intregasi mitigasi bencana dalam perencanaan dalam tata ruang kota. Dimana intinya disini nantinya kita juga akan sampaikan terkait dengan pengelolaan lahan dan pengendalian penggunaan tata guna lahan,” ungkapnya.
Selanjutnya, sebut Kurdi, pengembangan jalur evakuasi dan insfrastruktur darat. Dimana disini nantinya bagaimana dilakukan integrasikan, misalnya jalur bebas hambatan, serta bangunan yang memiliki bangunan fasilitas darurat.
Selain itu, kata Kurdi, dalam menjalankan pengelolaan tata ruang kota juga sangat dibutuhkan pemantauan dan penegakan peraturan. Untuk pemantauan salah satu yang sangat dibutuhkan merupakan
teknologi seperti Geographic Information System).
Lebih lanjut, kata dia, dalam penanggulangan bencana tersebut memiliki tantangan dan peluang bagi pemerintah sendiri guna mengantisipasi adanya korban, serta banyaknya bangunan roboh.
“Yang jelas nantinya ada beberapa upaya dari ancaman bencana di Aceh misalnya untuk mencegah erosi juga berfikir bagaimana mencegah erosi dengan menggunakan inovasi berupa penggunaan rumput vetiver dan baver [bambu]. karena tanaman ini memiliki akar kuat,” ucapnya.
Semua inovasi teknologi, kata dia, pastinya harus didorong dalam pencegahan kerusakan lingkungan yang parah, serta banyaknya korban jiwa. Terlebih, kata dia, Aceh Barat memiliki 12 kecamatan dengan 322 desa, dan hampir keseluruhan wilayah tersebut memiliki ancaman bencana alam yang serius.