Fenomena Bahasa Gaul Jaksel yang Kini Populer di Kalangan Generasi Muda Indonesia

Penulis: Faola Alfarista PS

Jakarta sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia dari dulu terkenal dengan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi dan makanan-makanan yang lezat .

Sebut saja, Soto Betawi, kerak telor, ketoprak, asinan betawi, merupakan makanan khas mayarakat betawi yang sangat digemari hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Selain makanan, Jakarta juga mempunyai budaya bahasa yang unik dan digemari kawula muda sehingga menjadi bahasa pergaulan yang populer.

Pada era tahun 80an, ada bahasa pergaulan yang populer di kalangan anak muda Jakarta bahkan di seluruh Indonesia.

Mereka menyebutknya bahasa prokem atau bahasa Jakartaan yang saat itu apabila ada seorang anak muda yang menggunakan bisa ditebak pasti berasal dari Jakarta.

Bahasa prokem ini juga mempunyai dialeg yang khas sehingga bahasa prokem ini seolah menjadi identitas seseorang yang berasal dari Jakarta.

Saat itu ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia dalam pergaulan di rubah, seperti gue yang artinya saya, Lo=kamu, bokap=bapak, nyokap=mama , kongkow=nongkrong dan lain sebagainya.

Entah berasal dari mana kata nyokap, bokap, gue dan lo itu berasal yang jelas itu adalah bahasa gaul dan sering dipakai hingga saat ini.

Berjalannya waktu, pada era tahun 2000an, muncul bahasa gaul baru yang kembali populer di kalangan anak muda kini.

Berbeda dengan bahasa gaul era 80an, bahasa gaul ini adalah percampuran bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Bahasa gaul ini terkenal dengan sebutan bahasa Jaksel.

Karena konon katanya, bahasa Jaksel ini pertama kali dipopulerkan oleh anak anak muda yang berasal dari Jakarta Selatan.

Hal itu berawal dari anak anak muda Jakarta Selatan yang mayoritas kehidupan ekonominya dari menengah ke atas sudah saat familiar dengan budaya-budaya dari luar negeri.

Sehingga beberapa kosa kata dalam bahasa inggris yang sering mereka dengar di pakai atau diselipkan dalam percakapan bahasa indonesia sehari hari.

Seperti You Know (Kamu tahulah), Santuy (Santai), Healing (Refreshing dan liburan), Anyway (Ngomong-ngomong), Noted (Dicatat) dan masih banyak lainnya.

Dengan kecanggihan alat komunikasi handphone yang dilengkapi fitur fitur percakapan seperti WhatsApp, Facebook, Twitter dan lain sebagainya membuat bahasa Jaksel kini semakin marak di media sosial.

Selain bahasa Jaksel dinilai anak muda kini semakin familiar, mereka juga merasa lebih keren dan gaul bila dalam berkomunikasi menggunakan bahasa gaul Jakarta Selatan.

Dengan ciri khas campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ini menjadi keunikan tersendiri hingga membuat para remaja sekarang seakan wajib untuk mengetahui dan pandai menggunakan bahasa Jaksel.

Bahasa Jaksel ini digunakan sebagai alat komunikasi satu sama lain di kalangan remaja yang menjadi eksistensi terhadap lingkungan mereka.

BACA JUGA:  Byuto Bab 3: Redap

Dimana berpengaruh terhadap siapa yang berbicara menggunakan bahasa ini pasti dianggap sebagai hal yang keren dan mengikuti perkembangan zaman.

Dalam era digital, media sosial yang memiliki impact besar untuk menyebarluaskan penggunaan bahasa gaul “Jaksel” ini pun menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bahasa gaul ini bukan hanya populer di Jakarta saja tetapi sudah menyebar ke kalangan remaja Indonesia .

Fenomena bahasa Jaksel telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, sehingga sebagian besar masyarakat lebih familiar dan fasih dalam penggunaan bahasa Inggris.

Fenomena lain, bahasa Jaksel ini juga meresahkan masyarakat luas, karena penggunaannya tidak dapat dipahami oleh semua kalangan usia, dan penuturnya seringkali adalah anak-anak muda yang masih berusia belasan tahun.

Ini bisa berakibat buruk bagi generasi muda Indonesia bila bahasa gaul ini terus menerus digunakan dalam percakapan sehari-hari maupun di media sosial.

Akibatnya, budaya bahasa gaul ini membuat generasi muda saat ini berkurang kemampuannya dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Walaupun demikian, menggunakan bahasa gaul Jaksel tidak akan sampai merusak tatatan bahasa selama penggunaannya sesuai tempat, kondisi dan lawan bicara.

Positifnya, penggunaan bahasa ini bisa mendorong kaum muda untuk berani berbahasa Inggris.

Tapi negatifnya, para generasi muda jadi malas mempelajari bahasa Indonesia. Karena mereka merasa lebih keren dan gaul bila berbahasa Jaksel.

Karena penggunaan bahasa Inggris di dalam bahasa Indonesia itu dianggap bisa mengangkat derajat mereka yang memakainya.

Seperti halnya di Negara tetangga kita Malaysia, kalau kita menonton acara talkshownya, anak muda Malaysia cenderung mencampur bahasa melayu dengan bahasa Inggris saat berbicara.

Entah bagaimana terdengar keren oleh kalangan anak muda, sama halnya dengan bahasa Jaksel yang sangat populer di Indonesia saat ini.

Kita tidak bisa menghindar dari tren yang telah menjangkiti anak muda Indonesia ini.

Yang jelas, pelajaran bahasa Indonesia yang diterapkan di sekolah-sekolah harus tetap diperkuat, sehingga generasi muda Indonesia tetap paham berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Walaupun pada akhirnya mereka tetap menggunakan bahasa gaul seperti bahasa Jaksel, tapi setidak mereka punya dasar berbahasa Indonesia yang benar.

Lebih jauh lagi bila kita mengingat perjuangan generasi muda zaman dahulu saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Mereka mencantumkan bahasa Indonesia sebagai pemersatu dalam salah satu isi Sumpah Pemuda.

Kita boleh menggunakan bahasa gaul Jaksel, tapi jangan lupakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang diperjuangkan generasi muda Indonesia di masa lalu.

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia