Girik Cik: Fragmen di Negeri Hot

Penulis: Penggiat Medsos tinggal di Bengkulu Kota Marlborough

Setidaknya hari ini kembali sebuah mitos sudah terjawab. Cuaca panas yang minim angin senai-senai, tenyata libido juga dapat menggelegak, membakar, seperti halnya di daerah dingin. Ganjen, kanji ucap orang Melayu Bengkulu.
Ah, tapi sudahlah.

Itu fakta yang terjadi dan dapat terjadi pada siapa saja. Dilakukan dengan zina kering atau basah. Mengunakan vidio whatsApp, rekam ponsel ataupun langsung, semua itu kini acapkali terjadi.

Kalau mau jujur, dari dulu hingga kini hal itu kerap terjadi. Pemerannya siapa saja. Bisa kepala kantor hingga wakil rakyat kantor. Kayak begini sebenarnya biasa dan lumrah saja. Dimana tempat dengan cuaca bagaimanapun tidak akan mempengaruhi rasa. Fantasinya akan selalu sama.

Pertanyaannya, apakah bergeloranya rasa hingga meronta-ronta itu merupakan suatu kesalahaan di zaman perubahan budaya ini? Tidak ada yang salah dan itu alamiah saja. Hanya masalahnya adalah pengendalian libido kanji itu, menuntut tanpa norma dan kaedah hidup yang berlaku. “Kan suek namanyatu!”.

Sempat terkejut, saat ada suara, “Hayoo…Lapan enamkan”, teriak Papi saat mendengar cerita yang kurang jelas dari balik bilik rumahnya.

Isterinya sempat kaget mendengar teriakan ngejut-ngejut aja itu. “Iih….Papi, Mami gigit nih”, ujarnya geram hingga suasana panas itu menjadi hening seketika.

Seekor kambing bobok, kambing jantan perkasa tiba-tiba berlari, melintas sembari bersuara tak jelas di dekat bilik. Susah untuk ditirukan.

Yang pasti itu bukan suara “Mmbeeek”. Baru terakhir saat langit mulai mendung, agak jelas. Sepertinya kambing bobok itu berteriak, mencari Emaknya dan tidak ada hubungannya dengan libido di negeri panas itu.

Kambing itu berteriak, “Mmboook”. sementara temannya yang mengiringinya berteriak “Mmbeeek”.

Fragmen negeri panas dengan kambing bobok yang melintas apakah korelasinya? Mungkin saja ada atau mungkin saja memang ada.

Kita hanya tahu dari kata-kata, meskipun kita paham bahwasanya kata-kata tak mungkin berdusta. Hanya rasa yang selalu mendustai kata-kata. (Bhb)