Girik Cik: Kucing Air di Jazirah Bengkulu

Oleh: Benny Hakim Benardie (Cik Ben)

Dahulu saat jazirah Bengkulu ini masih berlahan gambut, dengan banyak anak sungai yang memang terbentuk oleh alam, kucing air (Berang-berang) masih banyak. Kini semua itu hanya tinggal kenangan yang terlupakan. Meskipun banjir kerap melanda.

Kucing air kini banyak mengungsi di pinggiran jazirah. Itu bukan masalah bagi kucing air. Apalagi makanan yang di konsumsinya masih tetap sama. Pola makanpun tak berubah. Seperti yang tersiar kabar, kucing air itu sosok mahluk yang giat dan fokus. Belum habis ikan di suatu tempat, maka dia belum akan berhenti memburu. Meskipun ikan yang di dapat tidak akan semuanya dapat dikonsumsinya. Itulah kucing air, yang juga pandai menyimpan hasil buruannya.

Pertanyaannya, apa pentingnya kucing air itu dibiarkan hidup hingga kini? Jawabnya tentu untuk kepentingan ekosistem jazirah Bengkulu. Mungkin bisa saja itu dijadikan logo di Porwil di jazirah Bengkulu bulan September 2019 nanti. Dijadikan logo wisata, logo pembangunan atau logo apapun. Mengingat ini merupakan mamalia cerdas, lucu, meskupun berkuku tajam. Kenapa? Ini untuk mengingatkan anak cucu generasi nanti, bahwa kucing air itu memang pernah ada di jazirah Bengkulu ini.

Konon kini ditengah kota, tak pernah tampak lagi sosok kucing air berkeliaran. Kucing air kini berganti musang. Inipun komunitasnya tidak seberapa banyak dibanding dahulu. Kucing air itu disebut, karena mamalia yang suka bermain di air (Semiaquatic) dan suak makan ikan dan kerang. Tapi bukan berarti kucing air tak suka memakan amfibi, burung, dan mamalia kecil lain.

Seekor kucing air muda akan menghabiskan waktunya tiga hingga lima jam setiap hari untuk berburu makanan. Bahkan seekor induk kucing air bisa berburu selama delapan jam sehari. Memang sosok mamalia yang cerdas. Terbayangkah oleh kita, bila kita menjadi kucing air itu? Jazirah Bengkulu kembali dikerumuni para kucing air lagi?

Wartawan tinggal di Bengkulu City