Oleh: Novita Lestari
Semua orang pasti senang ketika merasa dihargai. Sayangnya, hal sederhana seperti apresiasi masih kerap kali terabaikan. Padahal, berbagai penelitian membuktikan bahwa budaya apresiasi memiliki dampak besar pada semangat, produktivitas, bahkan kesehatan mental seseorang.
Coba bayangkan, seseorang telah bekerja keras, membantu orang lain, atau memberikan kontribusi nyata. Namun, usahanya seolah tidak terlihat, apalagi diapresiasi. Lama-kelamaan, rasa semangat bisa menurun, motivasi perlahan hilang. Ini bukan hal sepele, karena pada dasarnya setiap orang memiliki kebutuhan untuk dihargai dan diakui.
Nah, artikel ini akan membahas kenapa budaya apresiasi penting, seperti apa bentuknya, dan bagaimana cara membangunnya di lingkungan sosial. Yuk, simak sampai akhir!
Apa Itu Budaya Apresiasi?
Pernah merasa bahagia hanya karena seseorang mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa bantuanmu sangat berarti? Atau pernah merasa kecewa saat usaha kerja kerasmu tidak mendapatkan pengakuan sama sekali? Inilah mengapa apresiasi sangat penting. Alasannya karena apresiasi menjadi kunci utama dalam membangun hubungan yang baik dan positif dengan orang lain, baik di rumah, sekolah, maupun dalam lingkungan.
Budaya apresiasi adalah kebiasaan untuk menghargai dan mengakui kontribusi orang lain, sekecil apa pun itu. Apresiasi bisa diungkapkan lewat kata-kata, sikap, atau tindakan nyata. Dalam lingkungan sosial, budaya ini menumbuhkan suasana saling menghormati, yang pada akhirnya memperkuat hubungan antarmanusia.
Menurut studi dalam Journal of Positive Psychology, mengatakan bahwa individu yang merasa dihargai cenderung lebih bahagia dan memiliki relasi yang lebih sehat. Rasa dihargai menciptakan koneksi emosional yang positif. Hal ini membuat seseorang merasa diterima dan diakui, sebuah fondasi penting dalam hubungan sosial yang harmonis.
Mengapa Apresiasi Penting untuk Hubungan Positif?
Dalam interaksi sehari-hari, sering kali seseorang lebih mudah melihat kesalahan dibandingkan usaha orang lain. Padahal, hubungan yang sehat dan positif tidak dibangun dari kritik semata, melainkan dari pengakuan atas niat baik dan usaha yang telah dilakukan. Di sinilah apresiasi mengambil peran penting.
Dalam hubungan keluarga, apresiasi bisa membuat hubungan antaranggota menjadi lebih hangat dan erat. Misalnya, seorang anak yang mendapat ucapan terima kasih dari orang tua karena sudah membantu menyapu rumah akan merasa lebih bersemangat melakukannya lagi di keesokan hari. Hal serupa berlaku sebaliknya, orang tua pun ingin merasa dihargai atas perhatian dan kerja keras mereka.
Di dunia pendidikan, guru yang mengapresiasi siswa bukan hanya meningkatkan semangat belajar, tapi juga membangun hubungan yang lebih bersahabat dan penuh rasa percaya. Begitu pula di komunitas sosial. Ketika sesama anggota komunitas saling mengapresiasi kontribusi satu sama lain, muncul rasa memiliki dan solidaritas yang kuat. Apresiasi menjadi bahasa universal untuk menunjukkan bahwa seseorang menghargai kehadiran dan kontribusi orang lain, yang mempererat hubungan sosial dalam jangka panjang.
Ketika budaya apresiasi hadir, hubungan antarindividu menjadi lebih terbuka dan saling mendukung. Ini penting untuk menciptakan hubungan positif, bukan hanya di level keluarga atau pertemanan, tapi juga di lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Cara Mengungkapkan Apresiasi yang Membangun Hubungan
Sering kali seseorang lupa bahwa cara menyampaikan apresiasi sama pentingnya dengan niatnya. Mengucapkan “terima kasih” mungkin terdengar sepele, tapi jika dilakukan dengan tulus, itu bisa mengubah suasana hati seseorang dan memperbaiki hubungan yang sebelumnya renggang menjadi hubungan positif.
Apresiasi verbal seperti pujian, dukungan, atau pengakuan atas kebaikan bisa diberikan kapan saja dan kepada siapa saja. Apalagi jika seseorang menyampaikannya secara spesifik. Misalnya, “Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku kemarin, itu sangat berarti buatku.” Pernyataan semacam ini menunjukkan kepedulian dan memperkuat ikatan emosional.
Apresiasi tertulis juga efektif, baik melalui catatan kecil, pesan WhatsApp, atau surat pribadi. Mengutip dari Studi oleh Grant & Gino (2010), menyebutkan bahwa apresiasi yang ditulis membuat penerima merasa lebih dihargai dan cenderung memperkuat hubungan positif dalam jangka panjang, terutama karena bisa dibaca ulang saat dibutuhkan.
Selain itu, tindakan kecil seperti membalas bantuan seseorang, memberi waktu untuk mendengarkan, atau sekadar hadir di saat penting juga merupakan bentuk apresiasi nyata. Intinya, semua bentuk apresiasi yang dilakukan dengan niat baik akan menjadi bahan bakar yang menjaga hubungan tetap sehat dan hangat.
Membangun Budaya Apresiasi demi Lingkungan Sosial yang Lebih Positif
Budaya apresiasi bisa dimulai dari diri sendiri. Kita bisa mulai dengan lebih sadar terhadap upaya dan kebaikan orang lain, serta tidak pelit dalam mengungkapkan terima kasih. Dari sinilah benih-benih hubungan positif tumbuh. Tak bisa dipungkiri jika apresiasi adalah bentuk pengakuan akan eksistensi dan nilai orang lain dalam hidup seseorang.
Membiasakan apresiasi di rumah akan menciptakan lingkungan keluarga yang penuh dukungan emosional. Anak-anak yang tumbuh di rumah dengan budaya apresiasi cenderung lebih percaya diri dan memiliki hubungan sosial yang sehat di luar rumah. Ini karena mereka belajar sejak dini bahwa hubungan yang baik dibangun dari rasa saling menghargai.
Di sekolah atau komunitas, dukunglah kegiatan saling mengapresiasi secara rutin. Misalnya, guru bisa membuat “sesi apresiasi” mingguan di kelas, atau komunitas bisa memberikan penghargaan sederhana untuk anggota yang berkontribusi. Langkah-langkah ini bukan sekadar simbolik, tapi mampu menumbuhkan iklim hubungan positif antaranggota.
Yang tak kalah penting, hindari menjadikan apresiasi sebagai basa-basi. Apresiasi yang tulus terasa berbeda dari yang dibuat-buat. Ketulusan inilah yang akan menjadi jembatan dalam membangun hubungan yang lebih kuat, saling percaya, dan saling menghormati dalam jangka panjang.
Budaya apresiasi bukan hanya tentang tata krama atau kebiasaan baik, tapi juga tentang membangun hubungan positif dalam berbagai aspek kehidupan. Dari rumah, komunitas, teman hingga orang asing yang ditemui di jalan. Semua bisa menjadi lebih hangat dan manusiawi jika seseorang terbiasa menghargai satu sama lain.
Apresiasi tidak selalu harus kompleks. Sering kali, justru kata-kata sederhana yang paling menghangatkan. “Terima kasih”, “Aku menghargai usahamu”, atau “Kamu keren!” adalah kalimat-kalimat kecil yang bisa memperkuat hubungan, memperbaiki suasana, dan menyebarkan energi positif.
Mari mulai membangun budaya apresiasi dari hal-hal sederhana. Karena pada hakikatnya, hubungan positif tercipta dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan tulus.
Penulis Berada di Institusi: Politeknik Negeri Jakarta