Pengamat Publik, Word Pers Indonesia – Gubernur Bengkulu Jangan Paksa Ambisi Politik, Merusak Silahturahmi Anggota Persyarikatan Ormas Muhammadiyah.
Entah apa yang dipikirkan oleh Gubernur Bengkulu. Apakah Sebagai Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah memiliki kalkulasi politik akan berjalan “sungsang”, tidak normal untuk Seorang Doktor lulusan universitas ternama Indonesia membangun Citra diri Tahun Politik 2024, Sebagai Incumbent Gubernur di Masyarakat, tanpa Ormas Muhammadiyah.
Padahal tanpa Posisi Ketua PWM seorang Kepala Daerah Incumbent, banyak sumberdaya (jabatan, uang dan kekuasaan) untuk memantapkan dan mempengaruhi rakyat untuk kembali memilih.
Apa kurang cukup mesin Partai Golkar yang dipimpinnya untuk merebut suara kembali suara rakyat Tahun 2024 yang tinggal menghitung bulan.
BACA INI: musywil-ke-10-pemuda-muhammadiyah-bengkulu-sebut-panlih-langgar-ad-art
Apalagi sebagai ketua DPD Golkar Tingkat Provinsi yang membawahi DPD Kabupaten/Kota punya power “memaksa” Secara politik supaya Ketua-ketua DPD Kabupaten/Kota menjadi loyalis yang paling radikal dan harusnya mengakar ke grass root mendorong anggota partai memiliki kemampuan memaksimalkan mesin partai merebut kembali suara rakyat.
Jadi untuk apa lagi memaksakan diri ikut dalam perhelatan Ormas Agama Seperti Muhammadiyah. Berupaya merebut Posisi sebagai ketua Pemimpin Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bengkulu.
Apalagi kehadiran Gubernur yang Juga Tokoh Partai Golkar, akan mencederai AD/ART, yang melarang Orang Politik ikut masuk dalam Ormas ini. Selain merusak AD/ART akan membuat konflik internal Pengurus Ormas Agama, akan merusak tali silaturahmi terjadi perpecahan sesama anggota yang paling banyak anggota hingga ke tingkat Desa/Kelurahan. Justru akan merusak dan menghancurkan Ormas ini.
Sebagai Gubernur Incumbent berupaya memaksa merebut posisi sebagai Ketua PWM Provinsi Bengkulu, karena ada pertimbangan kekuatan Ormas Keagamaan lebih Powerfull menciptakan loyalis murni. Dibandingkan Anggota Partai Golkar yang tercipta karena loyalis kepentingan diri.
Mungkin Gubernur Bengkulu tidak percaya lagi kemampuan Partai Golkar yang dipimpinnya akan sukses kembali mendudukan dirinya sebagai Orang No. 1 di Provinsi Bengkulu.
Artinya Posisi Ketua PW Muhammadiyah Provinsi Bengkulu menjadi pilihan hidup politik Incumbent mengejar “destiny” (tujuan akhir/takdir), akan kembali terpilih sebagai Gubernur Bengkulu atau tidak lagi.
Dengan demikian Posisi Ketua PW Muhammadiyah menurut Gubernur Incumbent, kira-kira dalam pikirannya lebih powerfull mengalahkan posisi sebagai Gubernur dan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bengkulu.
Artinya Mesin Pencitraan Politik Diri Lebih Bernilai, Menarik Suara Rakyat. Jika Pencitraan Diri Sebagai Gubernur, Ketua DPD Golkar, harus didongkrak Sebagai Ketua PWM.
Meskipun ambisi opportunities sesaat untuk kepentingan politik harus merusak Ormas ini Jelang 2024 terjadi friksi dan perpecahan internal sesama Anggota Persyarikatan Muhammdiyah Provinsi Bengkulu.
OLeh: Redaksi
Penulis: Fredi W