Jadwal Berubah, Makan Minim, Kamar Sesak: MTQ Rp800 Juta Tuai Gelombang Kritik

Mukomuko, WorD PERS iNDONESIA — Pemerintah Kabupaten Mukomuko mengalokasikan anggaran Rp800 juta untuk pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-VII tingkat kabupaten yang digelar pada 19–21 November 2025. Namun, alih-alih berjalan lancar, kegiatan ini justru menuai kritik keras dari para peserta dan official kafilah dari berbagai kecamatan.

Acara yang diikuti 15 kecamatan dengan 10 cabang lomba ini dinilai tidak dikelola secara profesional. Sejumlah peserta mengeluhkan penginapan tidak layak, konsumsi tidak memadai, dan koordinasi panitia yang kacau, mulai dari pawai pembukaan yang berubah-ubah jadwal hingga kafilah berjalan tanpa komando.

“Anggaran Ratusan Juta, Tapi Panitia Tidak Siap”

Ketua Pemuda Muhammadiyah Mukomuko, Saprin Efendi, menegaskan bahwa banyak laporan yang masuk terkait buruknya fasilitas.

“Dengan anggaran sebesar itu, laporan dari kafilah justru banyak mengecewakan. Jadwal pawai berubah-ubah, peserta belum lengkap sudah jalan sendiri, dan banyak kafilah yang bahkan menunggu di lokasi lama,” ujar Saprin.

Ia mengkritik keras pengelolaan konsumsi dan penginapan yang dianggap tidak manusiawi.

“Kamar diisi 7 sampai 16 orang. Makan hari pertama 2 kali, hari kedua 3 kali, hari ketiga 2 kali. Ini tidak sebanding dengan anggaran yang begitu besar,” tegasnya.

Saprin juga menyinggung pernyataan Kabag Kesra setempat mengenai anggaran Rp800 juta untuk kegiatan MTQ.

“Pemimpin yang bijaksana tentu mengalokasikan dana secara proporsional agar tidak menimbulkan polemik. Fakta hari ini jauh dari layak,” tambahnya.

Kritik dari Kafilah Penarik dan Air Rami

Keluhan serupa datang dari kontingen Kecamatan Penarik. Official rombongan, Rahmad, menyebut 43 orang peserta hanya mendapat 4 kamar di salah satu hotel.

“Satu kamar sampai 16 orang. Ini kegiatan resmi kabupaten, tapi fasilitasnya jauh dari standar,” ujarnya.

BACA JUGA:  Bukber Hipmi Ketum BPC Hipmi Seluma “April Yones” Turut Hadir

Masalah transportasi juga tidak jelas. Panitia hanya memberi arahan bahwa biaya perjalanan bisa diklaim lewat struk BBM SPBU, namun mekanisme dan batasannya tidak pernah disampaikan.

“Mulai berangkat sampai kembali, semua biaya kami tanggung sendiri. Tidak ada penjelasan konkret,” kata Rahmad.

Dari Kecamatan Air Rami, official bernama Robi melaporkan masalah konsumsi.

“Kami 35 orang, tapi nasi hanya 32–34 kotak. Lauknya kecil dan pas-pasan,” ungkapnya.

Meski begitu, Robi menyebut fasilitas penginapan untuk kontingennya cukup memadai.

Desakan Evaluasi Menyeluruh

Sejumlah peserta dan tokoh masyarakat mendesak Pemkab Mukomuko melakukan evaluasi menyeluruh terhadap panitia pelaksana. Transparansi anggaran menjadi sorotan utama mengingat kegiatan hanya berlangsung tiga hari dengan anggaran hampir satu miliar rupiah.

“Ini harus dibuka secara terang-benderang. Jangan sampai kegiatan keagamaan justru dikelola dengan buruk dan mencoreng nama daerah.” Tegas Saprin.

Reporter: Bambang.S
Editor: Redaksi

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

News Feed