Kesadaran Mengolah Sampah Minim, Pemkot Pangkalpinang Minta Lakukan Ini Ke Masyarakat

Word Pers Indonesia Diakui oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung bahwa kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah masih minim.

Di mana hal ini membuat pengelolaan sampah di lingkungan belum berjalan optimal.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pangkalpinang, Bartholomeus Suharto mengaku, pengolahan sampah saat ini memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya.

Pasalnya pemerintah masih kesulitan mengajak warga untuk ikut terlibat memilah sampah, bahkan jumlahnya tidak sampai 50 persen.

“Kesadaran masyarakat kita untuk memilah sampah sendiri saat ini memang masih minim,” kata dia kepada Bangkapos.com, Minggu (26/2/2023).

Suharto memaparkan, pemerintah kota sendiri memang telah mengeluarkan surat edaran untuk pengurangan dan penanganan sampah.

Masyarakat, pelaku usaha hingga perkantoran diminta untuk dapat mengolah sampahnya masing-masing. Hal ini sebagai upaya pengurangan sampah di Kota Pangkalpinang.

Pemilahan sampah dilakukan berdasarkan golongan sampah organik dan non organik. Sampah organik sendiri yakni yang tidak bisa didaur ulang seperti sisa makanan, sampah cair.

Sedangkan non organik adalah sampah yang bisa didaur ulang, seperti plastik kemasan, besi, ataupun kardus.

Melalui hal ini pula menjadi upaya pengurangan sampah plastik dengan tidak menggunakan kemasan plastik, kantong plastik, botol plastik, pipet dan gelas berbahan plastik sekali pakai. Terpenting menerapkan prinsip 3R reuse, reduce dan recycle dalam penggunaan plastik.

“Maka upaya pengurangan sampah kita lebih melakukan penekanan dengan pemilahan. Kalau bisa masyarakat mulai melakukan upaya pemilahan di rumah langsung dari sumber sampah, baik di rumah tangga maupun toko pemilik usaha,” jelas Suharto.

Di samping itu lanjut dia, dengan produksi sampah di Kota Pangkalpinang yang mencapai 120 – 150 ton per hari, diiringi dengan perilaku masyarakat yang belum bisa mengolah sampah tentunya tidak bisa terus dibiarkan.

Terlebih kini kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Parit Enam sudah crowded alias penuh. Sedangkan TPA regional belum terealisasi, maka dari itu pemilahan sampah harus segera dilakukan.

Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan dalam pengolahan sampah. Misalnya saja untuk sampah organik, bisa dimanfaatkan kembali jadi kompos.

Bahkan bahan makanan belatung, yang nantinya jadi pakan ikan atau ayam. Lalu sampah anorganik, bisa didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali jadi kemasan guna ulang. Pemilahan sampah daur ulang juga memberikan nilai ekonomi, karena bisa dijual kembali untuk diolah.

“Kalau penanganan sampah saat ini baru pengumpulan, kemudian diangkut petugas kita untuk dibuang ke TPA. Ke depan penanganan seperti ini tidak bisa seperti ini tidak bisa dilakukan, karena TPA kita tidak bisa lagi menampung sampah yang ada sebanyak sekarang,” urainya.

Kendati demikian kata Suharto, pemerintah kota sendiri berkomitmen merealisasikan beragam resolusi menangani sampah sebagai upaya pencegahan darurat sampah di daerah itu pada awal tahun 2023. Oleh sebab itu, edukasi kepada masyarakat akan terus ditingkatkan.

Terlebih dengan masih terbatasnya partisipasi dari masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah, menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pemilahan sampah masih belum dipahami dengan baik.

Padahal sampah yang telah dipilah dengan baik dapat memberikan banyak manfaat demikian juga mampu menciptakan ekonomi dari pengolahan sampah itu sendiri.

Pengelolaan sampah yang tidak benar akan menjadi musibah pada masa mendatang, karena akan menyebabkan banyak masalah, diantaranya timbulnya berbagai penularan penyakit, bau yang tidak sedap, dan bahkan bisa menyebabkan terjadinya banjir.

“Cara efektif menyelesaikan masalah sampah sebenarnya dimulai dari kebiasaan memilahnya dari rumah. Sampah mestinya dipilah sejak dari rumah agar mudah untuk dilakukan pengolahan berikutnya,” kata Suharto. (Red)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan