Kopi dan Kemerdekaan


Oleh Bagus SLE (President SLE)

Kopi adalah inspirasi. Tiga kata yang seringkali diucapkan dan kita dengar. Dan itu benar.

Dengan Kopi SLE Grade A+ (Bengkulu Wine Coffee) di hadapan, membuat obrolan beberapa pemuda Bengkulu yang telah kita lihat karya nyata mereka, tanpa putus.

Bagi orang biasa, mendengar obrolan mereka, bagai masuk labirin yang akan membuat mereka lelah dan frustasi, karena tidak akan bisa nyambung dengan pikiran mereka yang hanya sebatas perut ke bawah, atau hanya bersenang-senang dengan hanya bangga sebagai pengekor atau hanya pasar.

Berawal dengan obrolan ringan, kemudian masuk ke obrolan yang meloncati masa.

Bagaimana tidak, di masa sekarang, hampir semua orang memasukkan diri mereka pada jerat kapitalisme untuk menunjang doktrin kapitalis, bahwa orang sukses adalah orang-orang yang memiliki kendaraan, rumah dan benda lain sebagai ukuran, yang sebenarnya bisa dikekang.

Para pemuda yang merasa nyaman menikmati suguhan baru bagi tempat kopi di Bengkulu ini, duduk santai di trotoar, malah sudah bicara untuk masa depan, berlandaskan kejayaan masa lalu sistim ekonomi yang merdeka.

Properti syariah! Bukan mau melawan sistim yang terlanjur sudah menguasai dunia dan ditunjang oleh hukum, tapi mereka ingin menciptakan komunitas baru, bagi orang-orang yang selama ini tidak nyaman dengan sistim ekonomi kapitalis saat ini.

Untuk mendukung masyarakat yang ingin merdeka dari cengkeraman riba, properti syariah-lah jawabannya. Pejuang-pejuang ini harus mendapatkan dukungan dari pejuang-pejuang lain, dan itu yang paling bisa diandalkan adalah komunitas. Komunitas akan semakin kuat jika mereka dikumpulkan dalam satu lingkungan. Lingkungan perumahan.

Dimulai dari sini, maka akan ada rentetan-rentetan yang akan mengikuti, secara ekonomi yang kemudian akan membentuk hegemoni sendiri.

BACA JUGA:  Pengakuan Dua: Yang Terlupakan

Merdeka dari riba bagi banyak orang sangat berat, tapi mana ada perjuangan yang ringan? Berjuang kadang berdarah-darah, terutama ketika melawan gaya hidup. Baik diri sendiri, pasangan maupun keluarga, walaupun untuk itu harus pusing dan ditindas.

Semakin malam, diskusi semakin hangat. Kopi sudah habis, dan embun pagi sudah turun.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan