M e r a n g g a s

Foto Ekslusif Oleh Bagus SLE

Cerpen oleh Bagus SLE

Pantai yang cerah dengan panas yang menyengat. Seorang wanita berlari meninggalkan kelompoknya yang berjumlah lima orang dengan dirinya.

Kedua tangannya membentang. Wajah tersenyum bahagia. Langkah kaki indah miliknya mengecipakkan air yang terkena pijakannya.

“Aku bebaaaaaassss….!” Suara lantang dari mulut dengan bibir tanpa riasan itu tidak bisa mengalahkan suara ombak yang memecah.

Di atas riak air laut ada camar yang terbang. Mungkin menari atau mungkin juga mencari mangsa untuk di makan.

Itu peristiwa tiga tahun yang lalu dan saat ini dia sesali. Suatu kejadian yang membuat dia malu untuk pulang ke rumah. Tempat di mana seharusnya adalah tempat yang paling nyaman dan paling aman bagi setiap orang. Semua orang akan selalu saling menyayangi dan melindungi. Apa lagi dia adalah anak tunggal.

Cecilia terbangun tepat azan zuhur dibawa oleh angin berkumandang dari beberapa menara mesjid yang ada di setiap penjuru kota, masuk ke kamar hotel yang dia masuki jam 3 dini hari tadi.

Tubuh indah semampai milik perempuan yang lahir dan besar dari lingkungan kampung yang perekonomian masyarakatnya tinggi.

Beberapa tambang batu bara, kebun kelapa sawit dan kebun karet yang ada di wilayah sekitar desa menjadi sebab geliat ekonomi penduduk.

Pertumbuhan pendapatan suatu daerah berbanding lurus dengan perubahan perilaku penghuni desa-desa yang mengalami kenaikan secara finansial.

Begitu juga bagi Cecilia, selalu begitu dia memperkenalkan namanya pada setiap orang saat mereka baru bertemu. Wanita dengan nama lengkap Putri Kencana yang diberikan oleh orang tuanya saat ini berumur 21 tahun.

Menurutnya, panggilan ‘Puteri’ bukanlah nama yang pantas disandang oleh wajah dan tubuhnya.

Wanita yang subuh tadi masuk hotel bersama pacarnya menggeliat lalu bangkit. Tubuh masih telanjang itu masuk kamar mandi. Dia menatap tubuhnya di kaca besar. Dadanya yang dulu bulat, menantang dan kenyal sekarang mulai turun. Wajah khas perpaduan Batak dan Jawa yang eksotis telah memucat jika tidak ada riasan.

Saat mata sayu itu memperhatikan wajahnya, ia ingat dengan ayahnya yang seorang mandor pada perkebunan besar berasal dari sebuah desa di Sumatera Utara sana, dan ibunya yang berasal dari sebuah kampung di pulau Jawa sekarang ini adalah seorang pemilik usaha bakso.

Selain itu juga keluarga perantauan ini memiliki beberapa bidang kebun sawit. Kehidupan yang sangat berbeda pada saat-saat awal dulu sebelum daerah mereka berkembang seperti saat ini.

Tubuh, wajah dan uang membuat Cecilia bagai bunga cantik di antara debu-debu jalanan. Gadis belia itu sadar betul dengan kelebihannya. Dia dihinggapi oleh banyak kumbang. Sari tubuhnya telah dia biarkan dihisap pada saat dia baru duduk di kelas dua SMP dan kumbang itu adalah teman sekelasnya.

Sayangnya, ritual yang seharusnya kudus itu berlangsung di atas motor di tepi hutan yang bernyamuk. Selanjutnya di mana saja mereka inginkan. Kadang di kelas saat jam olah raga di mana teman sekelas sedang berada di lapangan. Lebih sering berlangsung di bawah pohon sawit di mana saja ketika mereka lagi ingin.

Kesenangan bersama pacar sekelas hanya berlangsung selama tiga bulan. Selanjutnya masing-masing bosan dan ingin mencoba dengan orang yang berbeda.

Sejak saat itu hingga tadi malam, entah sudah belasan keberapa laki-laki dengan ukuran dan kenikmatan yang berbeda dirasakan oleh gadis yang telah berulangkali menggugurkan kandungan ini.

Teman SMP, anak SMA, mahasiswa, supir truk, pemain bola, pemain musik, bahkan tukang panen sawit keluarganya.

Laki-laki yang masih tidur di tempat tidur itu adalah pemuda pengangguran yang paling nikmat dia rasakan. Pemuda itu adalah pacarnya saat SMA, dan bertemu kembali 3 minggu yang lalu.

Kegembiraan gadis yang masih berdiri di depan kaca tanpa busana pada saat meneriakkan kebebasannya di pantai tiga tahun lalu itu adalah kebebasan tanpa pengawasan orang tua.

Anak yang baru menginjak usia 18 tahun itu memutuskan untuk hidup sendiri di kota dalam lingkungan rumah kos kaum urban.

Apakah dia hyper? Tidak sama sekali. Tapi gadis desa ini tumbuh dalam lingkungan di mana masyarakatnya mengalami degradasi kehidupan yang dikejutkan oleh materi yang mulai naik.

Bola mata coklat yang sayu milik Cecilia memperhatikan kembali dadanya. Ada seorang pemuda yang menolak ketika dia suguhkan dua gunungan itu yaitu tetangga sebelah rumahnya.

Remaja kakak kelasnya. Anak pak imam mesjid desa.

“Ayo lah…. ” Desak gadis yang sangat tergoda dengan bentuk tubuh anak remaja idola sekolah itu sambil menempelkan buah dadanya yang mulai menghangat. Tangannya mulai meraba-raba bagian-bagian sensitif tubuh si remaja pria agar naik nafsunya.

Si pria mulai bereaksi. Tapi bukan yang seperti diinginkan oleh si binal.
Pemilik tubuh berotot itu menepis tangan Cecilia dan segera turun dari mobil.

“Hei, jangan turun…!” Pekik histeris.

Tapi tubuh yang hanya dibungkus oleh bokser pendek tipis dan kaos sederhana itu membanting pintu mobil.

“Sorry, Put. Aku bukan cowok murahan. Aku masih punya orang tua yang harus aku jaga nama baiknya.”

Si kakak kelas dengan aksen Aceh itu lalu meninggalkannya begitu saja. Cecilia kesal dan merasa direndahkan. Dia turun dari mobil. Kaki yang dibungkus oleh sepatu mahal menghentakkan kakinya ke tanah. Hp belasan juta yang dia pegang dilemparkan pada tubuh yang telah memunggunginya.

Hingga saat ini, Fariq, nama kakak kelas itu satu-satunya orang yang menolak tubuhnya. Saat itu remaja yang banyak kegiatan itu baru saja berumur 18 tahun. Cecilia bermaksud menghadiahkan tubuhnya pada pemilik wajah Arab itu.

Tiba-tiba, Cecilia merasa bosan pada dirinya. Lalu tangan berjemari indah itu memutar kran air hangat dan membawa tubuhnya berendam dalam bak mandi.

Entah memakan waktu berapa lama, hingga dia keluar dari bak mandi tersebut dan kembali ke kamar. Kali ini tubuhnya ditutupi oleh handuk. Baru pertama kalinya dia merasa jengah ketika bertelanjang dari kamar mandi sejak dia memiliki kamar mandi di dalam kamarnya saat kelas 5 SD.

Laki-laki pengangguran pemilik pemuas nafsu yang paling nikmat bagi Cecilia masih tidur dan mendengkur. Selimut tebal sedikit tersingkap dan memperlihatkan bagian intim sedang menantang yang selama ini membuat gadis kuliahan itu tidak bisa mengalihkan pandangan dan langsung lemah.

Sekarang pemandangan yang menakjubkan itu tidak menarik sama sekali. Cecilia lalu meraih pakaiannya dan segera mengenakan baju dengan belahan dada sangat rendah tanpa ada bra. Potongan sangat pendek. Hampir tidak bisa menutupi ujung celana leging pendek sebagai celana dalamnya.

Setelah membenahi diri, gadis berkulit sawo matang itu meraih tas kecil tempat perlengkapan kecantikan, dompet, hp dan kunci mobilnya lalu keluar tanpa membangun sang pacar menuju resepsionis.

Mobil kecil mewah berwarna hitam itu menyusuri jalan kota. Tanpa ada tujuan. Lagu-lagu yang selama ini dia suka tidak menarik lagi. Hampir saja Cecilia mematikan tape jika saja dia tidak mendengar lagu yang sering dinyanyikan oleh Fariq saat memainkan gitar di teras rumahnya. Lagu rock sebuah band Indonesia dan jenis musik ini bukanlah genre kesukaannya.

Istilah galau itu sedang berlaku bagi pengendara mobil yang melaju pelan di jalan sebuah pantai lokasi wisata kegemaran penduduk ibukota provinsi.

Angin menghembuskan rambut indah dan wangi berwarna hitam alami dari jendela yang kacanya telah diturunkan.

Volume tape lebih dikeraskan begitu dia mengenal intro lagu favorit Fariq. Dia ingin menyimak kata perkata lirik lagu yang pertama kali dia dengar dulu membuat dia sangat marah pada Fariq. Perasaannya lagu itu ditujukan bagi dirinya.

“Putri, gadis belia yang baru melek
Jadi liar karena ingin keren
Dan dibilang…….Trendi”

Kalimat-kalimat pada bait pertama itu menghentak jantung Cecilia. Sangat mengena dan menghantam nuraninya. Iya, demi kata trendi, itulah kata yang tepat gambaran kehidupannya

“Putri, harusnya kamu ada di rumah
Isi P.R. atau les Fisika
Bukan di …..Diskotik”

Memang tidak di diskotik. Cecilia alias Putri Kencana menghabiskan waktunya nongkrong di jembatan pada malam hari. Siang di rumah teman-teman yang sama kehidupannya saat orang tua mereka sedang bekerja, baik cewek maupun cowok. Saat sore hari di lapangan bola atau voly menyaksikan pemuda-pemuda menendang ataupun memukul bola.

Karena belum ada tempat untuk menghabiskan waktu, maka Itulah kegiatan sehari-hari selain bersekolah. Saat sekolahpun lebih sering digunakan untuk kabur.

Putri, sayang tubuhmu koq digratisin
Hanya untuk kejar satu kata
Biar di bilang …seksi… “

Bait keempat lagu kali inipun bagai meludahi wajahnya. Seketika Putri merasakan pias pada wajahnya sendiri. Bagian ini sukses membuat menangis. Kata seksi. Satu kata yang cuma lima huruf inilah yang membuat mahasiswi perguruan tinggi swasta ini melupakan kehormatannya sebagai wanita. Menghamburkan tubuh pada banyak lelaki yang memuji keseksian fisiknya.

Pada Reffrain lagu membuat Putri atau Cecilia memukul-mukul setir dan membentur-benturkan kening mulus ke pengarah ban yang ada di tangannya. Hampir saja mobilnya menabrak mobil di depannya jika saja tidak dikejutkan klakson kerras.

Reflek setir warna merah itu membanting ke kiri. Mobil mulus itu berhenti ketika bisa dikendalikan kembali.

“Ini konyol namanya
Hampir, tak ada tujuan pasti
Jadi, apa yang kau cari
Mungkin kau wiraswasta tubuh
Atau kau nikmati sendiri”

Setelah lepas dari keterkejutan Cecilia atau Puteri berteriak Geram. Marah pada diri sendiri. Marah pada kebodohannya. Apa yang dia cari selama ini? Mengejar kata trendi dan seksi?

“Bodooooohhh….!!!”

Teriakannya sempat menarik perhatian pengendara motor yang kebetulan lewat.

Wanita yang kacau ini sudah tidak ingin lagi mendengar lirik-lirik berikutnya. Tapi sudah kepalang masuk ke telling, direkam oleh otaknya. Secara otomatis memorinya mengenang saat mau ujian kenaikan kelas. Dia muntah ketika mengerjalan soal ujian. Muntah karena hamil muda.

Waktu libur tiba semestinya dia bergembira. Tapi gadis kecil itu malah ketakutan dan mengurung diri di kamar. Usia kanak-kanaknya bingung. Siapa ayah dari calon janin di dalam perutnya. Ada 3 anak remaja yang telah memuncratkan benih ke rahim kecilnya.

Berbagai referensi cara menggugurkan kandungan dia baca dan dia sukses. Itu bukan yang terakhir.

“Putri, wajahmu memelas pucat pasi
Mengurung diri dalam kamarnya
Dan dibilang …..Bunting”

Tangisan keras menyeruak di antara deru kendaraan. Perlahan tubuh yang gemetar itu menjalankan kendaraan. Tanpa peduli air mata yang memburai mengaburkan pandangan akan membahayakan bagi dirinya atau orang lain.

Dia ingin pulang. Memeluk orang tuanya dan meminta ampun.

Tidak sengaja bayangan wajah Farik berkelebat di matanya. Ada kerinduan mengusik hatinya.

“Farik…!” Ucapan penuh kemesraan.

Mobil hitam mewah itu melaju pasti menuju kampung halaman.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh dan latar belakang, itu hanyalah karangan belaka. Tampa ada maksud menyinggung siapapun dan dari manapun.