PKL Pinka Tulungagung Minta Penataan, Siap Tertib Asal Tetap Bisa Berjualan

Tulungagung, Wordpers.id – Belasan perwakilan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan wisata kuliner Pinggir Kali (Pinka) Tulungagung mendatangi Kantor Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Tulungagung, Jumat (13/6/2025), guna menyampaikan aspirasi terkait penataan lapak mereka yang dianggap mengganggu lalu lintas.

Mereka menanggapi keluhan masyarakat yang merasa keberadaan para pedagang di tepi jalan mempersempit ruas Pinka, khususnya saat malam hari yang menjadi puncak keramaian kawasan tersebut.

“Kami datang bukan untuk menentang, tapi untuk mencari solusi bersama. Kami ini hanya ingin mencari nafkah, bukan bikin macet,” ujar koordinator pedagang, Nanang Rohmad, di hadapan pejabat dinas.

Nanang mengakui, banyak pedagang memasang banner promosi di pinggir jalan yang membuat jalur semakin sempit. Untuk itu, para PKL bersedia menertibkan sendiri spanduk maupun banner agar tidak memperburuk situasi.

“Kalau banner-banner itu ditertibkan, saya yakin masalah kemacetan sudah terurai sampai 50 persen,” jelasnya.

Nanang juga berharap Pemkab Tulungagung tak hanya melakukan penertiban, tetapi juga menyiapkan sarana dan skema penataan jangka menengah. Ia menilai penetapan Pinka sebagai kawasan wisata kuliner dilakukan tanpa perencanaan fasilitas yang memadai.

“Kalau sudah ditetapkan sebagai kawasan wisata, wajar kalau para pedagang banyak yang tertarik masuk. Tapi pemerintah juga harus siapkan tempat dan regulasinya,” katanya menegaskan.

Menurut Nanang, saat ini terdapat sekitar 170 pedagang yang berada di sisi barat jalan kawasan Pinka. Sementara di sisi timur, mayoritas berdagang dari rumah sendiri atau tempat sewa, sehingga belum terdata resmi dalam paguyuban pedagang.

“Para pedagang baru ini belum tergabung ke paguyuban karena dulunya mereka pindahan dari Jalan A Yani Timur dan Jalan Basuki Rahmad setelah ditertibkan,” ungkapnya.

Sebagai informasi, kawasan Pinka sebelumnya merupakan bantaran Sungai Ngrowo yang kemudian ditata menjadi taman dengan jalur jogging saat era Bupati Heru Tjahjono. Jalan paving penghubung dari Jembatan Lembupeteng ke Jalan Mayjen Sungkono turut menjadikan kawasan ini sebagai titik alternatif mobilitas warga.

Penataan tersebut sukses mengubah kawasan sepi menjadi pusat keramaian. Namun perkembangan ini juga mendorong tumbuhnya lapak-lapak pedagang di sepanjang jalan, yang kini perlu penataan ulang agar tidak mengganggu kenyamanan umum.(Agris)