Wordpers.id – Pemerintah terus berkomitmen mewujudkan pembangunan industri nasional yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan konsep industri hijau yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Pembangunan industri hijau pada dasarnya mengedepankan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Sehingga selaras dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Pendekatan industri hijau yang dapat dilakukan, antara lain, melalui tindakan hemat dan efisien dalam pemakaian sumber daya alam, air, dan energi. Selain itu, penggunaan energi alternatif, penerapan 4R (reduce, reuse, recycle, dan recovery), penggunaan teknologi rendah karbon, serta meminimalkan timbunan limbah.
Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lewat unit kerja mereka yang berada di Semarang, Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) melakukan terobosan. Mereka berinovasi dalam mendukung pembangunan industri hijau di Indonesia. Namanya Pollution Prevention based on Anaerobic-Aerobic-Wetland Integrated Technology 2020 (Planet-2020).
Planet-2020 ini adalah teknologi pengolahan limbah cair berbasis biologi. Demikian dikatakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi di Jakarta, Kamis (21/5/2020). Inti teknologi dari Planet-2020 adalah penggunaan mikroorganisme (bakteri) untuk menguraikan air limbah.
Hal ini karena bakteri mempunyai kemampuan memproses bahan organik yang terdapat di dalam limbah menjadi sumber makanan dan energi. Limbah yang sudah diuraikan oleh bakteri akan mengalami penurunan kadar pencemar sehingga memenuhi baku mutu lingkungan dan aman dikembalikan ke lingkungan.
Inovasi teknologi Planet-2020 meliputi tiga unit pengolahan limbah yang dirancang dari unit anaerobik, aerobik, dan wetland yang dimodifikasi sesuai kebutuhan. Unit anaerobik merupakan modifikasi dari sistem anaerobik konvensional, yaitu menggunakan aliran air upflow yang dikombinasikan dengan sistem resirkulasi.
Sedangkan unit aerobik memakai sistem lumpur aktif dan unit wetland menggunakan sistem horizontal subsurface constructed wetland yang diresirkulasi. Integrasi dari ketiga unit dapat menurunkan bahan pencemar organik hingga lebih dari 95 persen, amoniak hingga 80 persen dan fosfat sebesar 70 persen.
Doddy menyebutkan, kelebihan yang dimiliki oleh Planet-2020, antara lain, kemampuan degradasi polutan (zat pencemar) mencapai 90-98 persen. Angka ini lebih tinggi dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis kimia yang mencapai 80-90 persen. Atau dibandingkan IPAL berbasis biologi konvensional (80-90 persen).
Selanjutnya, Planet-2020 tidak membutuhkan lahan yang begitu luas, hemat listrik, dan menggunakan bahan kimia yang jauh lebih sedikit. Kelebihan lainnya, sistem tersebut tidak menggunakan unit pengolah lumpur. Sehingga penguraian polutan dapat dipersingkat dari satu minggu menjadi maksimal empat hari. Planet-2020 juga hanya membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode kimia.
Kepala BBTPPI Ali Murtopo Simbolon mengatakan, teknologi Planet-2020 ini telah diterapkan untuk mengolah air limbah di 18 sektor industri. Di antaranya, industri kertas kerajinan, industri makanan dan minuman, industri batik, industri farmasi, serta industri pengolahan ikan.
Reaktor Planet-2020 dibuat sesuai kebutuhan, dengan dimensi yang disesuaikan dengan jumlah limbah industri yang akan diolah dalam satu hari. “Untuk memperkuat kapasitas SDM Operator IPAL, BBTPPI juga memberikan bimbingan teknis mengenai cara operasional dan pemeliharaan Planet-2020,” kata Ali.
Teknologi Planet-2020 selanjutnya terus dikembangkan dengan modifikasi unit dan proses. Semula untuk menerapkan teknologi IPAL ini di unit anaerobik, aerobik, dan wetland diperlukan lahan agak luas. Tetapi pihak BBTPPI telah memodifikasinya dengan merancang reaktor vertikal untuk Planet-2020. Sehingga dapat digunakan pada luasan lahan yang terbatas dan waktu tinggal yang lebih cepat. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi industri dengan lahan terbatas.
Selain itu, Planet-2020 diharapkan dapat membantu pengambilan kembali (recovery) zat-zat yang masih bernilai ekonomis yang terkandung di dalam limbah.