Masih ingat dengan wacana perpanjangan periode masa jabatan presiden? Hal itulah yang dipertontonkan para politikus dari dua koalisi sekarang. Sadar ide tersebut sangat jelas bertentangan dengan konstitusi, maka jalan lainpun direncanakan.
Jokowi, PDI dan PSI sadar betul akan hal itu. Mereka sangat meyakini, jika tidak curang maka PDI akan jatuh sejatuh-jatuhnya pada pemilu yang akan datang. Itu artinya kesempatan untuk menguasai dan menggerogoti Indonesia hampir akan hilang kesempatan.
Maka dibuatlah setingan permusuhan seperti sekarang. Jokowi dan Mega ‘bermusuhan’, seolah-olah masing-masing dari mereka adalah orang yang dizalimi dan dikhianati oleh masing-masing. Tapi nyatanya Gibran masih sebagai anggota PDI. Apakah ini tidak dijadikan pertanda bagi masyarakat Indonesia?
Ibarat memancing, mereka memasang dua pancingan dalam satu kolam. Namun pemilik pancing tetap satu ‘orang’.
Ganjar dan Gibran adalah umpan yang diharapkan mampu untuk mengait ikan-ikan yang semakin hari semakin berkurang karena pindah ke danau yang airnya lebih bersih.
Jika PDI dengan Ganjar-nya kalah, maka Gibran bersama Prabowo sebagai harapan. Kekalahan Anies yang berpasangan Cak Imin, baik pada putaran pertama maupun putaran kedua adalah tujuan yang harus dilakukan (bagaimanapun caranya).
Apabila Anies bersama Muhaimin kalah, naka Indonesia akan mendapatkan kaset baru lagi tapi dengan lagu lama yang iramanya berbeda. Mungkin tidak lagi lain pernyataan awal, lain lagi pada eksekusi akhir. Tapi langsung pada maksud. Atau barangkali tidak lagi menggunakan istilah-iatilah, tapi langsung dengan pernyataan.
Andaikan siasat ‘dua pancing’ ini berhasil, maka selesai sudah negeri ‘gemah ripah loh jinawi’ bagi rakyatnya Indonesia dan selamat datang ‘bekerjalah kamu sekeras-kerasnya, uangnya untuk kami. Kamu cukuplah makan singkong ataupun keong!’.
Kita sudah merasakan itu sekarang!
#opini #tukangkopi
Oleh: Bagus SLE