Sobat Ambyar, Buktikan Bahwa Gotong Royong Lawan Corona Itu Ada

Musisi Campursari Senior, Didi Kempot, baru saja menggelar konser amal. Konser amal yang bertajuk konser dari rumah tersebut merupakan hasil kerja sama manajemen Didi Kempot dengan Kompas TV. 

Ide yang terkesan dadakan tersebut menuai hasil positif. Betapa tidak, konser selama 120 menit tersebut mampu mengumpulkan donasi hampir 5 miliar rupiah.

Kamis malam, News Anchor Kompas TV, Rosiana Silalahi, melakukan wawancara interaktif dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan juga Didi Kempot. Didi Kempot yang sedang latihan di studio miliknya langsung mengajak Gubernur Ganjar karaoke. Konser tersebut pun secara antusias ditunggu oleh Sobat Ambyar selaku fans clubs Didi Kempot.

Sabtu, 11 April 2020, tepat pukul 19.00, konser amal dimulai langsung dari kediaman Didi Kempot di Solo. Konser baru berjalan 20 menit namun total donasi sudah mencapai 1,3 miliar rupiah. 

Jika ditelisik lebih lanjut, seperti halnya saweran pada acara campursari umumnya. Mulai dari Rp 10.000 hingga ratusan ribu. Bahkan ada yang jutaan. Namun, banyaknya Sobat Ambyar yang turut menyawer membuat server pengumpulan data jebol. Pihak Kompas TV lantas mengalihkan penyaluran donasi melalui rekening perusahaan.

Konser tersebut memberi kita pelajaran bahwa gotong-royong masih ada di Indonesia. Hasil saweran konser tersebut untuk membantu para pekerja harian lepas yang keuangannya terganggu akibat pandemi covid-19. 

Para pekerja yang dimaksud seperti tukang becak, tukang ojek, kuli bangunan dan buruh yang terkena PHK. Namun, justru donasi banyak dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menerima bantuan dari hasil donasi tersebut.

Pandemi covid-19 di Indonesia mengajarkan kepada kita bahwa berbagi tidak harus menjadi kaya terlebih dahulu. Bahkan saat kita kesusahan pun kita juga bisa turut berbagi kepada sesama. 

Orang Jawa percaya bahwa kebaikan mampu menolak bencana. Hal itu yang dipraktikkan oleh Sobat Ambyar yang mayoritas adalah orang Jawa. Selain berusaha untuk hidup bersih dan menjaga jarak sosial, beramal juga mampu mencegah bencana pada diri kita.

Didi Kempot melalui lirik lagu dan irama musiknya mampu melelehkan hati siapa pun yang mendengarnya. Wajar jika ia dijuluki sebagi the Godfather of Broken Heart atau bapak patah hati. Ia banyak digemari oleh anak remaja yang sedang merasakan kasmaran.

Sebenarnya tidak semua lagu Didi Kempot itu bernuansa sedih. Contohnya lagu yang berjudul Pasar KlewerCintaku Sekonyong-konyong KoderSir-siranNunut Ngiyup, dan sebagainya. 

Lagu-lagu tersebut juga tak kalah fenomenal dibanding lagu patah hatinya. Akan tetapi lagu-lagu patah hatinya mampu membuat pendengarnya terenyuh meski ia tidak pernah merasakan yang tertuang dalam lagu tersebut. Itulah kekuatan Didi Kempot dalam menciptakan lagu.

Konser yang disiarkan secara langsung oleh Kompas TV itu juga mengajak semua orang untuk berdiam diri di rumah selama pandemi covid-19 tersebut belum berhenti. Selain itu juga mengajak para perantau untuk tidak pulang kampung untuk mencegah penularan covid-19 kepada sanak saudara di kampung halaman. 

Anjuran untuk tidak mudik ini  yang membuat berat. Mudik merupakan budaya masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu. Terutama saat menjelang hari raya Idul Fitri. Para perantau yang bekerja di kota selama berbulan-bulan biasanya hanya mudik pada momen Idul Fitri saja.

Bagi orang Jawa, sungkem kepada kedua orang tua tidak bisa digantikan dengan kemajuan teknologi. Hal itu dapat dibuktikan dengan jumlah pemudik yang selalu meningkat setiap tahunnya. 

Padahal, perkembangan teknologi sudah bisa mendukung setiap individu bisa bersilaturahmi jarak jauh. Dari mulai surat-menyurat kemudian disusul telepon kabel hingga ditemukannya gawai. Bahkan sekarang setiap orang bisa berinteraksi melalui panggilan video.

Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tidak mudik. Namun, ribuan orang tetap mudik ke kampung halaman. Alasan finansial, pekerjaan, dan lain-lain membuat mudik tidak bisa dicegah. Hasilnya, jumlah kasus positif covid-19 menyebar ke semua provinsi.

Pandemi Covid-19 ini menguji kasih sayang setiap orang. Jaga jarak sosial dan tidak keluar rumah menjadi pilihan. Risiko menularkan atau tertular covid-19 rentan terjadi apabila arus mudik tetap dilakukan.

Didi Kempot yang memiliki ratusan ribu penggemar diharapkan mampu membangkitkan gotong-royong masyarakat untuk tidak mudik. Langkah tersebut pun didukung oleh Presiden RI, Joko Widodo di akhir acara konser amal. Kami berharap, ajakan tersebut tidak hanya dari Didi Kempot saja melainkan juga dari artis lain yang memiliki penggemar ratusan ribu bahkan jutaan.

Pandemi ini tidak bisa dibasmi dengan ego antar-individu. Keributan dan caci maki imbas pilpres 2019 sudah saatnya dihentikan. Masyarakat dan pemerintah sudah saatnya bergotong-royong untuk menghentikan peyebaran covid-19 dengan tidak keluar rumah, jaga jarak sosial, dan membantu sesama yang terkena imbas covid-19. 

Perdebatan sengit dan caci maki sudah saatnya dihentikan. Biarkan pemerintah yang mengurus masalah diplomasi dan stabilitas ekonomi di tengah pandemi ini. Tugas masyarakat adalah mendukung program pemerintah dan saling menolong sesama yang membutuhkan. Gotong-royong itu masih ada di antara kita. Sobat Ambyar sudah membuktikannya.

Sumber : Karya Misbah Priagung Nursalim (Lecturer)

Beliau Adalah Dosen Linguistik Universitas Pamulang