Apa Indentitas Anda Sebagai Pemimpin?

Arahkan penilaian orang pada diri kita, apakah panggilan moral (pertimbangan hati nurani), memprovokasi otak berpikir kritis, nalar sehat membuat keputusan yang etis yang bisa dipertanggungjawabkan ke Publik. Inilah Integritas itu

Titel Sarjana, Jabatan dan Kekuasaan bukan identitas sebenarnya, hanya sarana harusnya mambuat orang makin bijaksana membuat keputusan-keputusabyang bijak berdasarkan panggilan moral (tuntunan, pertimbangan hati nurani).

Titel Kesarjanaan, Jabatan dan Kekuasaan jika tidak benturkan dengan tanggungjawab moral dan etika. Membuat orang makin kehilangan identitas dirinya. Membuat orang Memuja/Mem-berhala-kan Diri, Ovver Pride (Membanggakan Ego Diri, Kesombongan Diri).

Apalagi Titel Sarjana, Jabatan dan Kekuasaan Diperoleh Dengan Cara-Cara Curang “Corupt” Merusak Integritas Diri. Tujuannya Untuk memuaskan Ego Sentris (Men-Tuhankan Diri).

Pemimpin yang membanggakan Titel Sarjana, Jabatan dan Kekuasaan Tanpa Pertanggungjawaban Moral dan Etika Publik.
Pasti mengeluarkan Kebijakan-Kebijakan Tidak Adil yang Tidak Bijak, Manipulatif dan Koruptif.

Pemimpin yang tidak Adil cenderung merusak tatanan etika sosial, melanggar hak azasi rakyat, menindas keadilan sosial.

Mengutip Lirik Lagu Bento, Iwan Fals “Persetan Orang Susah Yang Penting Aku Menang Aku Senang”

Kekuasaan yang tidak dikritisi dan dikontrol rakyat dalam Demokrasi, cenderung Manipulatif, Otoriter dan Koruptif.

Dalam negara demokrasi, pemimpin adalah sifatnya Respublik (Republik) , atau dipilih dan ditunjuk dari Rakyat untuk melayani rakyat, abdi rakyat (kasarnya: budak rakyat).

Artinya fokus kebijakan-kebijakan pemimpin untuk melayani, memuaskan, membahagiakan dan mensejahterakan rakyat. Jika sebaliknya kebijakan-kebijakan pemimpin merugikan rakyat, rakyat berdaulat menggugat dan menurunkan pemimpin yang dipilihnya.

Titel Sarjana, Jabatan dan Kekuasaan bukan jaminan seorang dipilih jadi pemimpin yang ber-Integritas. Ujilah integritas pemimpin dari semua kebijakan-kebijakannya. Apakah kebijakannya bijak untuk rakyat (Kebijaksanaan Sosial) atau bijak untuk dirinya saja (ego-nya).

BACA JUGA:  Kenapa Manusia Harus Melatih Nalar Kritisnya?

Semua orang (Termasuk anda dan saya) akan rentan memuaskan ego saat memimpin, menjadi sombong, terlalu membanggakan diri.
Karena membangun Identitas Palsu Dalam Titel Sarjana, Jabatan dan Kekuasaan justru menghilangkan indentitas diri yang punya tanggung-jawab moral dan etika kehidupan.

Identitas manusia adalah ciptaan TUHAN, Tujuannya nelayani (abdi Allah) TUHAN, untuk memuliakan TUHAN.

Pemimpin Indentitasnya adalah pelayan TUHAN yang adil, dipilih TUHAN lewat suara Rakyat (Vox Populi Vox Dei).

Pemimpin yang adil, wakil TUHAN untuk memberikan pelayanan yang Adil kepada Rakyat (Ciptaan TUHAN).

Harus dipahami teriakan Rakyat yang tidak mendapat keadilan sosial, adalah suara peringatan TUHAN (Wahyu Ilahi) kepada pemimpin.

Karena TUHAN selalu mendengar teriakan orang tertindas, miskin, menderita oleh sistem dunia yang jahat.

TUHAN pasti menggunakan rakyat untuk menggoyang kekuasaan pemerintah yang tidak Adil. Dengan berbagai cara dan lewat rakyat. Bisa secara lembut atau keras. Persuasif, Konstitusional atau Parlemen Jalanan
Untuk memberikan peringatan sejauh mana tanggungjawab Pemerintah dalam bertindak berlaku adil sebagai pemimpin.

Penulis: Fredy.W
Editor: Redaksi