Penulis | Soprian Ardianto (Alumni GEMPA di Bengkulu)
Bergeser sedikit tapi jangan terlalu jauh, kalau berbincang-bincang tentang lingkungan pasti tidak ada habis-habisnya.
Tapi orang yang memperbincangkannya mulai sedikit, padahal lingkungan itu adalah rumah bagi setiap makhluk hidup. Yang disebut dengan rumah yaitu apa yang ada di bumi dan di langit.
Jadi janganlah menutup mata ketika ada permasalahan lingkungan. Baik lingkungan sekitar kita atau lingkungan tetangga kita, karena lingkungan itu adalah rumah. Ingat ya, lingkungan itu adalah rumah.
Dengan pemahaman yang sangat sederhana tentang filsafat lingkungan hidup adalah apa yang ada dibumi dan dilangit harus kita lindungi dan kita jaga. Tidak ubahnya seperti rumah kita diganggu apakah kita biarkan atau kita pertahankan. Yang pastinya kalau saya pasti saya pertahankan dan saya jaga.
Seperti pepatah yang sering kita lihat di pingir jalan, kalau tidak salah bunyinya seperti ini, “sayangilah yang di bumi maka niscaya yang dilangit akan menyayangimu”.
Oleh sebab itu jangan menjadi Pecinta Lingkungan yang tangung-tangung. Kalau tanggung-tanggung, maka kita akan malu dengan “gelar” yang kita punyai pada saat ini.
Mendapatkan “gelar” sangatlah mudah, mempertahankannya itu yang sulit. Kita boleh sedikit-sedikit lupa dengan “gelar” atau latar belakang kita tetapi jangan sepenuhnya terlupakan.
Kita sering dengar kata-kata mager (malas gerak) jadi mulai sekarang lupakanlah mager itu, kita hijrah total ke mager yang baru yaitu (mari gerak).
Sekarang kita hindari perdebatan dan kita buat satu pemikiran bahwa lingkungan itu rumah semua makhluk hidup seperti hewan yang berakal, hewan yang tidak berakal, dan tumbuh-tumbuhan.
Seperti dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik.
Alumni Sistapala SMA Negeri 02 Seluma
