Bengkulu Tengah, Word Pers Indonesia – Mutasi dilingkungan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bengkulu Tengah oleh Bupati Ferry Ramli menuai kontroversi, sehingga mutasi tersebut mengakibat keributan adu mulut hingga ada yang terluka.
Mutasi yang dilakukan Bupati Bengkulu Tengah Ferry Ramli pada (15/04/2021) kemarin terhadap Kepala Bagian (Kabag) Keuangan dipertanyakan dua pimpinan Dewan karena menurut mereka mutasi tersebut tidak perlu dilakukan dan harus dipertanyakan, ada apa dibelakang mutasi tersebut.
Disisi lain Wakil Ketua (Waka) II Evi Susanti, S.IP menyetujui mutasi yang dilakukan Bupati Bengkulu Tengah, menurut dirinya saya menerima hak prerogatif Bupati ketika ada pergantian dilingkungan sekretariat, dan ada dua pimpinan yang tidak menerima pergantian tersebut.
“Saya secara pribadi menyetujui pergantian yang dilakukan Bupati, karena pergantian tersebut merupakan hak prerogratif Bupati Bengkulu Tengah Ferry Ramli, akan tetapi tadi ada dua pimpinan yang tidak menyetujui sehingga ada keselisipahaman terhadap kami dalam mengklarifikasi kenapa Kabag keuangan diganti,” ungkapnya dalam video yang diterima, Senin (19/04/2021).
Keributan tersebut terjadi setelah saya mempertanyakan kepada kedua Pimpinan DPRD lainnya, kenapa Kabag Keuangan ini tidak boleh diganti, (ada apa tidak boleh diganti) karena pertanyaan klarifikasi kenapa tidak boleh diganti terjadilah keributan.
“Pertanyaan saya kenapa tidak boleh diganti akhirnya timbul keributan dan persoalan ini nanti mungkin Pak Bupati akan kami bawa ke aparat, karena tangan saya luka dan nanti kita akan ke Puskesmas untuk di Visum, dan saya menyatakan ketidak senangan saya apa yang telah terjadi hari ini,” tegasnya.
Disamping itu Evi Susanti, S.IP juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat Bengkulu Tengah terhadap peristiwa yang terjadi, karena menurutnya hal tersebut seharusnya tidak terjadi.
“Apa yang terjadi hari ini saya memohon maaf kepada seluruh kawan-kawan media, seluruh lembaga Anggota DPRD termasuk Sekretariat DPRD dan seluruh Masyarakat Bengkulu Tengah bahwa ini adalah kesalahpahaman sehingga terjadi keributan,” (Soprian)