Oleh Bagus [ Presiden Republik SLE ]
Sepertinya, sekarang kita memang selalu disuguhkan hal-hal yang menakjubkan oleh para pejabat negara. Entahkah karena ketidakmampuan mereka sebagai pejabat, ataukah memang mereka disetel untuk menciptakan hal-hal aneh yang bagi kita yang beragama, tidak masuk dalam akal dan menghianati kuasa Pencipta alam dan seisinya?
Dari lakon-lakon yang mereka mainkan, wajar kalau akhirnya banyak yang berpendapat, negeri ini telah sakit parah. Telah membuat rakyat stres, putus asa, dan akhirnya apatis. Suatu pemikiran yang akhirnya akan menimbulkan kesimpulan, pemerintah memang sengaja menciptakan situasi seperti ini.
Dugaan-dugaan bermunculan dalam hati manusia sehat lahir batin atas apa yang mereka tonton, termasuk negara sedang menciptakan kondisi rakyatnya untuk memasuki ‘dunia terbalik’ di mana kebenaran berdasarkan ilahi, adalah salah, dan kebenaran berdasarkan ‘akal sakit’ adalah keniscayaan yang harus diakui menjadi benar.
Terakhir kita disuguhi lagi dialog seorang pemeran yang melakonkan seorang tokoh menteri, bahwa orang miskin dilarang menikah sesama orang miskin, karena akan melahirkan orang miskin baru.
Menurut kita yang masih sehat rohani, dialog ini menghilangkan masalah hal yang paling haq bagi pencipta, dan menjadi rahasia yang paling DIA rahasiakan, yaitu, jodoh, rejeki, balak dan maut.
Oke, jika kalimat ini diperankan dalam panggung sandiwara atau sinetron, kita masih maklum, karena cerita adalah karangan penulis belaka sebagai pemanis suatu pertunjukan.
Tapi memiliki daya kejut luar biasa saat diucapkan oleh orang yang merupakan pejabat suatu negeri. Atau memang dia adalah cuma pelakon yang mengucapkan kalimat yang sudah ditulis oleh penulis cerita dan diperintahkan oleh sutradara?
Lalu dialog itu di sambut oleh pemeran lain yang menokohkan wakil rakyat, yang menganjurkan pemerintah untuk membuat aturan agar orang miskin tidak mengadakan resepsi pernikahan, dengan alasan supaya orang miskin tidak terbelit hutang.
Alasan yang masuk akal memang, mengingat memang banyak yang melakukan hal itu, bahkan orang kaya sekelas pejabatpun banyak yang meminjam uang untuk menampilkan kemewahan pesta pernikahan anak-anak mereka, dan kadang banyak yang memanfaatkan kedudukan mereka dengan menjadi ‘pengemis’ kepada jajaran-jajaran di bawahnya.
Lalu di mana salahnya? Salahnya adalah, kenapa orang miskin selalu jadi komoditas jualan? Sementara orang miskin dibuat skenario untuk tetap menjadi miskin, dan dengan kondisi sekarang, banyak hal yang akhirnya menciptakan orang-orang miskin baru.
Mereka melupakan banyak hal. Bahwa orang-orang kaya dan hebat sekarang justru berasal dari orang miskin, dan orang kaya sangat banyak menjadi miskin, setidaknya miskin moral yang menghinakan mereka di hadapan hakim kebenaran yang hakiki, yaitu Tuhan yang maha Esa.
Semoga dialog-dialog seorang Menteri tersebut, adalah kekhilafan secara pribadi, bukan seperti dugaan-dugaan kita.
Sehat terus Indonesiaku!
Penulis selain sebagai Tukang Kopi di Pantai Panjang, juga sebagai traveler, youtuber, bloger, seniman dan sastrawan, kontributor beberapa media on line, juga beberapa kali mengisi materi dalam seminar-seminar di kampus