Oleh: Anasril
Kisah tragis pertarungan dua kutub yang terjadi sepanjang sejarah manusia, sosok Qabil sang pembunuh yang mewakili golongan penguasa tiran yang melakukan tekanan dan penindasan terhadap golongan lemah yang diwakili sosok Habil.
Sistem Habil yang hidup pada zaman pengembalaan dimana semua sumber-sumber produksi digunakan bersama, hidup secara bersama, penuh keikhlasan beragama, cinta kasih, dan kesabaran diganti oleh sistem Qabil dengan sistem pertaniannya, sistem yang melahirkan manusia-manusia serba kuasa dan keji yang melakukan penindasan, perbudakan, diskriminasi ras dan kelas.
Sistem yang memberikan hak milik tanpa batas kepada perseorangan dimana ditempat yang lain orang sedang mengalami kelaparan. Pembunuhan Habil oleh Qabil merupakan sebuah tafsir sosial yang sangat ilmiah dan sosiologis dimana sistem kebersamaan dan persaudaraan digantikan oleh sistem penindasan yang sangat korup.
Pertarungan abadi sepanjang sejarah manusia, yang akan diakhiri dengan kematian Qabil dan hidupnya lagi sistem Habil dimana akan terbentuk suatu sistem sosial yang penuh dengan keadilan, sebuah sitem politik dan pemerintahan yang mengedepankan demokrasi, tapi bukan demokrasi dengan perhitungan kepala, bukan liberalisme tanpa tanggungjawab, bukan aristokrasi busuk, bukan fasisme, dan bukan kediktatoran yang anti rakyat tetapi kesucian kepemimpinan, kepemimpinan yang mengantarkan manusia kepada kesempurnaanya.
Kepemimpinan seorang pemimpin yang telah memenangkan dirinya dari lempung dan iblis, pemimpin yang berakhlaq dengan akhlaq Allah, seorang pemimpin yang selalu berdiri dengan pedang Caesarnya siap untuk menghancurkan segala bentuk kezaliman.
penyebab negara kita dalam krisis yang besar seperti sekarang adalah hal-hal yang juga melampaui batas-batas agama.
Rezim otoriter yang menafikan prinsip demokrasi dan hak asasi seperti di era orde baru adalah musuh semua agama, Tidak satu agama pun yang menganjurkan tipe rezim itu, monopoli dan korupsi yang menghancurkan ekonomi kita juga musuh semua agama.
Sementara kita tahu, mereka para pemimpin, apapun agama formalnya, dapat membuat kesalahan dan kebajikan, mereka yang kita label satus quo dan para pemimpin yang selama ini membawa negara kita kedalam korupsi yang parah, juga menjadi penganut agama yang beragam.
Baik para pemimpin yang beragama mayoritas maupun minoritas, di era orde baru hingga reformasi (hari ini) terbukti dapat membuat kesalahan yang fatal.
Sementara pendukung reformasi juga datang dari agama yang beragam, para pemimpin reformasi, baik yang beragama mayoritas ataupun minoritas, sudah terbukti dapat bekerja sama dan berhasil menjatuhkan rezim yang buruk.
Contoh ini dapat diperbanyak lagi dengan mengambil kasus dunia, sebut saja negara didunia yang dianggap pemerintahannya paling bersih, demokratis dan menghormati hak asasi, baik di barat, Amerika Latin ataupun Asia, para pemimpin itu datang dari agama yang beragam.
Ini suatu bukti tambahan bahwa isu publik, termasuk program reformasi adalah proyek bersama yang melampaui batas agama, dan dapat dikerjakan secara bersama oleh penganut agama yang berbeda.*