Perang Asimetris: Strategi Media dan Intelegent Mengolah Informasi Jelang Pemilu 2024

Catatan Kritis Demokrasi Jelang Pemilu 2023: Pers dan Intelegent dalam pusaran perang informasi strategi politii pemenang.

Asimetri informasi adalah suatu kondisi di mana satu pihak memiliki lebih banyak informasi daripada pihak lain pada kegiatan ekonomi/bisnis, politik, kekuasaan dan lain sebagainya. Akibatnya, pihak yang tidak memiliki informasi tersebut akan dirugikan dalam pengambilan keputusan.
Untuk mengetahui apa itu perang asimetri informasi sebenarnya? Simak selengkapnya pada artikel berikut ini.

Apa itu Informasi Asimetris?

Informasi asimetris menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asimetri adalah tidak setangkup atau tidak simetris. Sementara itu, pengertian informasi asimetri adalah sebuah keadaan dimana salah satu pihak dalam aktivitas ekonomi memiliki lebih banyak informasi daripada pihak lainnya.

Informasi tersebut menyebabkan salah satu pihak memiliki keunggulan dalam pengambilan keputusan, sehingga kepentingan pihak itu bisa didapatkan lebih optimal dari pihak lain.

Perang Asimetris

Sementara perang asimetris adalah jenis perang di mana pihak-pihak yang terlibat memiliki kekuatan dan kemampuan yang tidak seimbang. Dalam perang asimetris, pihak yang lebih lemah secara konvensional cenderung menggunakan taktik dan strategi non-konvensional untuk melawan pihak yang lebih kuat. Hal ini bertujuan untuk mengimbangi kekuatan dan mencapai kemenangan dengan memanfaatkan kelemahan lawan.

Dalam konteks perang asimetris informasi, “asimetris” dalam konteks ini, mengacu pada kekuatan yang dimiliki dan strategi yang digunakan. Pihak yang lebih lemah seringkali menghindari pertempuran langsung dan mengandalkan taktik seperti serangan teroris, gerilya, sabotase, kampanye propaganda, atau serangan siber untuk mempengaruhi pihak yang lebih kuat.

Secara umum, Perang Asimetris adalah bentuk dari perang yang menggunakan cara-cara yang tidak lazim dan menyimpang dari hukum dan kebiasaan perang.
Umumnya, perang selalu identik dengan dua kekuatan militer sebuah Negara/kelompok bersenjata yang saling menyerang.

Namun, dalam peperangan asimetris kekuatan militer tidak dijadikan kekuatan utama dalam perang, sedangkan kekuatan yang digunakan adalah kekuatan nirmiliter seperti kekuatan budaya, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan informasi dan lain-lain, namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk menguasai atau mengalahkan Negara/kelompok bersenjata yang menjadi musuhnya.

Selain itu, dalam perang asimetris, aktor yang bermain bisa jadi bukan sebuah Negara/kelompok bersenjata seperti dalam perang konvensional, melainkan organisasi-organisasi atau individu-individu yang bergerak dan berdiri sendiri, atau menjadi kepanjangan tangan (proxy) dari Negara/kelompok yang mempunyai kesamaan kepentingan terhadap lawan yang menjadi musuhnya

Sebagai Negara yang sangat majemuk, Indonesia sangatlah potensial menjadi target dari model peperangan asimetris menggunakan kekuatan informasi Hoax ini, terlebih masih rendahnya budaya literasi di kalangan masyarakat Indonesia ketika menerima sebuah informasi. Untuk mengantisipasinya ada beberapa hal yang dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan secara berulang sebelum mempercayai sebuah informasi kemudian membedakan apakah informasi tersebut bersumber fakta ataukah opini yang dibuat dengan bumbu-bumbu judul dan foto yang provokatif.

Selain itu, bijak dan selektif dalam membagikan informasi juga perlu diperhatikan, karena tidak semua informasi walaupun itu benar dan valid dapat dibagikan (share), terlebih jika menyangkut Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA).

Dengan begitu maka potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh informasi Hoax dapat di minimalisir, serta dapat melindungi Negara ini dari ancaman Asimetris.

Perbedaan antara informasi asimetris pers (media) dan informasi asimetris intelijen terletak pada sumber informasinya dan cara penggunaannya:

Sumber Informasi:

Informasi asimetris menggunakan press diperoleh melalui media massa dan disebarluaskan kepada publik secara umum. Sementara itu, informasi asimetris intelijen diperoleh melalui kegiatan intelijen dan disampaikan kepada pihak yang membutuhkan informasi tersebut, seperti lembaga pemerintah atau militer.

Tujuan:

Informasi asimetris mengunakan press bertujuan untuk mempengaruhi opini publik, menciptakan opini yang menguntungkan, atau mengubah persepsi tentang suatu peristiwa atau situasi tertentu.

Di sisi lain, informasi asimetris intelijen bertujuan untuk memberikan keunggulan informasi kepada pihak yang menggunakannya dalam perencanaan operasi militer, kebijakan pemerintah, atau keputusan strategis.

Metode:

Informasi asimetris menggunakan press seringkali menggunakan media massa, seperti surat kabar, televisi, radio, atau media sosial, untuk menyebarkan informasi yang memengaruhi opini publik. Sementara itu, informasi asimetris intelijen melibatkan kegiatan pengumpulan, analisis, dan penarikan informasi rahasia kepada pihak yang sepenuhnya.

Meskipun terdapat perbedaan dalam sumber informasi dan penggunaannya, baik informasi asimetris press maupun informasi asimetris intelijen bertujuan untuk mencapai keunggulan strategi dengan memanfaatkan ke konflik kekuatan dalam situasi tertentu.

Dirangkum dan diramu dari berbagai sumber

Penulis: Freddy Watania
Jurnalis dan Pengamat Kebijakan Publik Media Online Wordpres.id dan Liputan7News.com